IslamIndonesia.id—Ngaji 12 Prinsip Hidup Islami Ala Kiai Semar Badranaya
Dalam sebuah kesempatan, Kiai
Mbeling Emha Ainun
Nadjib pernah menegaskan bahwa tokoh sentral dalam panakawan
yakni Semar, bukanlah
badut sebagaimana yang selama ini terlanjur dikenal banyak
orang. Dan karena Semar bukan badut melainkan justru gagasan tentang Nabi
Muhammad, maka dia bukanlah sosok yang layak dijadikan bahan tertawaan,
melainkan sebaliknya mesti dijadikan panutan, terutama oleh manusia Muslim
Jawa.
Jika kita telusuri, baik dari cerita tutur
turun-temurun maupun transkrip kuno, manusia Jawa percaya bahwa Semar adalah
kakek moyang pertama atau perwujudan dari manusis Jawa yang pertama. Dialah
sosok yang mengemban “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan
Yang Maha Esa, untuk terus hadir dengan keberadaannya pada setiap saat, kepada
siapa saja dan kapan saja menurut apa yang dia kehendaki.
Konon salah satu di antara sekian makna
nama Semar adalah haseming samar-samar. Disebut demikian karena
Semar dianggap samar wujudnya; dia berwajah laki-laki, tapi perawakannya
seperti perempuan dengan perut dan dada besar. Rambutnya putih dengan kerutan
di wajah, menandakan dia sudah lanjut usia, namun sebaliknya, rambutnya
juga berbentuk kuncung seperti umumnya ciri khas anak-anak. Bibir Semar tampak
tersenyum, tapi matanya menandakan tangis. Pakaiannya sarung kawung khas para
abdi, tapi di setiap saat krusial para Ksatria Pandawa, justru dari lisannya
ditunggu pitutur tingkat tinggi berupa solusi.
Selain samar wujudnya, kadang samar
pula pitutur dan piwulang Kiai Semar. Konon
hanya manusia berakal atau mereka yang mau berpikir menggunakan akalnya lah
yang akan mampu memahami, baik secara tersirat maupun tersurat setiap tuntunan
yang disampaikan, baik melalui ucapan maupun tindakannya.
Di satu sisi, para mistikus Jawa menyebut Semar
sebagai lambang gelap gulita, lambang misteri, lambang ketidaktahuan mutlak,
yakni ketidaktahuan kita mengenai Tuhan. Namun di sisi lain, tokoh yang di
kalangan para dalang juga dikenal dengan nama Kiai Lurah Semar Badranaya atau
Nur Naya ini, dipercaya sebagai pemilik cahaya tuntunan khas seorang penuntun
dan pemimpin, yang berkelayakan menjalankan tugas menuntun manusia dengan
cahaya ilmunya, ke jalan yang benar, sesuai kehendak Tuhan.
Di antara sekian banyak tuntunan yang diajarkan Kiai
Semar, berikut ini 12 prinsip hidup yang setidaknya dapat kita kaji dan ambil
manfaatnya bagi kehidupan kita sebagai manusia Jawa, sekaligus umat Islam di
Indonesia.
Pertama: Eling lan bekti marang
Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung maksud bahwa manusia yang sadar
akan dirinya hendaknya selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan kesempatan bagi dirinya untuk hidup dan berkarya di alam yang
indah ini.
Kedua: Percoyo lan bekti marang
Utusane Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia sudah
seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan
ajarannya masing-masing, karena sudah pasti bahwa semua konsep para Utusan Allah
tersebut adalah anjuran pada kebaikan.
Ketiga: Setyo marang Khalifatullah
lan Penggede Negoro.
Prinsip ini berarti bahwa setiap manusia yang tinggal
di suatu wilayah, maka sudah selayaknya bahkan berkewajiban untuk menghormati
dan mengikuti semua peraturan yang dikeluarkan oleh para pemimpinnya yang baik,
benar dan bijaksana.
Keempat: Bekti marang Bhumi
Nusantoro.
Prinsip ini menekankan agar setiap manusia yang
tinggal dan hidup di bumi Nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan
memperlakukan bumi Nusantara ini dengan baik, sebab bumi inilah yang telah
memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
Kelima: Bekti marang Wong Tuwo.
Prinsip ini mengingatkan setiap manusia bahwa dirinya
tidak serta-merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantaraan Ibu dan
Bapaknya. Maka hendaknya hormatilah, muliakanlah keduanya yang telah memelihara
dan membesarkan kita dengan kasih sayang dan pengorbanan tulusnya.
Keenam: Bekti marang Sedulur Tuwo.
Prinsip ini mengajak kita agar senantiasa sadar diri
untuk menghormati saudara yang lebih tua dari sisi umur dan lebih mengerti
daripada kita dari sisi ilmu, pengetahuan dan kemampuannya.
Ketujuh: Tresno marang kabeh
Kawulo Mudo.
Prinsip ini mengajari kita agar selalu menyayangi
mereka yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan
pengetahuan kita kepada mereka, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi
generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
Kedelapan: Tresno marang
Sepepadaning Manungso.
Prinsip ini mengajarkan satu pemahaman substansial
bahwa sejatinya semua manusia itu sama, meski berbeda warna kulit, bahasa,
budaya dan agamanya. Maka sudah selayaknya kita hormati sesama manusia dengan kesadaran
bahwa mereka semua memiliki harkat dan martabat yang sama sebagaimana halnya
kita juga.
Kesembilan: Tresno marang
Sepepadaning Urip.
Prinsip ini menuntun kita agar tak hanya menghormati
sesama manusia, melainkan juga semua makhluk ciptaan-Nya. Sebab semua makhluk
yang diciptakan Allah adalah makhluk yang keberadaannya maujud karena kehendak
Allah yang Kuasa. Maka dengan menghormati semua ciptaan Allah, sama artinya
kita telah menghargai dan menghormati Allah sebagai penciptanya.
Kesepuluh: Hormat marang Kabeh
Agomo.
Prinsip ini menekankan sikap toleransi, dalam artian
hendaknya kita hormati semua agama atau aliran kepercayaan yang ada, dan
otomatis termasuk juga para penganutnya.
Kesebelas: Percoyo marang Hukum
Alam.
Prinsip ini menggugah kesadaran kita bahwa selain
menurunkan kehidupan, Allah juga telah menurunkan Hukum Alam sebagai hukum
sebab-akibat. Maka disini berlaku kaidah alamiah bahwa barang siapa yang
menanam maka dia pula yang akan menuai hasilnya. Siapa yang berbuat kebaikan,
pasti akan berbuah kebaikan, sebaliknya bagi mereka yang berbuat jahat, sudah
pasti akan tertimpa laknat. Inilah yang dalam kepercayaan manusia Jawa kadang
disebut sebagai Hukum Karma.
Keduabelas: Percoyo marang
Kepribaden Dhewe tan Owah Gingsir.
Prinsip ini menanamkan keinsyafan bahwa setiap manusia
ini pada dasarnya rapuh dan hatinya berubah-ubah, maka hendaklah setiap diri
kita menyadarinya agar dapat menempatkan diri di hadapan Allah dan selalu
mendapat perlindungan dan rahmat-Nya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
***
Itulah 12 prinsip hidup yang diajarkan oleh Kiai Semar
Badra Naya kepada manusia Jawa yang hidup di bumi Nusantara. Keduabelas prinsip
hidup dan ajaran adiluhung yang kesemuanya dapat dirangkum ke dalam tiga konsep
hubungan universal, yakni hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan antara manusia
dengan seluruh alam semesta ciptaan-Nya.
Dengan lebih memahami 12 prinsip hidup sebagaimana
telah diuraikan di atas, semoga kita semua, baik sebagai manusia Jawa, manusia
Indonesia, maupun manusia beragama yang hidup di bumi Nusantara, pada akhirnya
dapat saling menghormati satu sama lain, karena kita sadar bahwa begitulah
hendaknya kita bersikap dalam hidup. Hidup secara baik dan benar, yang didasari
penghormatan, kepatuhan dan ketaatan kita kepada Sang Pemberi Hidup.
EH/IslamIndonesia