Jumat, 28 Juli 2017

Beberapa Makna KUJANG

💚 Beberapa Makna KUJANG 💙
By. Ki Sundara



1. KUJANG = KUnci JANG diri.
,,, diri jasmani (ngajisim), diri ruhani (ngajirim), sampurna diri (ngajinis) ,,, sehingga ma'rifatlah kepada jati dirinya, yang berkelanjutan kepada mengenal jati diri bangsa INDONESIA - INSOEN DIA - INI SOENDA - DIN NOE SIA - ADIN NOE SI (SI; Sunda Islam) - ADIN NOE IS (Islam Sunda), dll. Dengan memahami dan Pancasila.

2. KUJANG = KUkuh kana JANGji. Jangji ka DIRi, ka RAsul sareng ka Allah. Jangji kaNAGAra (ProklamaSI).
,,, Sama dengan sifatnya para nABI & RAsul, sifat SIDIK (benar, jujur, jelas) yang bertolak belakang dengan MUNAFIK (ciri munafik; apabila berbicara dusta, bila dipercaya khianat dan apabila berjanji orang munafik ini ingkar. Orang yang memahami KuJang moal munapik tapi bakal ka ala buahna kapetik hasilna (mun apik).

3. KUJANG = KUkuh kana piweJANG.
,,, piweJANG sepuh (saur sepuh; UUD 1945 dengan PASal & BUtirnya), yang jadi puncak piweJANG nyatanya Al-quR'An NUR karIM, dengan petunjuk dari Al-quR'An inilah maka kehidupan NUR (jannah) bisa didiRIkan lagi sesuai perulangan sejaRAH. Yang di SUMPUT BUNIkeun DINu CAANG (INDONESIA).

4. KUJANG = KUdu ku JAwa hiyaNG.
,,, JAwa hyaNG adalah sebuah pusat perADABan (PERtiwi ADA di BANdung). Tempat pusat manusia pemikir ulung - luhung - agung. Sebagai puseur bUMI. (JAWA; Jauhar AWAl & JAWhar Akhir) ,,, di JAwa hiyaNG inilah awal peradaban dan disini pulalah akhir peradaban diakhiRI.

5. KUJANG = KUdu ku uJANG.
,,, uJANG adalah sibul dari MANusia yang memahami dan mempraktekan ILMU bapa & indung. ILMU bapak (ISLAM) dengan sastra 30 kaLAM, ILMU indung (SUNDA) dengan sastra 18 aLAM ,,, uJANG adalah yang mendasaRI (sastra jendra rahayu ningrat pangruwating diyu jaya diningratu) dengan 15 LAMpah, sehingga 'kaapah' lah toTALItas.

6. KUJANG = KUnu JANGjangan. (BuRung GARUDA)
,,, jangJANG adalah simbul dari sayap yang bisa membuat manuk/burung bisa terBANK menjulang tinggi ke atas juga bisa menukik ke bawah.  Dengan JANGjang inilah maka manusia bisa  menembus langit-langit dari mulai labgit ke 1 sampai ke 7 dengan izin Allah sampai juga di ARASY yang ke 8.
Ini sama dengan hadits "asholatu mi'rojul mu'minin" - "sholat adalah mi'rajnya orang yang ber_i_man. Mi'raj adalah alat canggih, maka namanyapun adalah shALAT (sahALAT), terBANK nya bukan di JIBTI tapi ilmiAH ,,, ka sari ka uji ka bukti ku diri dugi ku nagaRI.

7. KUJANG = KUdu bisa nganJANG ka 603 Dimensi.
,,, dengan kesempurnaan yang dititipkan Allah kepada MANusia maka manuSIA bisa melintasi 603 Dimensi yang bisa meLEBIHi kekuatan Dimensi MalaIKAT. Dimana sebagai KUNciNya disimpan di "Antal maut qoblal maut ,,, inna lillaHI wa inna illaiHI

8. KUJANG = KUnci JAgat nu NGaangliputi. (RahMATAn lil 'alamin).
,,, pada tingkat ini bukan hanya memahami DIRi + BANKsa + nagaRA namun sudah sampai pada tingkat keSEMESTAan - SEMEStiNYA.

,,,,, 5 lagi makna KuJang nanti akan di bahas pada waktu dan tempat yang tepat.

Warna KuJang dan Keris yang berwarna meRAH - putIH.
Sejatinya Merah itu melambangkan Api dengan simbol Kujang yang berbentuk lidah api. Putih itu melambangkan Air dengan simbol Keris yang berbentuk gelombang air.

Konsep NagaRa (Naga = air, Ra = matahari / api) yang diberi nama NusantaRa (Nusa = pulau, Ra = matahari / api) mengandung pengertian secara luasnya adalah kehidupan yang ditopang oleh Air sebagai landasan / sumber hidupnya dan dinaungi oleh Cahaya (matahari) sebagai payung kesejahteraannya sekaligus sebagai perwujudan RAsa
syukur atas berkah dan perlindungan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Dengan kata lain Nusantara = Negeri yang subur.
Dengan kata lain Nusantara = Negeri yang kaya ( Tanah Emas ).
Dengan kata lain Nusantara = Negeri yang diberkaHI.

SELaMAT menikMATI hIDup dan keHIdupan dalam keBAHAGIAan NuN ABADi.


Rabu, 19 Juli 2017

"Transformasi MANUsia SUNDA di NUSANTARA"

"Transformasi MANUsia SUNDA di NUSANTARA"
By : Kang SundaRa

Bismillahirrahmaanirrahiim,

* Aswrwb - SampuRAsun *

meNURut Sang BhaTaRA bRAhMA

"Apa diantara kita ada yang TaHu mengapa kita semua diberi nama  'MANUsia'? Ada banyak referensi yang memberikan definisi dan makna tentang makhluk yang bernama 'MANUSIA'.

Ada yang mengatakan bahwa kata "MANUSIA" berasal dari kata "MANUSA" yang tersusun dari akar kata "MANU" dan "SA".

MANU = wise (kebijaksanaan), thought (pikiran), prayer (doa).
SA = possession (kepemilikan/memiliki).
MANU-SA = (makhluk yang) memiliki Kebijaksanaan/Pikiran atau (makhluk yang) senantiasa Berdoa.

Ada pula yang mengatakan bahwa kata "MANUSIA" berasal dari aksara hanacaraka, yakni tersusun dari aksara "MA", "NU" dan "SA".

MA = Makhluk
NU = Cahaya
SA = Tunggal/Manunggal
MA-NU-SA = Makhluk yang memiliki cahaya yang manunggal dalam DIRinya.

ada pula yang mengatakan bahwa kata "MANUSIA" berasal dari kata "MA" dan "NASIYA".
MA = Makhluk
NASIYA = Lupa
MA-NASIYA = Makhluk yang Pelupa.

Di dalam Al-Qur'an sendiri ditemukan ada sebanyak "empat" kata yang maknanya kurang lebih merujuk kepada "MANUSIA" yakni: "BASYAR", "NAAS", "INSI" dan "INSAN" dimana masing-masing kata tersebut memiliki arti dan makna tersendiri tentang siapa sebenarnya makhluk yang bernama "MANUSIA".

Lantas bagaimana dengan kearifan lokal NUHSANTARA memaknai kata "MANUSIA"?

Berikut penjelasan dari Sang BHATARA; Dalam penjelasannya, beliau menjelaskan bahwa kata "MANUSIA" hanyalah merupakan akar kata dari sebuah induk kata "MANA/MANU" yang tersusun dari kata "MA" dan "ANA".

MA berarti "Makhluk".
ANA berarti "AKU" (Tuhan)
MA-ANA (dibaca: MANA/MANU) = Makhluk yang diciptakan "AKU" (Tuhan) untuk mengenal "AKU" (Tuhan).

Kata "ANA" yang berarti "AKU" yang merujuk kepada "TUHAN" ditemukan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

"Sesungguhnya ANA (AKU) adalah ANA (AKU), ALLAH, tidak ada Tuhan selain ANA (AKU), maka mengabdilah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." (QS. Thaha 20:14)

Kata "ANA/ANI" yang berarti "AKU" yang merujuk kepada "TUHAN" juga ditemukan dalam Al-Kitab sebagai berikut:

"ANI YHVH HASHEMI"
"AKU YAHWEH. Itulah Nama-Ku."
(Yesaya 42:8)

Dan dalam hadits Nabi Muhammad SAW juga disebutkan,
"AKU laksana perbendaharaan yang tersembunyi. AKU ingin agar dikenal maka AKU ciptakan makhluk. Lalu AKU memperkenalkan diri kepada mereka sehingga mereka mengenal AKU." (HR. Bukhari, At-Tirmidzi)

Kata "MA-ANA" (dibaca: MANA/MANU) ini memiliki nilai numerik sebagai berikut:
MA = memiliki nilai numerik 40;
A = memiliki nilai numerik 1;
NA = memiliki nilai numerik 50;
MA-ANA (dibaca: MANA/MANU) = 40+1+50 = 91.

Nah dalam kearifan lokal NUHSANTARA, kata "MA-ANA" (dibaca: MANA/MANU) ini diterjemahkan dengan kata "JALMA" (dibaca: JELMAH/JELMA) yang   tersusun dari aksara: JA, YA, LA, MA, HA.

JA = memiliki nilai numerik 3;
YA = memiliki nilai numerik 10;
LA = memiliki nilai numerik 30;
MA = memiliki nilai numerik 40;
HA = memiliki nilai numerik 8;
JA-YA-LA-MA-HA (dibaca: JELMAH/JELMA) = 3+10+30+40+8 = 91.

Jadi kata "JALMA" (dibaca: JELMAH/JELMA) itu maknanya analog dengan makna kata "MA-ANA" (dibaca: MANA/MANU) yaitu makhluk yang diciptakan oleh "AKU" (TUHAN) untuk mengenal "AKU" (TUHAN).

Nah selanjutnya makhluk yang dikenal sebagai "JALMA" (dibaca: JELMAH/JELMA) ini dalam implementasi kehidupan nyatanya harus melalui enam fase atau enam tahapan transformasi secara bertingkat dari tahap yang paling rendah hingga kepada tahap yang paling tinggi dalam rangka proses dirinya untuk mengenal "AKU" (TUHAN).

Keenam fase atau keenam tahapan transformasi yang harus dilalui oleh "JALMA" (dibaca: JELMAH/ JELMA) adalah sebagai berikut:
1. JALMA THUMUWUH;
2. JALMA SATHO;
3. JALMA WONG;
4. JALMA SIWONG;
5. JALMA WUSTHO SIWONG;
6. JALMA WASTU SIWONG;

Nah, sekarang mari kita bahas keenam fase/tingkatan transformasi ini satu-persatu.

FASE KESATU: JALMA THUMUWUH

Dalam aspek kajian numerik-linguistik, kata "THUMUWUH" tersusun dari aksara: THA, MA, WA, HA' dan YA.

THA = memiliki nilai numerik "9";
MA = memiliki nilai numerik "40";
WA = memiliki nilai numerik "6";
HA' = memiliki nilai numerik "5";
YA = memiliki nilai numerik "10";
THA-MA-WA-HA'-YA (dibaca: THUMUWUH) = 9+40+6+5+10 = 70.

Kata "THUMUWUH" inilah yang diterjemahkan dengan kata "SAYA" yang sama-sama memiliki nilai numerik "70".

SAYA = SA-YA
SA = memiliki nilai numerik "60";
YA = memiliki nilai numerik "10";
SA-YA (dibaca: SAYA) = 60+10 = 70.

Nah kata "SAYA" ini bermakna "personal" yang merujuk kepada diri sendiri.

Jika kata "AKU" itu merujuk kepada "TUHAN", maka kata "SAYA" lebih merujuk kepada "HAMBA".

Sehingga fase atau tahap pertama dari Proses Transformasi Manusia yakni "JALMA THUMUWUH" dimaknai sebagai:
"MA-ANA-SAYA" (dibaca: MANUSIA).

MA = Makhluk.
ANA = AKU (TUHAN).
SAYA = AKU (HAMBA).
MA-ANA-SAYA (dibaca: MANUSIA) = Makhluk yang diciptakan oleh AKU (yakni 'ANA' sebagai TUHAN) untuk mengenal AKU (yakni 'SAYA' sebagai HAMBA).

Inilah makna yang sebenarnya dari kata "MANUSIA" yang sampai saat ini pun masih seringkali salah penerjemahan, karena masih kerap diterjemahkan sebagai "MA-NASIYA" bukan sebagai "MA-ANA-SAYA".

Karena kata "MA-NASIYA" maknanya adalah:
MA = Makhluk.
NASIYA = Lupa.
MA-NASIYA (dibaca: MANUSIA) berarti "Makhluk yang Lupa" yakni lupa akan asal penciptaan dirinya.

Dalam Al-Quran disebutkan,
"Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia (INSAN) LUPA KEPADA (ASAL) PENCIPTAAN DIRINYA; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"
(QS. Yasin 36:78) [Ya_asin].

Sehingga kata "MANUSIA" yang seharusnya tersusun dari akar kata "MA-ANA-SAYA" yang memiliki makna "makhluk yang diciptakan oleh AKU (yakni 'ANA' sebagai TUHAN) untuk mengenal AKU (yakni 'SAYA' sebagai HAMBA)" menjadi mengalami pergeseran makna ketika kata "MANUSIA" dianggap sebagai kata yang tersusun dari akar kata "MA-NASIYA" yang memiliki makna "makhluk yang lupa akan asal penciptaan dirinya".

Kesimpulan fase/tahap pertama:
Pada fase atau tahap transformasi yang pertama ini, MANUSIA dikenal sebagai "JALMA THUMUWUH" yang memiliki nilai numerik 161 (JALMA = 91; THUMUWUH = 70, dan 91+70 = 161) yang memiliki makna ganda yakni makna pertama sebagai "MA-NASIYA" (dibaca: MANUSIA) yang bermakna sebagai "makhluk yang lupa akan penciptaan dirinya" dan makna kedua sebagai "MA-ANA-SAYA" (juga dibaca: MANUSIA) yang bermakna sebagai "makhluk yang diciptakan oleh 'AKU' (yakni 'ANA' sebagai TUHAN) untuk mengenal 'AKU' (yakni 'SAYA' sebagai HAMBA".

Resume fase/tahap pertama:
Gelar: JALMA THUMUWUH atau MA-NASIYA.
Dibaca: MANUSIA.
Makna: Makhluk yang lupa akan asal muasal penciptaan dirinya.
Nilai Numerik:
91+70 = 161.

FASE KEDUA: JALMA SATHO

Dalam aspek kajian numerik-linguistik, kata "SATHO" tersusun dari aksara: SA dan THA.

SA = memiliki nilai numerik "60"
THA = memiliki nilai numerik "9"
SA-THA (dibaca: SATHO/SATO) = 60+9 = 69.

Nah kata "SA-THA" (dibaca: SATHO/SATO) ini memiliki nilai numerik yang sama dengan kata "THIIN" yang tersusun dari aksara THA, YA dan NA yang berarti "TANAH".

THA = memiliki nilai numerik "9"
YA = memiliki nilai numerik "10"
NA = memiliki nilai numerik "50"
THA-YA-NA (dibaca: THIIN) = 9+10+50 = 69.

Jika pada fase kesatu transformasi, manusia masih menyandang gelar sebagai "JALMA THUMUWUH" yang diterjemahkan sebagai "MA-NASIYA" (dibaca: MANUSIA) yang memiliki makna sebagai makhluk yang lupa akan asal penciptaan dirinya, maka pada fase kedua transformasi ini manusia sudah mulai menyandang gelar sebagai "JALMA SATHO", yakni manusia yang sudah mulai mengenali asal penciptaan dirinya yang diciptakan Tuhan dari unsur Tanah dan Air, bahkan ia juga sudah memahami bahwa ia bukanlah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan bahan penciptaan yang asal jadi, melainkan dengan bahan penciptaan yang merupakan saripati berbagai unsur-unsur alam semesta, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan INSAN dari SARIPATI THIIN (Tanah)." (QS. Al-Mu'minun 23:12)

"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan INSAN dari THIIN (Tanah). Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari SARIPATI AIR yang hina."
(QS. As-Sajadah 32:7-8)

Nah berbicara mengenai INTI SARIPATI bahan penciptaan unsur-unsur alam semesta, dalam AJAR PIKUKUH NUHSANTARA dijelaskan sebagai berikut,

Manusia merupakan penjelmaan dari EMPAT INTI SARIPATI Unsur-Unsur Pembentuk alam semesta yaitu:
1. ANGIN/BAYU (Inti Saripati Unsur ANGIN disebut sebagai Anasir "MA" dan dalam agama Hindu disebut sebagai Anasir "MANG").
2. API/GENI (Inti Saripati Unsur API disebut sebagai Anasir "RA" dan dalam agama Hindu disebut sebagai Anasir "ANG").
3. TANAH/LEMAH (Inti Saripati Unsur TANAH disebut sebagai Anasir "DA" dan dalam agama Hindu disebut sebagai Anasir "AH").
4. AIR/APAH (Inti Saripati Unsur AIR disebut sebagai Anasir "HU" dan dalam agama Hindu disebut sebagai Anasir "UNG").

Jika inti saripati unsur AIR/APAH (HU), TANAH/LEMAH (DA) dan API/GENI (RA) bersatu, maka akan menjadi HU-DA-RA (dibaca: UDARA/HAWA). Sedangkan jika inti saripati unsur AIR/APAH (HU), TANAH/LEMAH (DA) dan ANGIN/BAYU (MA) bersatu, maka akan menjadi HU-DA-MA (dibaca: HADAMA/ADAMA/LUMPUR).

Makanya dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa manusia yang disebut dalam kedua ayat tersebut sebagai "INSAN" dikatakan diciptakan Tuhan dari Inti Saripati TANAH (disebut dalam QS. Al-Mu'min 23:12)  dan juga Inti Saripati AIR (disebut dalam QS. As-Sajadah 32:7-8).

Pertanyaannya adalah mengapa Manusia (INSAN) disebutkan hanya tercipta dari kedua inti saripati tersebut (yakni TANAH dan AIR)?

Ya karena memang Manusia yang bernama INSAN baik laki-laki (HUDAMA/HADAMA/ADAM) ataupun perempuan (HUDARA/HAWA) memang tercipta dari kedua inti saripati tersebut (TANAH atau DA dan AIR atau HU). Yang membedakan bahan penciptaan keduanya adalah bahwa dalam penciptaan laki-laki (HUDAMA/ADAM), Tuhan menambahkan inti saripati ANGIN atau MA. Sedangkan dalam penciptaan perempuan (HUDARA/HAWA), Tuhan menambahkan inti saripati API atau RA.

Inilah alasannya mengapa dalam fitrah penciptaannya, laki-laki (HUDAMA/ADAM) tercipta untuk menjadi pemimpin bagi perempuan (HUDARA/HAWA), karena hanya inti saripati unsur ANGIN atau MA yang ada dalam diri laki-laki (HUDAMA/ADAM) lah yang bisa mengendalikan inti satipati unsur API atau RA yang ada dalam diri perempuan (HUDARA/HAWA). Dalam implementasi dunia nyata, ANGIN bisa membuat API menjadi kecil atau padam dan sekaligus juga bisa membuat API menjadi besar. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa ANGIN yang mengendalikan API, bukan API yang mengendalikan ANGIN.

Kesimpulan fase/tahap kedua:
Pada fase atau tahap transformasi yang kedua ini, MANUSIA dikenal sebagai "JALMA SATHO" yang memiliki nilai numerik 160 (JALMA = 91; SATHO = 69, dan 91+69 = 160) yang memiliki makna sebagai "MA-NUSAH" (dibaca: MANUSAH) yang bermakna sebagai manusia yang sudah mulai mengenali asal penciptaan dirinya yang diciptakan Tuhan dari saripati tanah (DA) dan saripati air (HU/HA).

Resume fase/tahap kedua:
Gelar: JALMA SATHO atau MA-NUSAH.
Dibaca: MANUSAH.
Makna: Makhluk yang sudah mengingat perihal asal muasal penciptaan dirinya.
Nilai Numerik:
91+69 = 160.

FASE KETIGA: JALMA WONG

Dalam aspek kajian numerik-linguistik, kata "WONG" tersusun dari aksara: WA dan NGA.

WA = memiliki nilai numerik "6"
NGA = memiliki nilai numerik "70"
WA-NGA (dibaca: WONG) = 6+70 = 76.

Nah kata "WA-NGA" (dibaca: WONG) ini memiliki nilai nuMERIK yang sama dengan kata "NGABDI/'ABDI" yang tersusun dari aksara NGA/AIN, BA dan DA yang berarti "HAMBA".

NGA/AIN = memiliki nilai numerik "70"
BA = memiliki nilai numerik "2"
DA = memiliki nilai numerik "4"
NGA-BA-DA (dibaca: NGABDI/'ABDI) = 70+2+4 = 76.

Jika pada fase kedua transformasi, manusia menyandang gelar sebagai "JALMA SATHO" yang diterjemahkan sebagai "MA-NUSAH" (dibaca: MANUSAH) yang memiliki makna sebagai makhluk yang sudah mengingat akan asal penciptaan dirinya, maka pada fase ketiga transformasi ini manusia sudah menyandang gelar sebagai "JALMA WONG", yakni manusia yang sudah mulai menyadari tujuan penciptaan dirinya dan perlahan mulai menata dirinya guna mencapai tujuan penciptaan dirinya sebagaimana yang diinginkan oleh Sang AKU (TUHAN).

Pada fase ketiga ini, Manusia "JALMA WONG" telah memahami dengan benar apa tujuan penciptaan dirinya yang tidak lain hanyalah sebagai "WONG" atau "NGABDI / 'ABDI" yakni sebagai "HAMBA" dari "AKU" (yakni "ANA" sebagai "TUHAN") sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

"Dan tidak KUciptakan JIN dan MANUSIA melainkan supaya menjadi 'ABDI-Ku". (QS. Adz-Dzariyat 51:56)

Dan para leluhur NUHSANTARA yang hidup berdampingan dalam keberagaman etnis rupa-rupanya telah mengenal istilah "WONG" yang bermakna sebagai "HAMBA" ini dalam berbagai bahasa etnis.

Berikut turunan induk kata "WONG" dalam berbagai bahasa etnis,

Induk kata:
WA-NGA (dibaca: WONG) = 6+70 = 76.
Bahasa Arab: NGA-BA-DA (dibaca: NGABDI / 'ABDI) = 70+2+4 = 76.
Bahasa Sunda: 'A-BA-DA (dibaca: ABDI) = 70+2+4 = 76.
Bahasa Jawa: KA-WU-LA-KA (dibaca: KAWULA / KAWULO) = 20+6+30+20 = 76.
Bahasa Melayu:
SA-HA-A-YA (dibaca: SAHAYA) = 60+5+1+10 = 76.
Bahasa Minang:
HA-MA-BA-WA-KA (dibaca: HAMBOK / AMBO) = 8+40+2+6+20 = 76.

Kesimpulan fase/tahap ketiga:
Pada fase atau tahap transformasi yang ketiga ini, MANUSIA dikenal sebagai "JALMA WONG" yang memiliki nilai numerik 167 (JALMA = 91; WONG = 76, dan 91+76 = 167) yang memiliki makna sebagai "MANU-WONG" (dibaca: MANU WONG) yakni sebagai manusia yang sudah menyadari tujuan penciptaan dirinya yang diciptakan untuk menjadi 'ABDI/NGABDI dari Sang AKU (TUHAN).

Resume fase/tahap ketiga:
Gelar: JALMA WONG atau MANU-WONG.
Dibaca: MANU WONG.
(Dalam sejarah kita mengenal adanya istilah perkumpulan WONG Jawa, WONG Sunda, WONG Bugis, WONG Aceh, WONG Ambon, WONG Palembang, WONG Batak, dll)
Makna: Makhluk yang sudah menyadari perihal tujuan penciptaan dirinya.
Nilai Numerik:
91+76 = 167.

FASE KEEMPAT: JALMA SIWONG

Dalam aspek kajian numerik-linguistik, kata "SIWONG" tersusun dari aksara: SIWA (SI-WA) dan WONG (WA-NGA).

SI = memiliki nilai numerik "60"
WA = memiliki nilai numerik "6"
SI-WA (dibaca: SiWa) = 60+6 = 66.
WA = memiliki nilai numerik "6"
NGA = memiliki nilai numerik "70"
WA-NGA (dibaca: WONG) = 6+70 = 76.
SIWA-WONG (dibaca: SIWONG) = 66+76 = 142.

Nah kata "SIWA-WONG" (dibaca: SIWONG) ini memiliki nilai numerik 76 dan 66, sama dengan kata "INSAN" (dibaca: INSUN) yang memiliki kode nomor surat ke-76 yakni surat AL-INSAN dan kata "SABDA" (nilai numerik 66) yang jika digabungkan akan terbaca menjadi "INSUN SABDA" yang diakronimkan oleh para leluhur NUHSANTARA dengan kata "SUNDA" sehingga dari sinilah akhirnya kita paham bahwa kata "SUNDA" justru tidak berkaitan sama sekali dengan nama tempat, nama suku ataupun nama ras tertentu, tetapi tepatnya merupakan sebuah akronim dari kata "INSUN SABDA" yang merupakan gelar yang diberikan kepada manusia yang kehendaknya telah menyatu dan manunggal dengan Kehendak Tuhan, sehingga apa yang di-SABDA-kan atau diucapkannya senantiasa terwujud menjadi kenyataan.

Pada fase keempat ini, Manusia "JALMA SIWONG" telah memahami bahwa sebagai "NGABDI / 'ABDI" dirinya harus senantiasa ber-DOA kepada "Sang AKU" (TUHAN) dan dirinya pun mengenal dengan baik siapa itu "Sang AKU" (TUHAN) yang menjadi tempat tujuannya ber-DOA bahkan dirinya pun memahami bagaimana etika ber-DOA yang baik dan benar.

Kepada siapa tujuan dirinya ber-DOA dipahaminya dengan baik dan benar sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an berikut ini:

"Katakanlah: "Ber-DOA-lah (kepada) ALLAH atau ber-DOA-lah (kepada) AR-RAHMAN. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". (QS. Al-Isra 17:110)

Manusia "SIWA-WONG" (dibaca: SIWONG) memahami betul bahwa nama dari "Sang AKU" (TUHAN) yang dikenal sebagai "ALLAH" disebut sebanyak 2698 kali di dalam Al-Qur'an.

Dan angka "2698" ini ternyata merupakan bilangan "Kripto 19" yakni sebuah bilangan yang habis dibagi dengan angka 19, dimana: 2698 = 142 x 19.

Sehingga dengan demikian nama dari "Sang AKU" (TUHAN) yang dikenal dengan nama "ALLAH" ternyata memberikan kode angka "142" dimana kode angka tersebut juga merupakan nilai NUmerik dari kata "SIWA-WONG" (dibaca: SIWONG) yang diterjemahkan sebagai Manusia "INSUN SABDA".

Selain itu, Manusia "SIWA-WONG" (dibaca: SIWONG) juga memahami bagaimana caranya ber-DOA dengan baik dan benar, yakni dengan cara membuka kedua telapak tangan, menyatukannya dan kemudian menengadahkannya ke atas sambil mulutnya melafalkan DOA.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW disebutkan,
"Sesungguhnya Allah Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia Malu terhadap 'ABDI-Nya jika 'ABDI-Nya tersebut menengadahkan kedua telapak tangannya kepada-Nya, lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan HAMPA." (HR. Abu Daud No.1488, dan At-Tirmidzi No.3556).

Pertanyaannya adalah mengapa dalam ber-DOA, kita harus menengadahkan kedua telapak tangan kita kepada-Nya?

Karena ketika kita membuka kedua telapak tangan kita, menyatukannya, dan kemudian menengadahkannya maka pada kedua telapak tangan kita akan terbentuk simbol Bulan Sabit yang dalam Al-Qur'an berkode sandi nomor "54" dan simbol angka "88" yang ditulis dengan aksara Arab, dimana: 54+88 = 142

Kesimpulan fase/tahap keempat:
Pada fase atau tahap transformasi yang ketiga ini, MANUSIA dikenal sebagai "JALMA SIWONG" yang memiliki nilai numerik 167 (JALMA = 91; SIWA = 66, dan WANGA = 91+66+76 = 233 ) yang memiliki makna sebagai "MANU-SIWA-WONG" (dibaca: MANU SIWA WONG) yang bermakna sebagai manusia yang kehendak "Sang AKU" dalam dirinya sudah menyatu atau manunggal dengan Kehendak "Sang AKU" (TUHAN) sehingga ia pun dijuluki sebagai "MANU INSUN SABDA" yakni manusia yang memiliki Kehendak "Sang AKU" (TUHAN) di dalam dirinya.

Resume fase/tahap keempat:
Gelar: JALMA SIWONG atau MANU-INSUN-SABDA.
Dibaca: MANU INSUN SABDA.
Makna: Makhluk yang kehendak dirinya sudah manunggal dengan Kehendak Sang AKU (TUHAN).
Nilai Numerik:
91+142 = 233.

FASE KELIMA: JALMA WUSTHO SIWONG

Dalam aspek kajian numerik-linguistik, kata "WUSTHO SIWONG" tersusun dari aksara: WUSTHO (WA-SA-THA-A), SIWA (SI-WA) dan WONG (WA-NGA).

WA = memiliki nilai numerik "6"
SA = memiliki nilai numerik "60"
THA = memiliki nilai numerik "9"
A = memiliki nilai numerik "1"
WA-SA-THA-A (dibaca: WUSTHO) = 6+60+9+1 = 76.
SI = memiliki nilai numerik "60"
WA = memiliki nilai numerik "6"
SI-WA (dibaca: SIWA) = 60+6 = 66.
WA = memiliki nilai numerik "6"
NGA = memiliki nilai numerik "70"
WA-NGA (dibaca: WONG) = 6+70 = 76.
WUSTHO-SIWA-WONG (dibaca: WUSTHO SIWONG) = 76+66+76 = 218.

Nah kata "WUSTHO-SIWA-WONG" (dibaca: WUSTO SIWONG) ini memiliki nilai numerik 218 sama dengan kata "RA-HAYU" (dibaca: RAHAYU) yang bermakna:

RA = Sumber Cahaya (Tuhan);
HAYU = Daya Hidup;
RA-HAYU (dibaca: RAHAYU) bermakna Tuhan Sang Pemberi Daya Hidup.

Nah, manusia yang sudah mencapai fase/tahap transformasi kelima ini, dengan gelar "JALMA WUSTHO SIWONG" ia sudah menyadari dengan kesadaran yang tinggi tentang adanya Daya Hidup dalam setiap makhluk yang diciptakan oleh "Sang AKU" (TUHAN) sehingga dengan kesadarannya itu ia senantiasa mengucapkan kata "SALAM" sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan Sang Pemberi Daya Hidup yang bermanifestasi dalam bentuk makhluk ciptaan apapun di alam semesta ini.

Ucapan "SALAM" yang senantiasa dilakukan oleh Manusia "JALMA WUSTHO SIWONG" ini diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

"Dan salam penghormatan mereka adalah 'SALAM'." (QS. Yunus 10:10)

Nah kata "SALAM" yang senantiasa diucapkannya ini jika dikaji dari aspek numerik-linguistik maka ia memiliki nilai numerik sebagai berikut:

SA = memiliki nilai numerik "60"
LA = memiliki nilai numerik "30"
MA = memiliki nilai numerik "40"
SA-LA-MA (dibaca: SALAM) = 60+30+40 = 130.

Sementara mulutnya mengucapkan kata "SALAM", ia pun tidak lupa menyatukan dan menutup kedua telapak tangannya sehingga akan terbentuk kode angka "88" yang tertulis dalam aksara Arab dari kedua telapak tangannya. Sehingga kombinasi antara ucapan "SALAM" dan gerakan dari kedua telapak tangannya ketika mengucapkan kata "SALAM" tersebut memberikan makna sebagai berikut:

Ucapan "SALAM" --> nilai numerik "130" Kode yang terbentuk dari gerakan kedua telapak tangan ketika mengucapkan "SALAM" --> kode numerik "88".
Kombinasi ucapan dan gerakan tangan = 130+88 = 218.

Sehingga Manusia yang sudah mencapai fase/tahapan kelima ini akan senantiasa menyebarkan SALAM sebagai penghormatan kepada Tuhan Sang Pemberi Daya Hidup yang menyatu dalam manunggal dalam setiap makhluk ciptaan Tuhan yang ada di alam semesta ini.

Resume fase/tahap kelima:
Gelar: JALMA WUSTHO SIWONG atau MANU-RA-HAYU.
Dibaca: MANU RAHAYU.
Makna: Makhluk yang senantiasa menyebarkan SALAM sebagai bentuk penghormatan kepada Sang AKU (TUHAN) Sang Pemberi Daya Hidup yang manunggal di dalam setiap makhluk ciptaan yang ada di alam semesta.
Nilai Numerik:
91+76+142 = 309.

FASE KEENAM: JALMA WASTU SIWONG

Dalam aspek kajian numerik-linguistik, kata "WASTU SIWONG" tersusun dari aksara: WASTU (WA-SA-TU), SIWA (SI-WA) dan WONG (WA-NGA).

WA = memiliki nilai numerik "6"
SA = memiliki nilai numerik "60"
TU = memiliki nilai numerik "400
WA-SA-TU (dibaca: WASTU) = 6+60+400 = 466.
SI = memiliki nilai numerik "60"
WA = memiliki nilai numerik "6"
SI-WA (dibaca: SIWA) = 60+6 = 66.
WA = memiliki nilai numerik "6"
NGA = memiliki nilai numerik "70"
WA-NGA (dibaca: WONG) = 6+70 = 76.
WASATU-SIWA-WONG (dibaca: WASTU SIWONG) = 466+66+76 = 608.

Nah kata "WASTU-SIWA-WONG" (dibaca: WASTU SIWONG) ini memiliki nilai numerik "608" sama dengan kata "BA-HA'-TA-RA-A" (dibaca: BHATARA/BATARA) yang bermakna "Manusia Dewa" atau "Manusia Agung yang dihormati".

Nah pada fase atau tahap tertinggi dalam transformasi ini, manusia yang diberi gelar "WASTU SIWONG" merupakan wujud nyata dari manusia yang sudah sangat mengenal JATi DIRi "Sang AKU" (TUHAN) dengan cukup baik. Ia tidak hanya mengenal-Nya sebagai "ALLAH" tapi ia juga mengenal-Nya sebagai "AR-RAHMAN" bahkan ia pun mengenal-Nya dengan 99 nama-nama milik-Nya yang terbaik.

Manusia "WASTU SIWONG" adalah manusia yang doanya pun menjadi senjata yang ampuh bagi dirinya, apa yang diucapkannya dalam DOA senantiasa menjadi terwujud nyata dalam kehidupan nyata, karena dirinya benar-benar sudah mengenal "Sang AKU" (TUHAN) dalam doa-doanya sehingga segala sesuatu yang mustahil sekalipun menjadi mungkin baginya meskipun hanya lewat DOA, dan apa yang dilakukannya sejalan dengan ayat berikut:

"Katakanlah: "Ber-DOA-lah (kepada) ALLAH atau ber-DOA-lah (kepada) AR-RAHMAN. Dengan NAMA yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al ASMAA'UL HUSNA dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". (QS. Al-Isra 17:110)

Manusia "WASTU SIWONG" sangat mengenal "Sang AKU" (TUHAN) dalam banyak nama dan ia merangkum keseluruh nama tersebut dalam tiga nama agung berikut,

BISMI = Nama yang mana saja (dikenal sebagai "ASMAUL HUSNA")
BISMI = BA-SA-MA = 2+60+40 = 102.

ALLAH = Nama Sang AKU (yakni "ANA")
ALLAH = A-LA-LA-HA' = 1+30+30+5 = 66.

RAHMAN = Nama Sang Pencipta/Pengatur
RAHMAN = RA-HA-MA-NU = 200+8+40+50 = 298.

BISMI-ALLAH-RAHMAN = 102+66+298 = 466.

Cukup Dengan membuka kedua telapak tangannya, menyatukannya dan menengadahkannya kepada "Sang AKU" untuk menyatukan kode angka "54" dan "88" yang ada pada kedua telapak tangannya dan kemudian ber-DOA dengan menyebut kata "BISMI-ALLAH-RAHMAN" ia mampu mendatangkan berbagai keajaiban, karomah dan mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh manusia yang berada pada fase/tahapan transformasi di bawahnya sehingga wajarlah jika manusia awam menyebutnya sebagai "DEWA" yang bergelar "BA-HA'-TA-RA" (dibaca: BHATARA/BATARA).

Resume fase/tahap keenam:
Gelar: JALMA WASTU SIWONG atau MANU-BA-HA'-TA-RA.
Dibaca: MANU BHATARA.
Makna: Makhluk yang sudah sangat mengenal Sang AKU (TUHAN) dengan sangat baik dalam berbagai nama sehingga ia dapat melakukan keajaiban dan mukjizat-mukjizat yang tidak biasa dan tidak bisa dilakukan oleh siapapun.
Nilai Numerik:
91+466+142 = 699.

Demikianlah Transformasi Manusia Sunda Dalam Kearifan Lokal Nuhsantara.

Semoga menjadi pancerRUH - panceRIH - penceRAHan yang membangkitkan keSADARan buat generasi muda dan generasi tua pewaris Bhumi Pertiwi kita tercinta.

🙏🏻 Salam - Rahayu 🙏🏻

"RahAsia NagaRI shin"

"RahAsia NagaRI shin"
By : Kang SundaRa

* Aswrwb - Sampurasun *

Awal kisah terungkapnya "RAHASIA" ini berawal dari SABDA "Malaikat Jibril" (GabRI-El) Sang Batara Guru kepada "Nabi Muhammad" SAW Aslama Sang Manusia SOENda tentang Rahasia sebuah negeri yang telah memiliki teknologi peradaban maju dan juga telah memiliki ajaran yang luhur jauh beribu-ribu tahun yang lalu yang bernama "NEGERI SHIN".

Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tuntutlah ilmu meskipun harus sampai di NEGERI SHIN" (HR. Al-Baihaqi) - Bae HAQ Insoen.

Dalam hadits tersebut, NEGERI SHIN ditulis dengan tiga aksara Arab, yakni: SHAD, YA dan NUN, dibaca "SHIIN" yang jika dilihat dari aspek etno-numerik-linguistik maka:

SHAD = memiliki nilai numerik 90.
YA = memiliki nilai numerik 10.
NUN = memiliki nilai numerik 50.
SHAD+YA+NUN (SHIN) = 90+10+50 = 150.

Ejaan aksara SHAD, YA dan NUN ini kemudian dilafalkan dengan aksara vokal menjadi "a-sha-ya-na" (dibaca: ashayana) yang artinya "dikelilingi sinar dengan sempurna" namun kemudian kata "ashayana" ini dilafalkan menjadi "ocean" yang disalah-artikan menjadi "SAMUDera".

Kata "SHIN" sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas sebagai "NEGERI SHIN" kemudian diadopsi ke dalam Bahasa Inggris menjadi kata "SHINE" yang artinya adalah:
Shining, Sheen (adjective)

Namun dalam terminologi kehidupan penduduk Nusantara, kata "SHIN" ini lebih banyak diucapkan dengan kata "SUNDA"

Sehingga kata "SUNDA" jika diartikan dengan pendekatan Bahasa Sansekerta, maka artinya dalam Bahasa Indonesia adalah "Bersinar", "Terang", "Putih", "NuR" atau "JanNAH".

Namun jika ia diartikan menggunakan kaidah hukum "sandi" dalam tata bahasa Sunda, maka kata "SUNDA" terdiri dari akar kata SU, NA dan DA yang artinya adalah:
** SU = Sejati, Abadi;
** NA = Seuneu, Api;
** DA = Besar, Agung;
** SU-NA-DA (SUNDA) = (NuR) sumber Api Besar yang Abadi.

Dan jika dilihat dari aspek etno-numerik-linguistik maka:

SU = memiliki nilai numerik 60.
NA = memiliki nilai numerik 50.
DA = memiliki nilai numerik 4.
SU-NA-DA (SUNDA) = 60+50+4 = 114.

Nah kode angka "114" ini jika dianalogkan menjadi jumlah komplitnya surat dalam Al-Qur'an, dan Surat yang ke-114 yakni Surat "An-Naas" yang artinya adalah "Manusia".

Jadi dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa kata "SUNDA" maknanya merujuk kepada "Manusianya" secara menyeluruh (SELuRUH dalam cahAYA) tanpa masuk ke dalam ranah et-nusa (etnis), suku ataupun ras tertentu yang terkait dengan kata "SUNDA".

Lalu, dalam sudut pandang etno-numerik-linguistik, apakah bisa kata "SUNDA" yang memiliki nilai numerik "114" dianalogkan dengan kata "SHIN" (Negeri SHIN) yang memiliki nilai numerik "150", sementara diantara kedua kata tersebut masih berselisih angka sebesar "36".

Mari kita kaji kembali bagaimana dengan makna selisih angka "36" ini? Nah angka "36" ini jika diterjemahkan menjadi aksara sunda dengan kaidah hukum sasandi, maka akan menjadi kata BA-LA-DA, dimana:

BA = memiliki nilai numerik 2.
LA = memiliki nilai numerik 30.
DA = memiliki nilai numerik 4.
BA-LA-DA = 2+30+4 = 36.

Dan kata "BALADA" ini artinya adalah "NEGERI" (analog dengan kata "AL-BALAD).

Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa NEGERI "SHIN" itu disebut sebagai "BALADA SUNDA" yang artinya adalah "NEGERI SUNDA" yang keduanya (baik Negeri SHIN ataupun Negeri SUNDA) memiliki nilai numerik yang sama yakni "150".

Kesimpulannya:
SHIN adalah NEGERI-nya.
SUNDA adalah MANUSIA-nya.

Dan jika dikaitkan dengan arti kata "SUNDA" dalam Bahasa Sang Saka Kreta - kereteg (Sansekerta/Sanskrit) ataupun dengan arti dari akar katanya yakni SU-NA-DA, maka
arti "SUNDA" menjadi "Manusia yang membawa Sinar/nir/nur terANG" atau "Manusia yang menjadi Penerang bagi Alam". Inilah RAH_ASIA (roh Aing, Suami, Istri dan Anak) yang sebenarnya dari makna kata "SUNDA".

Lalu, apakah ada rahasia tersembunyi lainnya dari kata "SUNDA" ini? Sangat banyak sekali.

Dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa kata "SUNDA" memiliki nilai numerik "114" yang dianalogkan dengan Surat ke-114 dalam Al-Qur'an yakni Surat "An-Naas". Sehingga untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi dari kata "SUNDA" maka kita harus mengungkapnya melalui kajian Surat "An-Naas" ini.

Namun sebelum melakukan kajian lebih lanjut terhadap Surat An-Naas ini, ada satu kaidah norma yang harus kita patuhi yang dijelaskan dalam ayat berikut,

"Maha Suci Tuhan (Allah) yang telah menCIPTAkan pasangan-pasangan seluruhnya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh Bumi, dan dari diri mereka, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (QS. Ya_asiin, 36: 36) [Ya_asin].

Lewat ayat di atas, akhirnya kita paham bahwa untuk dapat mengungkap rahasia apapun, maka kita dapat melakukan kajian terhadap pasangannya secara terpisah, atau bahkan melakukan kajian terhadap keterpasangan keduanya sekaligus. Karena faktanya adalah bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini meliliki sifat dualismenya masing-masing. Begitu pun halnya dengan Surat "An-Naas" yang ternyata memikiki sifat dualisme dengan Surat "Al-Fatihah".

Dan lewat dualisme atau keterpasangan Surat "An-Naas" dan Surat "Al-Fatihah" ini akhirnya Rahasia tersembunyi tentang ajar pikukuh "SUNDA" dapat terungkap dengan sempurna.

Ada tiga ayat pada Surat "An-Naas" ataupun Surat "Al-Fatihah" yang memiliki redaksi ayat yang serupa namun konteksnya berbeda dan keduanya memiliki sifat dualisme satu sama lain.

Dalam Surat "An-Naas", ketiga ayat tersebut adalah:
Ayat 1 : "Rabb (bagi) Manusia."
Ayat 2 : "Maalik (bagi) Manusia."
Ayat 3 : "Ilaah (bagi) Manusia."

Sedangkan dalam Surat "Al-Fatihah", ketiga ayat tersebut adalah:
Ayat 2 : "Rabb (bagi) Alam Semesta."
Ayat 4 : "Maalik (bagi) Hari Akhir."
Ayat 5 : "Hanya kepada-Mu kami meng-Abdi."

Nah ada frase kata yang serupa dari ketiga ayat dari masing-masing surat di atas, yakni kata: RABB, MAALIK dan ILAAH.

Dan lewat ketiga kata ini, akhirnya kita paham bahwa "Manusia" (Sunda) sebagai "Jagad Mikrokosmos" pada hakekatnya berpasangan dengan "Alam Semesta" sebagai "Jagat Makrokosmos" sehingga antara keduanya ada ikatan kebutTUHAN satu sama lain, maka dengan demikian seyogyanya antara "Manusia" dan "Alam Semesta" memiliki hubungan yang serasi, selaras dan dinamis.

Kembali kepada tiga kata yang serupa yang ditemukan lewat keterpasangan Surat "An-Naas" dan Surat "Al-Fatihah" yakni kata: RABB, MAALIK dan ILAAH, maka berikut makna dari ketiga kata tersebut,

"RABB" merupakan bentuk subyek yang artinya adalah "Pengatur", sedangkan bentuk kata bendanya adalah "RUBUBIYAH" yang artinya adalah "Aturan".

"MAALIK" merupakan bentuk subyek yang artinya adalah "Raja", sedangkan bentuk kata bendanya adalah "MULKIYAH" yang artinya adalah "Kerajaan".

"ILAAH" merupakan bentuk subyek yang artinya adalah "Sesembahan", sedangkan bentuk kata bendanya adalah "ULUHIYAH" yang artinya adalah "Rakyat" atau "Umat".

Dan ketiga kata inilah yang ternyata dijadikan sebagai dasar pemikiran dan dasar pijakan dalam merumuskan ajar pikukuh Sunda yang dikenal sebagai "TRI-TANGTU SUNDA" yang di-siloka-kan sebagai bentuk senjata "TRISULA" yang merupakan senjata pusaka milik "DEWA POSEIDON" dimana kata "POSEIDON" berasal dari kata "PASUNDAN" (Pa-Sunda-an) yang diadopsi ke dalam Bahasa Yunani menjadi "POSEIDON".

Berikut urut ajar pikukuh Sunda yang dikenal sebagai "TRI-TANGTU SUNDA":

RABB - MAALIK - ILAAH
RUBUBIYAH - MULKIYAH - ULUHIYAH
ATURAN - KERAJAAN - RAKYAT
TATA SALIRA - TATA NAGARA - TATA BUANA
AGAMA - NIGAMA - SUNDARIGAMA
RAMA - RATU - RASI
YUDIKATIF - EKSEKUTIF - LEGISLATIF
MANUSIA SUNDA (Rama ~ Nabi) - BATARA GURU (Ratu ~ Jibril Sang Penyampai Wahyu) - ORANG SUNDA (Rasi ~ Umat)

Ya itulah rahasia tersembunyi dari ajar pikukuh Sunda yg disebut sebagai "TRI-TANGTU SUNDA" yang ternyata dirumuskan oleh Leluhur kita lewat keterpasangan tiga buah ayat dari Surat "An-Naas" dan Surat "Al-Fatihah" yang rahasianya diperoleh dari Sang Batara Guru yakni Malaikat Jibril yang diberi tugas sebagai "Penyampai Wahyu" dari Sang Hyang Wenang (Tuhan) kepada para "Manusia Sunda" (Nabi) untuk diajar-luaskan secara umum kepada "Orang Sunda" (Umat).

Selain itu, keterpasangan ketiga ayat dari Surat "An-Naas" dan Surat "Al-Fatihah" juga memberikan kita informasi RAHasia lainnya, yakni lewat kode sandi dari nomor-nomor ayatnya.

Dari ketiga ayat dari Surat "An-Naas" kita mendapatkan kode sandi "1-2-3" sedangkan dari ketiga ayat dari Surat "Al-Fatihah" kita mendapatkan kode sandi "2-4-5".

Ada apa dengan kode sandi "1-2-3" dan "2-4-5" ini? Kode "1-2-3" jika dijumlahkan maka hasilnya adalah "6". Sedangkan kode "2-4-5" jika dijumlahkan maka hasilnya adalah "11".

Jika kita lakukan restrukturisasi terhadap kode "6" dan kode "11" ini maka akan menjadi:

6 = 1+5.
11 = 1+10.

Mari kita kaji makna angka-angka tersebut melalui kajian nuMERIK-linguistik aksara Arab sebagai berikut:

6 = 1+5.
Angka 1 = nilai numerik dari huruf "Alif".
Angka 5 = nilai numerik dari huruf "Ha Besar".
Sehingga kode "6" = 1+5 diterjemahkan menjadi huruf "Alif" dan huruf "Ha Besar" yang jika digabung maka akan dibaca "AH".

Sedangkan dalam aksara suara, huruf "Ha Besar" ini akan terbaca seolah-olah seperti dua huruf yg dibaca secara bersamaan sekaligus, yakni huruf "Ha" dan huruf "Ain" (dibaca NGA dalam bahasa Sunda/Jawa), sehingga huruf "Alif" dan huruf "Ha Besar" ini jika digabungkan dan dibaca dengan aksara suara maka akan dibaca sebagai "HANG" atau "HONG".

Kemudian untuk 11 = 1+10.
Angka 1 = nilai numerik dari huruf "Alif".
Angka 10 = nilai numerik dari huruf "Ya".
Sehingga kode "11" = 1+10 diterjemahkan menjadi huruf "Alif" dan huruf "Ya" yang jika digabung maka akan dibaca "AYA". Dan kata "AYA" dalam bahasa Sunda artinya adalah "ADA".

Selain itu huruf "Alif" dan huruf "Ya" ini jika dibaca dengan aksara huruf Yunani maka ia akan menjadi "Alfa" dan "Omega".
Alif = Alfa
Ya = Omega

Sehingga "Alif" dan "Ya" juga akan dibaca sebagai "Alfa" dan "Omega" yang diakronimkan menjadi kata "AOM" yang merupakan ucapan sakral dalam setiap ibadah Umat Hindu (analog kata "OM" atau "AUM").

Kemudian jika kita pasangkan kata "AH" atau "HONG" dan kata "AYA" atau "AOM/AUM" dan kemudian kedua kata tersebut digabungkan maka akan dibaca menjadi:

AH + AYA = AH-YA ~ AHYA.
HONG + AOM/AUM = AUM-HONG.

Gabungan kata "AUM-HONG" kemudian dikenal dalam konteks Agama Hindu sebagai "AUM-KARA" dan "HONG-KARA".

Sesangkan gabungan kata "AH-YA" kemudian dikenal dalam konteks Agama Islam ataupun Agama Yahudi/Nasrani sebagai "Ismul Azham" atau "Asma Agung" atau "Nama Tuhan yg Paling Agung" yang tidak dapat diucapkan secara sembarangan.

Kata "AHYA" yang berarti "AKU ADA" adalah nama Tuhan Bani Israil yang diperkenalkan ALLAH langsung kepada NABI MUSA (MOSES) dalam Bahasa Ibrani dengan kata "EHYE" dalam kalimat "EHYE ASHER EHYEH" yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi "I AM WHO I AM" dan dalam bahasa Arab menjadi "INNANI ANA" dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi "AKU ADA ADALAH AKU ADA".

Sedangkan Dalam Tafsir Al-Qurthubi, juz 4 halaman 267 disebutkan bahwa kata "AHYA" adalah salah satu ISMUL AZHOM (Nama Tuhan yg paling agung) yang biasa digunakan oleh para Nabi dan orang-orang sholeh BANI ISRAIL ketika melakukan hal-hal berkaromah. Beliau menyebutkan bahwa kata "AHYA" dalam bahasa Ibrani dirangkai menjadi kalimat "AYA HAYYA SYARAAHIYA" yang dalam bahasa Arab artinya sama dengan "AL HAYYU AL QAYYUM".

Senada dengan penjelasan Al-Qurthubi, Ibnu Katsir juga menjelaskan dengan dasar sebuah hadits Nabi, bahwa ketika NABI MUSA bertanya "apa yang harus saya katakan?" maka Allah menjawab "HAYYA SYARAHIYA" dimana arti dari kalimat "HAYYA SYARAHIYA" adalah "AKU YANG HIDUP SEBELUM SEGALA SESUATU DAN SETELAH SEGALA SESUATU TIADA".

Sedangkan dalam Kitab Tafsir Al-Munir disebutkan bahwa ketika Ashif bin Barkhiya (perdana menteri Nabi Sulaiman) memindahkan Singgasana Ratu Balqis, ia berdoa dalam bahasa Ibrani: "AHYA SYARAHIYA Adwana Ashba Utin Ala Syaday" yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi "YAA HAYYU YAA QAYYUM YAA DZUL JALALI WAL IKRAM" dan dalam sekejap mata kemudian singgasana tersebut pindah sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan matanya.

,,, kesimpulannya adalah ,,,

Bahwa Kata "AHYA" ataupun kata "AUM-HONG" sesungguhnya berasal dari ajar pikukuh "Manusia Sunda" (Para Nabi) yang diajarkan secara rahasia dan turun temurun kepada "Orang Sunda" (umatnya) yang awal mulanya hanyalah berasal dari kata "AH" dan kata "AYA" (dalam bahasa Sunda artinya adalah "ADA") namun ketika kedua kata tersebut digabungkan maka ia akan menjadi "Ucapan Sakti Mandraguna" yang diucapkan ketika akan melakukan hal-hal berkaromah diluar nalar logika manusia.

Demikianlah RahAsia tersembunyi dari kode sandi-sindu-sunda "1-2-3" Surat An-Naas dan kode sandi "2-4-5" Surat Al-Fatihah yang dirumuskan oleh leluhur "Manusia Sunda" menjadi kode "6" dan kode "11" kemudian menjadi sandi "1+5" dan sandi "1+10".

Nah tidak hanya itu, masih ada satu lagi rahasia tersembunyi lainnya dari kedua kode sandi tersebut yakni kode "6" dan kode "11" yan jika dijumlahkan menjadi kode "17" yang kemudian diterjemahkan oleh leluhur "Manusia Sunda" sebagai kode sandi "8" dan "9" (17 = 8+9) dimana kode sandi ini terekam di dalam Kitab Veda milik Umat Hindu:

"Tempat kediaman malaiKAT ini mempunyai DELAPAN putaran dan SEMBILAN pintu." (Kitab Atharva Veda 10:2:31)

Dan kode sandi "8" (bermakna "DELAPAN putaran) dan kode sandi "9" (bermakna "SEMBILAN pintu") ini dibuat silokanya oleh leluhur "Manusia Sunda" dalam bentuk "ARUPADHATU" CANDI BOROBUDUR (can diboro bu duRI-duRA-duRU - badar).

"DELAPAN Putaran" adalah siloka dari MANDALA yang membagi Lingkaran menjadi 8 arah penjuru angin, sedangkan "SEMBILAN Pintu" adalah siloka dari "stupa-stupa kecil" yang ada di tiga undakan bertingkat "ARUPADHATU (A Rupa Dat Hu)" CANDI BOROBUDUR yang tersusun rapi dalam setiap arah penjuru angin dalam sistem "Delapan Putaran Mandala" dengan susunan berundak dari atas ke bawah:

Lingkaran Paling Atas = 2 stupa kecil
Lingkaran Kedua dari Atas = 3 stupa kecil
Lingkaran Paling Bawah = 4 stupa kecil

Sehingga kode sandi "SEMBILAN Pintu" dimaknai sebagai "9 stupa kecil" yang terdapat dalam setiap arah penjuru angin yang ada di "DELAPAN Putaran Mandala" yang tersusun dengan pola susunan stupa "2-3-4". Nah kemudian apa makna dari kode sandi "2-3-4" ini?

Makna dari Kode sandi "2-3-4" ini dibuat oleh leluhur kita sebagai Simbol "Hasaka Djawa" yang merupakan siloka (SILOu mun can kabuKA) manunggalnya "CAHAYA BESAR" (SUNDA BESAR" dan "CAHAYA KECIL" (SUNDA KECIL) dalam diri setiap manusia yang sudah mencapai tahapan sebagai "MANUSIA SUNDA" (Manusia Adi Luhung).

Demikianlah analisis "etno-numerik-linguistik" mengenai Rahasia Nama "SUNDA", Rahasia ajar piKUKUHnya dan juga Rahasia Ucap Saktinya.
Untuk makna kode sandi "2-3-4".

Semoga menjadi pencerahan - pancerRAH buat semua yang merasa dirinya sebagai "Orang Sunda", "Manusia Sunda" dan "Penduduk Negeri SHIN". PajAJARAN ANYAR.

SELaMAT berTAFAqur'an

"JAWA = jeWISh (YAHudi) & BeuNang meRAHnya"

"JAWA = jeWISh (YAHudi) & BeuNang meRAHnya"
By : Kang SundaRa

Sengaja saya melengkapi olah pikir dari KH. MH. Ainun Najib, Utusan Kaisar Tiongkok, KH. Fahmi Basya, kelompok peneliti muda Turangga Seta.

“Anda tidak akan paham bila menemukan peta Indonesia Raya dijadikan center display di sebuah web Israel dan Amerika Serikat (www.us-israel.org). Juga agak miris melihat tanda warna merah pada daerah tertentu dari Nusantara” ujar Kyai (“mbelis”) MH. Ainun Najib. Di Belanda November 2008 saya ngobrol panjang dengan pemimpin Yahudi internasional Rabi Awraham Suttendorp yang sangat mengenal Indonesia lebih detail dari kebanyakan orang Indonesia sendiri, sebagaimana di kantor Perdana Menteri Israel Anda bisa jalan-jalan (“main”) ke sana dan melirik ruangan khusus yang berisi segala macam data tentang Indonesia segala bidang yang di-update setiap minggu. Israel juga punya situs berbahasa Indonesia.
Kepada Rabi saya tanyakan kenapa disain tengah atas atau puncak mahkota keagamaan yang beliau pakai memimpin peribadatan di Synagogue (rumah ibadah Yahudi) sama dengan disain bagian atas rumah-rumah di Pulau Jawa bagian Utara. Kenapa ibu kota Israel tidak Tel Avivsaja tapi Java Tel Aviv. Kenapa kantor-kantor Yahudi di berbagai Negara pakai kata Java. Apa pula hubungan dua konsonan yang sama itu: J dan W. Jewish dan Jawa. Mana yang lebih tua: JeWish atau Jawa? Kalau Sampeyan keturunan Nabi Ibrahim, apakah nenek moyang kami manusia Nusantara yang seluruhnya berpuluh abad yang lalu disebut JaWa atau JaWi adalah ‘keponakan’nya Ibrahim ataukah lebih tua dari Ibrahim.

Dari Jawa dimunculkan sedikit informasi bahwa beberapa waktu yang akan datang akan terjadi hasil “taruhan” antara Yahudi (Jewish) dengan Jawa (bukan Jawa non-Sunda non-Batak dalam pengertian 100 tahun terakhir): Kalau Yahudi yang memenangkan persaingan memimpin dunia, maka mereka akan ajak Jawa menjadi rekanan kerja. Kalau Jawa yang ‘juara’ mereka akan berguru kepada Jawa. (Dan hari ini kompetisi JaWa vs JeWish ini sedang terjadi dimana skor terunggul masih dipegang Jewish alias Yahudi alias Israel).

Hari ini mayoritas asset moneter global dan segala jenis modal perekonomian, bank dunia, dan institusi-institusi keuangan primer dunia dipegang oleh turunan Yahudi Israel, dan strategi pengelolaannya sampai ke Kongres Amerika Serikat berada di genggaman turunan yang lain dari beliau juga. Sejumlah futurolog ekonomi menganjurkan anak-anak kecil sekarang mulailah diajari berbahasa Arab karena akan menjadi bahasa utama dunia: pergilah cari kerja ke Negeri koalisi 16 Pangeran di Jazirah Arab. Bahasa Ibrani tidak perlu dipelajari, karena para fungsionaris dari Israel mungkin lebih pandai berbahasa Arab dibanding Raja Saudi dan lebih mlipis berbahasa Indonesia dibanding orang Indonesia” kata MH. Ainun Najib.

“Perlu diketahui, harta kekayaan yang ada (yang tersimpan di Federal Reserve USA, Herritage Foundation, UBS, Swiss, Inggris, Rusia dan 400 Bank besar di dunia) ini berkaitan dengan (sejarah penyatuan kekayaan hasil pernikahan) Nabi Sulaiman dan Ratu Syeba (Bilqis) dan setelah Sulaiman wafat, maka kekayaan ini dikelola oleh mereka yang berdarah Sulaiman di tanah Nusantara ini, termasuk PB X, Jadi kalau mau dikata, mereka ini adalah keturunan Yahudi juga, dan (asal) para turunan raja-raja yang ada di dunia (saat) ini, adalah keturunan yang berhubungan darah dengan Raja Sulaiman ini, yang notabene Yahudi juga.

Namun sejarah mencatat adanya cloning (penggandaan) berupa dokumen keuangan ini yang kemudian diputar dan dikelola oleh organisasi dibawah Freemason, yang dilakukan secara arus keras untuk kepentingan mereka, sedang para pemegang fisik asli bergerak secara tersembunyi.

Saat ini sudah mencapai tahap krusial, tatatan dunia baru pasti terjadi, mereka yang memegang perputaran uang menggunakan dokumen telah diputihkan. Namun rencana mereka membuat negara-negara kecil setelah perang dunia ke-2 telah berjalan, termasuk Indonesia yang boleh dikatakan sebenarnya "kudeta" kepada Kerajaan saat berdirinya. Ini yang menyebabkan absurd, dan negara kita adalah negara dagelan saat ini, Sorry Indonesia dimata para sesepuh (Nusantara) tidak pernah benar disebut negara, karena bukan negara, namun pemerintahan administratif, sama seperti Belanda dan Jepang saat menduduki Nusantara kita ini” tegas Sang Utusan Tiongkok ini.

Hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bahwa sebenarnya “Candi Borobudur” adalah bangunan yang dibangun oleh “Tentara Nabi Sulaiman” termasuk di dalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Al-qur’an sebagai “Arsy Ratu Saba”, sejatinya PRINCE OF SABA atau “RATU BALQIS” adalah “RATU BOKO” yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara patung-patung di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku JaWa yang menjadi bangsa tukang dan berambut keriting (perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ).

Kesimpulannya bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai “BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tersebut sesuai dengan ajaran LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an. Dan satu-satunya nabi yang termaktub dalam Al-qur’an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan negerinya diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan “SU” yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah. Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Al-qur’an dijadikan Khalifah di Bumi (menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagaiPusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “SYAILENDRA” , menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata Saila dan Indra, Saila = Gunung dan Indra = Raja. (negeri yang dikelilingi oleh gunung berapi aktif satu-satunya di dunia hanya INDONESIA, dan penguasanya disebut RAJA GUNUNG dan sebutan sebelumnya ialah RAJA API untuk Ravhana.

Jadi sebenarnya Bani Israel yang sekarang menjajah Palestina bukan keturunan Israel asli yang hanya terdiri 12 suku, tapi mereka menamakan diri suku ke 13 yaitu Suku Khazar (asalnya dari Asia Tengah) hasil perkawinan campur Bani Israel yang mengalami diaspora dengan penduduk lokal, suku Khazar ini mayoritas di seluruh dunia. Sedang Yahudi asli menghilang yang dikenal sebagai suku-suku yang hilang “The Lost Tribes” dimana mereka pergi ke timur dan banyak yang menuju ke “THE PROMISED LAND” yaitu negara INDONESIA ini.

Kembali sebagai penguasa asset dunia Yahudi Israel yang kini dikuasai kaum Yahudi Khazar Israel menguasai 100% perekonomian dunia menjadikan mereka tuan dari perbudakan baru (yang tidak terlihat) yaitu menghisap produktivitas manusia yang ditukarkan dengan uang yang mereka atur nilai tukarnya sekehendak hati mereka. Dengan demikian semakin giat anda kerja nilai tukarnya senantisa melorot hingga tidak terpenuhi impian anda sedangkan keuntungan mereka (pembuat uang) semakin meroket bertambah kaya dan arogan berkuasa. Hanya dengan mengenali kejahatan mereka maka kejahatan mereka dapat dihentikan dan menggantikan peran mereka. Hanya Bangsa Indonesia yang punya perjanjian sakti Green Hilton Agreement (GHA) 1963 antara JF Kennedy dengan Soekarno yang dapat membuka mata manusia dunia atas kejahatan yang ada dibalik sandiwara ekonomi-politik-sosial-budaya-keamanan di panggung mimpi dunia saat ini (yang kekal nanti di akherat).

Kekuatan terpendam dari tuntutan bangsa Indonesia tentang EMAS yang dikangkangin Yahudi Khazar Israel (yang diaku-aku sebagai modal bisnis mereka) melalui gugatan GHA 1963 inilah yang dapat menghentikan ketidak-adilan, peperangan, keserakahan dan perilaku a susila/ a moral/ anti-sosial manusia di hari ini, dengan membuka kebobrokan Yahudi Israel dan sekutunya maka kepercayaan masyarakat ekonomi dunia akan runtuh dan meninggalkan mereka menuju ke pemilik yang baru. Dan pemilik itu tidak lain adalah Bangsa Melayu Nusantara (Indonesia). Efek domino dari gugatan ini adalah berhenti beroperasinya FED dari gugatan modal mereka 57.147 ton emas 24 karat, lalu diikuti gugatan kepada Herritage Foundation yang memiliki saham di lebih dari 400 bank sentral dan bank besar didunia, mereka akan bangkrut dalam satu malam, Armagedon pun terjadi esok paginya bagi orang-orang serakah yang masih berharap bisa menindas orang dalam perbudakan 500 tahun terakhir dan armagedon berakhir dengan kelelahan dan kepasrahan untuk mengikuti system ekonomi Pajajaran Anyar : TOLONG MENOLONG TANPA BUNGA DAN RIBA (SiTuMaNg) ,,, dalam bahasA pajajARAN ANYAR : Sistem Zakat. Sehingga tejadilah Sawarga/Surga awal di INDONESIA ; NagaRI - NagaRA nanjung panjang punjung, Pasir wukir puseur bumi, Gemah ripah louh jinnawi (Louh jannah bi), Aman tentrem kerta RAharja, Tata tintrim mukti wibawa, Murah sandang murah pangan BAHAGIA SalAlaWasnA. Yang selanjutnya diikuti oleh negara-negara yang lainnya. Sehingga MERDEKAlah selUruh bangsa dan NegaRA dan terHAPUSlah SELuRUH PENJAJAHan diseluruh dunia.

Yang pertama menyebabkan Yahudi Khazar Israel senantiasa cemas akan gerakan di Indonesia yang mulai menyatu-nyatukan puzzle-puzzle sejarah yang kian nyata dibuktikan dari temuan arkeologi, temuan catatan-catatan sejarah hingga gugatan atas siapa arsitek kekacauan dunia saat ini. Inilah yang menyebabkan Israel dan sekutunya menempatkan Indonesia sebagai target intelejen dan perang psikologis-nya agar Bangsa Melayu Nusantara ini tidak terbangun atas kesadaran siapa jati dirinya yang bisa merusak status quo zona kenyaman mereka memperbudak manusia bangsa Melayu Nusantara dan dunia atas nama ekonomi kapitalis liberal dan elemen doktrin pendukungnya (seperti republik, demokrasi, emansipasi, tatanan dunia baru dsb.).

Sedangkan disatu-sisi mereka ingin mempertahankan posisinya sebagai Yahudi jadi-jadian yang diterima keturunan Suku Yahudi asli yang tersisa serta intregritas masyarakat dan hukum dunia, dengan membawa budaya dari asal-usul nenek moyang asli Yahudi dari Asia Timur, Melayu Nusantara, inilah kenapa symbol-simbol budaya Jawa dibawa kepada instrument keagaamaan mereka. Sikap ini diambil untuk menutupi kebohongan mereka tentang asal-usul suku Yahudi Khazar Israel sesungguhnya hingga kebinasaan mereka kelak.

Yahudi asli mengetahui dengan pasti dan jelas bahwa cepat atau lambat mereka akan pulang ke negerinya yaitu JAVA the Promised Land karena disana mereka akan bertemu saudara tuanya bangsa Lemuria, suatu benua tersembunyi di muka bumi ini yang hanya terbuka bila mereka berhasil menguasai cara berpikir Jawa yang akan membuka pintu gerbang “Star Gate” menuju teknologi ultra-canggih yang dimiliki oleh negeri fatamorgana di Selatan laut Jawa ini. Negeri Lemuria masih ada hingga kini dan berhubungan dengan penguasa JaWa trah Sulaiman terakhir dan keyakinan Yahudi kuno inilah yang ditunggangngi Yahudi Khazar Israel untuk menguasai tanah Indonesia tanpa diketahui maksudnya sama si Empunya Negeri.

Semua yang ada di dunia telah dikuasai Yahudi Khazar Israel kecuali SATU yaitu KEABADIAN di dunia dan mereka ingin menguasai TEKNOLOGI bangsa Lemuria yang diyakini dapat menghindari Kiamat dari Tuhan sebagaimana yang mereka idam-idamkan untuk menghindari siksa api neraka. Teknologi Lemuria sebanding dengan teknologi Atlantis yang telah terkubur ratusan meter dibawah tanah Indonesia akibat prahara bencana letusan gunung berapi disekelilingnya. Keunggulan teknologi Lemurian tidak terbayangkan oleh manusia yang hidup disisi benua lainnya, padahal mereka eksis tapi tidak mau diketahui manusia disisinya. Salah satu kemampuan mereka adalah pengendalian pikiran (yang kata orang kita disebut santet), berbicara dengan telepati, berbicara dengan binatang, menembus batas dimensi jin sehingga mereka mampu berinteraksi dan hal ini yang dikatakan orang kita terhadap aksi agen Lemurian disekitar “Star Gate” sebagai hal ghaib, sakral, mistis semua ini buah dari ilmu yang mereka warisi dari Nabi Sulaiman (Attala) yang mempermaisuri ratu Lemuria. Teknologi Lemuria lainnya adalah tele-transportasi (memindahkan materi tanpa pesawat), teknologi anti-materi dan re-struktur materi yang menyebabkan tubuh mereka mampu mengikuti perjalanan berjelajah kecepatan cahaya dalam perjalanan antar galaksi (hal ini hanya diberikan Allah kepada para Nabi-Nya dan terakhir adalah peristiwa Isra-Miraj Nabi Muhammad SAW), teknologi reaksi nuklir air sebagai bahan bakar, teknologi heksagram yang memberikan manfaat keseimbangan fungsi organ tubuh dan usia yang panjang dengan perawatan yang tepat. Dll.

Yahudi Khazar bukan bangsa yang bodoh mereka sedikit mewarisi kecerdasan Nabi-Nabi Allah dari hasil pernikahan paksa dengan wanita dari 12 suku asli Yahudi yang kini telah menjelma menjadi warga Afrika, Ambon, Papua hingga Austronesia, sedikit yang diinformasikan asal-usul keturunan Yahudi asli karena para leluhur mereka takut akan adanya pengejaran oleh para kstaria templar yang hendak membunuh mereka hingga mereka diselamatkan oleh kapal-kapal saudagar Nusantara yang berlabuh di Andalusia dan pelabuhan lain di Spanyol. Kelak pengejaran ini berubah menjadi perampokan dengan dalih 3G; Gold, Gospel, Glory didukung politik Yahudi Khazar yang telah berubah wujud baru organisasi berstruktur modern yang dipelopori keturunan ambisius mereka bernama Rotschild, pendiri gerakan persaudaraan persekutuan manusia dan setan: Illuminati dan melengkapinya dengan mendirikan front humas mereka: Freemason, agar sepak terjang berdarah dalam sejarah +2100 tahun peradaban manusia sebelumnya tertutup oleh aksi pura-pura membela kemanusiaan dan sejarah tertulis yang mereka karang sendiri.

Apakah segala perbuatan Yahudi Khazar ini diketahui leluhur Nusantara? Ya pasti, karenanya para leluhur Nusantara yang merupakan pemimpin asli dari garis keturunan Nabi SUlaimaN dan DAud (SUNDA) dibantu saudaranya Lemurian melakukan hijrah (HIJIrah) sementara kealam trans-media disebut moksa bersama pengikut setianya. Kemampuan Lemurian dalam menghilangkan pandangan daratan seluas 2 juta kilometer persegi dari pantauan diteksi canggih NASA (walaupun sebetulnya NASA tidak canggih, cuma pintar mempropaganda) dan alat super canggih yang mereka miliki adalah kemampuan olah hologram raksasa dan kemampuan menghilangkan 2/3 Pulau Jawa dari pandangan manusia awam adalah kemampuan olah elektro-magnetik (kini sebagian orang awam menyebutnya daerah angker karena banyak orang yang tersesat tanpa disadarinya dalam pandangan 1 meter mereka telah berpindah sisi dimensi yang tidak terlihat orang awam). Benua Lemurian juga menyerap benda asing yang melintasinya pada interval terbuka maka orang Barat menyebutnya misterRI di segitiga Bermuda. Teknologi Lemuria ini yang dicari Illuminati dan Negara sekutu atas petunjuk informasi dari setan dan jin murtad didukung sedikit mahluk sebelum Lemurian yang telah berada di galaksi (teuacan bageursi - sibageur) lain yang berkomunikasi dengan bahasa sandi (sindu sinar sunnah sunda) “Crop Circle” yang menginformasikan berita dari sinyal-sinyal korespondensi Lemurian yang disadap UFO dan diteruskan kepada rezim Illuminati di dimensi bumi yang lain.

Trah Atlantis terakhir adalah Prabu Siliwangi yang “dihilangkan” dan kelak mengawal keluarnya Sang Imam Mahdi pemimpin spiritual penunjuk arah bagi manusia yang beriman kepada Allah dari kepanikan Armagedon. Intelejen Lemuria kini ini banyak berbaur ditengah masyarakat Jawa dan Indonesia, oleh karenanya banyak cerita misteri hari ini terdengar suara-suara derap kaki tentara, ringkik kuda dan tetabuhan pengiring namun masyarakat awam tidak dapat melihat. Kemampuan komunikasi dengan hewan mempermudah mereka melacak keberadaan musuh Nusantara, hal ini yang mendorong Barat mempropagandakan dorongan pertumbuhan ekonomi dengan industri perusak hutan-hutan di Jawa dan Nusantara agar agen intelejen Lemuria semakin terjepit dan minim informasi. Agen Illuminati sengaja menyebarkan cerita yang menakut-nakuti manusia awam agar mereka menjauhkan diri dari kunjungan Lemurian yang kerap mendadak.

Ketakutan Illuminati dan Negara-negara Sekutu untuk tidak menyerang langsung Indonesia (yang mayoritas muslim terbanyak di dunia) bukan terletak pada segan kepada Bangsa ini tetapi karena mereka yakin 1000% akan kalah di medan perang Nusantara. Kenapa? Bangsa Indonesia hari ini dipandang seperempat mata oleh Illuminati dan Sekutu karena mereka telah dilemahkan dari dalam yaitu buta identitas, mengejar harta dunia, merusak akidah agama Islam-Indonesia, merusak moral dan persatuan dan krisis harga diri, tapi yang sangat ditakuti adalah campur tangan trah Attala (dikenal berhasrat militansi tinggi dan berpengetahuan spiritual tinggi) yang hingga kini belum “turun arena” dan didukung sekutunya bani Lemurian dengan persenjataan teknologi sangat tinggi (belum terbayangkan) berjumlah 3 milyar pasukan siap tempur dan didukung angkatan perang antar galaksi dimana bermukim makhluk khalifah ciptaan Allah Yang Maha Besar yang ingin jihad fisabillilah bersama saudara mudanya di bumi. Mereka (muslim - ET: Extra Terrestrial) berpegang pula pada Al-Qur’an dan hadist akan tibanya Kiamat dan diawali dari armagedon = goro-goro = kekisruhan terbesar dijagat raya, yang menentukan puncak keimanan mahluk hidup berakal kepada Sang Maha Penciptanya: Allah SWT. Perang ini adalah perang makhluk berakal dari semua dimensi ciptaan Allah.

Agen Illuminati melacak keberadaan “Star Gate” di Pulau Jawa khususnya guna menguasai system pertahanan Lemuria. Illuminati mengimbangi teknologi pertahanan kubah elektro-magnet Lemuria-Attala yang akan melindungi Jawa khususnya dan Malaya Nusantara umumnya dari serangan udara/laut dari Sekutu yang diyakini 100% pasti gagal. Karena tahu kelemahannya maka Illumianti menyebarkan teknologi pangan transgenik yang akan mereka gunakan sebagai ultimatum terakhir bila Bangsa Indonesia kelak memaksakan melakukan gugatan terhadap system perekonomian Illuminati dengan menggugat Green Hilton Agreement pada tahap awalnya. Bila pada saatnya mereka belum mampu menemukan “Star Gate” dan takdir mendekati mereka, maka Illuminati akan menggunakan teknologi HAARP (gelombang microwave) untuk membinasakan manusia trah “Attala Nusantara” ini dengan mengaktifkan zat radioaktif yang ada ditubuh orang Indonesia hari ini dari bahan pangan transgenik yang mereka makan sehari-hari, maka serangan pembantaian bukan seperti strategi perang di Afganistan, Irak, Suriah dan lainnya yang menggunakan perang ekternal namun perang armagedon kelak akan menggunakan senjata biologis yang mereka tanam bertahun-tahun di dalam tubuh musuhnya (tanpa disadari) memakan, meminum dan menghirup udara beracun, dimana hancurnya tubuh itu tak akan mampu dilindungi oleh kubah pelindung elekto-magnet Lemuria-Attala sekalipun. Hanya bagi orang yang mampu berpuasa tidak makan dan tidak minum di bawah kubah pelindung yang kelak akan bertahan hidup hingga jaman kemashyuran dengan datangnya Nabi Isa AS. menyudahi perdebatan manusia terpanjang tentang agama mana yang paling benar dan diterimaTuhan.

Penempatan pangkalan militer dan pasukan AS beserta sekutunya. Mengelilingi Nusantara.

Inilah olah pikir kenapa ke-absurd dunia terjadi di hari ini tanpa ada pihak yang berani menentangnya dari sekutu setan ini karena kita lebih takut kepada setan dan realita kebenaran tersembunyi tentang AGAMA kita masing-masing dibanding takutnya kita kepada TUHAN. Akankah kita rela mempertahankan kebusukan kanker kehidupan yang melelahkan, menyakitkan dan mengkhawatirkan ini dibanding kehidupan sehat dunia-akherat karena EGO (Emosi GOreng) KITA tidak mau memakan obat PIL PAHIT KEBENARAN yang dapat memperbaiki kehidupan kita lebih TERHORMAT.

"CHANGING TIME"

"CHANGING TIME"
(Revolusi Industri ke 4 --> "Selamat Datang di EXPONENTIAL ERA")
Written by :
SHAILESH MODI
Managing Director

Dalam 1998, Kodak memiliki 170rb karyawan & menjual 85% dr keseluruhan kertas foto di dunia. Hanya dlm bbrp thn, bisnis model mrk menghilang & mrk bangkrut.

Apa yg terjadi pd Kodak, juga akan terjadi pd berbagai industri dlm 10 thn mendatang & sebagian besar org tdk memprediksinya sama sekali.

Apakah anda pernah mengira di thn 1998 bhw 3 thn kemudian anda tdk perlu mengambil foto dgn film lagi? Kendati kamera digital diciptakan di thn 1975, yg pd saat itu hanya memiliki 10rb pixel, tetapi mengikuti Hukum Moore. Perkembangan teknologi bergerak secara eksponensial, awalnya merupakan produk gagal, namun akhirnya dpt melampaui kamera analog & menjadi barang umum hanya dlm bbrp tahun.

Hal yg sama akan terjadi jg dgn Artificial Intelegence/AI (Kecerdasan Buatan), Kesehatan, Mobil Elektrik dan Otonom/Mandiri (Autonomous), Pendidikan, 3D Printing, Agrikultur & Pekerjaan lainnya.

Selamat datang di Revolusi Industri yg ke-4. Selamat datang di Era Eksponensial.

Perangkat lunak akan menggeser industri tradisional dlm 5-10 thn ke dpn.

# Uber hanyalah sebuah perangkat lunak, mrk tdk memiliki armada sendiri, kini menjadi perusahaan taksi terbesar di dunia.
# Airbnb skrg menjadi perusahaan perhotelan terbesar di dunia, walaupun mrk tdk memiliki properti apapun.

ARTIFICIAL INTELLEGENCE - Kecerdasan Buatan
Komputer secara eksponensial menjadi lbh baik dlm mengerti dunia ini. Tahun ini, sebuah komputer mengalahkan Go Player terbaik di dunia, 10 thn lbh cepat dr perkiraan. Di AS, pengacara2 muda sdh kesulitan mencari pekerjaan krn IBM Watson, di mana anda bisa mendapatkan saran mengenai hukum dlm hitungan detik (sejauh ini hanya utk hal2 dasar), dgn keakuratannya 90%, dibandingkan jika dikerjakan manusia yg hanya 70%.

Jadi, jika anda skrg menekuni hukum, berhentilah. Di masa depan, jumlah pengacara di dunia akan berkurang hingga 90% nya, hanya spesialis yg akan bertahan.

IBM Watson telah menolong perawat mendiagnosa kanker, 4x lbh akurat drpd manusia. Facebook kini memiliki perangkat lunak pengenal pola yg dpt mengenali wajah jauh lbh akurat dr manusia. Di thn 2030, komputer akan lbh cerdas dr manusia.

AUTONOMOUS CAR - Mobil Otonom
Thn 2018 nanti, mobil otonom pertama di dunia akan diluncurkan utk umum. Sekitar thn 2020, keseluruhan industri otomotif akan bergeser. Anda akan tdk ingin memiliki mobil lagi. Anda akan ‘menelpon’ sebuah mobil utk anda, yg kemudian akan menjemput & mengantar anda ke tujuan. Anda tdk akan perlu memarkirkan mobil anda, anda hanya akan membayar jarak yg anda tempuh, dan dpt lbh produktif selama perjalanan.
Anak2 kita tdk perlu lagi mendapatkan SIM atau memiliki mobil sendiri. Hal ini akan mengubah banyak kota krn akan terjadi pengurangan 90-95% mobil karenanya. Kita dpt mengalih fungsikan tempat parkir menjadi taman.

1,2 juta org di dunia meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan mobil. Sekarang ini kita mengalami 1 kecelakaan per 100.000 km, dgn adanya mobil otonom, angka ini akan turun drastis menjadi 1 kecelakaan per 10 juta km. Ini akan menyelamatkan sejuta jiwa per tahunnya.

Banyak perusahaan mobil akan bangkrut. Perusahaan mobil tradisional dgn pendekatan evolusinya akan menciptakan mobil yg lbh baik, sedangkan perusahaan teknologi (Tesla, Apple, Google) dgn pendekatan revolusinya akan membangun ‘komputer beroda’.

Saya telah berbicara dgn banyak engineer Volkswagen & Audi, mrk semua sangat ketakutan dgn Tesla. Perusahaan asuransi akan mendapatkan banyak masalah, krn tanpa kecelakaan, asuransi akan menjadi 100x lbh murah. Bisnis model asuransi kendaraan akan punah. Real estate akan berubah, krn jika anda bisa bekerja dlm perjalanan, org akan pindah jauh2 utk tinggal di tempat yg lbh indah.

Mobil elektrik akan menjadi barang umum di th 2020 nanti. Perkotaan akan menjadi tidak sebising skrg krn mobil sdh menggunakan listrik. Listrik akan menjadi makin ramah lingkungan & murah; produksi tenaga surya bertumbuh secara eksponensial selama 30 thn ini, tetapi baru skrg2 ini akan terlihat dampaknya. Tahun lalu, lbh banyak tenaga surya yg dipasang dibandingkan tenaga fosil (migas, batubara). Harga tenaga surya akan turun jauh hingga semua perusahaan batu bara akan gulung tikar di th 2025.

Dengan adanya listrik murah, air akan ikut menjadi murah. Proses desalinasi kini hanya membutuhkan 2kWh/m3. Kita tdk akan mengalami lagi kelangkaan air di sebagian besar tempat, hanya mungkin air minum saja yg akan langka. Bayangkan apa yg mungkin terjadi jika air bersih dpt diakses oleh siapa saja secara gratis.

HEALTH - Kesehatan
Harga Tricoder X akan diumumkan thn ini. Akan ada banyak perusahaan yg membangun peralatan medis (nama “Tricoder” diambil dr Star Trek) yg akan bekerja melalui smartphone anda, memindai retina anda, mengambil sampel darah anda, dan mendeteksi nafas anda. Alat ini kemudian akan menganalisa 54 tanda2 biologis yg dpt mengidentifikasi hampir segala jenis penyakit. Harganya murah, shg dlm bbrp tahun saja, setiap org di dunia akan mendapatkan akses kedokteran kelas dunia secara hampir gratis.

3D PRINTING - Printer 3 Dimensi
Harga Printer 3 Dimensi semakin murah turun dr $18.000 menjadi $ 400 dlm 10 thn. Dalam rentang wkt yg sama pula, kecepatannya menjadi 100x lbh cepat. Semua perusahaan sepatu besar telah mulai mencetak 3 dimensi sepatu2 mrk. Suku cadang pesawat terbang jg sdh dicetak 3 dimensi di bandara2 terpencil. Bandar udara antariksa pun skrg memiliki sebuah printer yg mengeliminasi keperluan stok suku cadang yg besar.

Di akhir tahun ini smartphone generasi baru akan memiliki kemampuan memindai 3 Dimensi. Anda akan dapat memindai 3 Dimensi kaki anda & mencetak sepatu yg sempurna utk anda dr rumah. Bahkan, di China, org telah membangun gedung 6 lantai dgn 3D Printing. Pada 2027, 10% brg akan diproduksi dgn 3D Printing.

BUSINESS OPPORTUNITY - Peluang Bisnis
Jika anda sdg berpikir spesialisasi apa yg akan anda geluti, tanyakan ini kpd diri anda sendiri: “Di masa depan, apkh mungkin kita akan memiliki hal tsb?” Jika jawabannya adlh YA, bgm anda dpt membuatnya hadir lbh cepat? Jika tdk dpt dilakukan dgn smartphone anda, lupakan saja ide tsb. Dan setiap ide yg dirancang utk berhasil di abad 20, pasti akan gagal di abad 21.

WORKS - Para Pekerja
70-80% pekerjaan akan hilang dlm kurun wkt 20 thn ke dpn. Akan ada banyak pekerjaan baru, namun blm jelas apkh akan ada cukup lapangan pekerjaan dlm wkt yg singkat.

AGRICULTURE - Pertanian
Akan hadir robot agrikultur seharga $100 di masa depan. Petani di negara2 berkembang akan menjadi manajer dr ladangnya msg2 & tdk akan bekerja lagi di ladangnya. Aeroponics akan membutuhkan jauh lbh sedikit air. Produksi daging premium telah ada skrg ini & akan menjadi lbh murah drpd daging sapi di thn 2018.

Sekarang ini, 30% dr semua lahan agrikultur digunakan utk memelihara sapi. Bayangkan jika kita tdk membutuhkan lahan seluas itu lagi. Beberapa pebisnis baru mulai memperkenalkan protein serangga di pasaran, di mana kandungan proteinnya jauh melebihi daging. Protein serangga ini akan diberi label “sumber protein alternatif” (krn sebagian besar org masih akan menolak utk mengkonsumsi serangga).

Ada aplikasi bernama “Moodies” yg dpt mendeteksi mood anda saat ini. Di thn 2020 akan ada aplikasi yg dpt mendeteksi ekspresi wajah anda jika anda berbohong. Bayangkan jika dlm debat politik, dpt terlihat siapa yg berbohong/jujur. Bitcoin akan menjadi barang umum & bahkan mungkin akan menjadi standar nilai tukar cadangan.

LONGEVITY - Harapan Hidup
Saat ini rata2 umur harapan hidup manusia bertambah 3 bln setiap tahunnya. 4 thn lalu harapan hidup manusia adlh 79 thn, sekarang 80 thn. Angka ini akan terus bergerak naik, dan pd thn 2036, umur harapan hidup manusia akan mencapai 100 thn.

EDUCATION - Pendidikan
Smartphone termurah sdh beredar di Afrika & Asia dgn harga $10 saja. Hingga 2020, 70% umat manusia akan memiliki smartphone. Itu berarti semua org akan memiliki akses yg sama thd pendidikan kelas dunia. Setiap anak akan dpt menggunakan Khan Academy utk segala hal yg diajarkan di sekolah2 negara maju.

Soo Life Is @ Choice  👌
Let's Move On 👍

MERDEKA

"Merdeka"
By : Kang SundaRa

Apakah kita ini sudah MERDEKA?

Kata " Merdeka " selalu dikaitkan dengan kata keBEBASan, lepas dari belengu atau ikatan dan disamakan dengan kata "Freedom" dalam bahasa Inggris. Akibatnya banyak kesalah pahaman terjadi atas nama kemerdekaan itu sendiri.

Kemerdekaan yang senantiasa disamakan dengan kata keBEBASan seolah menjadi tanpa batas, menjadi "segala boleh" ,,, "apa pun boleh" atau "kebablasan". Sehingga seperti terlihat "tanpa aturan" atau "bebas dari aturan" dsb.

Kata 'Merdeka' sesungguhnya mengandung makna yang memiliki nilai-nilai luhur yang sangat jauh dari makna kebebasan itu sendiri.

Merdeka diambil dari bahasa sansekerta "Mahardhika" yang berarti sesuatu yang berkenaan dengan keILMUan, keBIJAKsanaan, keJUJURan, keCERDASan, keADILan dan keSEJAHTERAan = Manusia berBudi pekerti Luhur = hal ikhwal keBANGSAan, keNEGARAwanan.

Mahardhika merupakan sebuah istilah untuk mewakili suatu tatanan perADABan yang berlandasan pada keILMUan dan kebijaksanaan yang tinggi, budi dan akhlak yang luhur dan dipimpin oleh manusia yang sangat paham akan kebangsaan dan kenegaraan.

Apakah kita sekarang sudah Mahardhika (Merdeka)? ,,, ,, ,

Hayu urang salampeur deui anu diteundeun dihanDEULEUm sieum ,,, Hayu urang BARUka deui nu ditunda dihanjuang siANG.
Geura mapag wayah geura niti wancu, deukeutan jeung nu nyumput buni dinu caANG.

😍 sALAM - RAHayu 😍

SELaMAT menikMATI hIDup dan keHIdupan.

Membangun JANNAH di BHUMI

"memBANKun JANnah di bhUMI"
by : Kang SundaRa


Saat ini informasi penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam di dalam Surga, berdasarkan Al-Qur’an menjadi kontroversi sepanjang sejARAH. Karena ayat-ayat yang bercerita tentang penciptaan manusia tersebar dalam ratusan ayat. Maka butuh kepiawaian tertentu untuk menginterpretasikannya secara utuh. Kondisi ini diperparah oleh kecenderungan sebagian kita untuk menafsirkan (terjemah : tarjamah : rojama : rojim) ayat-ayat tersebut secara parsial (henteu paruntung hi hi hi ,,,, hi).

Demikian banyak misteri yang seakan-akan disamarkan oleh Allah di seputar penciptaan manusia. Mulai dari dimanakah manusia pertama itu diciptakan? kapan dia diciptakan? dari bahan apa badan pembentuknya? sekali jadi ataukah lewat proses yang panjang? kenapa ia turun dari surga? Dll.

Misteri seputar penciptaan manusia pertama, mari kita buka dan merekonstruksi ayat-ayat seputar tempat dimana Nabi Adam  diciptakan? Benarkah Nabi Adam diciptakan di surga? Surga yang mana? Di Bumi ataukah di langit? ,,,,

Selama ini, cerita-cerita yang berkembang mengarahkan kita kepada suatu pengertian bahwa baginda Nabi Adam dan ibunda sRI Hawa diciptakan di surga.
"Surga" itu digambarkan terletak di suatu alam ghaib, di langit sana. Di sebuah ‘negeri atas awan’ yang tidak ada lagi penjelasannya.

Sebenarnya, pendapat ini terimbas oleh cerita-cerita tradisional bahwa ‘alam Tuhan’ itu berada di langit. Seiring dengan ‘alam dewa-dewa’ dalam cerita-cerita pewayangan yang diadaptasi dari agama di luar Islam.
Alam dewa dan alam Tuhan selalu dikaitkan dengan alam tinggi, yang dipersepsi berada di langit. Dalam arti ruang yang sesungguhnya. Sehingga, kita sering mendengar cerita-cerita tentang ‘turunnya’ para dewa-dewi, bidadari, atau bahkan ‘Tuhan’ sendiri dari langit NuN jauh di sana menuju ke Bumi "tanpa bertanya apa yang dimaksud sebenarnya"?

Konsep seperti ini bukan konsep pajajARAN ANYAR = ISLAM. Melainkan konsep agama-agama pagan (dikalangan yang bukan pendirinya/hanya di kalangan ummatnya saja) yang justru diluruskan oleh datangnya pajajARAN ANYAR = ISLAM yang dibawa oleh keluarga nabi Ibrahim - termasuk keturunan terakhirnya Baginda Nabi Muhammad SAW Aslama.

Agama pagan adalah agama yang menyembah dewa-dewi dan unsur-unsur alam. Di antaranya adalah agama penyembah Matahari, Bintang, Bulan, penyembah Api, penyembah pepohonan, gunung-gunung, dan lain sebagainya. Tanpa disadari, doktrin-doktrin agama kuno ini meresap dalam pemahaman umat Islam dalam banyak konsep keimanannya. Termasuk keimanan kepada Allah.

Banyak di antara kita, yang menganggap Allah adalah Tuhan yang bertempat di dalam Surga. Atau di alam akhirat atau di langit yang ke tujuh, di SIDratuL MUNTAha, atau berada di alam tinggi, di atas awan sana. Sebuah negeri dongeng jaman dahulu kala, yang tidak akan pernah anda temui ketika anda naik pesawat ruang angkasa sekalipun. (Apalah lagi sampai hari ini belum ada yang keluar angkasa selain para Nabi dan RasulNya, karena yang lain selain RasulNya hanyalah bisa membuat propaganda saja).

Karena itu, banyak di antara umat Islam yang berpendapat, untuk bertemu Allah kita harus mengarungi jarak ke langit, ke luar angkasa sana. Termasuk ketika Rasulullah SAW Aslama Mi'raj. Beliau datang ke Sidratul Muntaha itu dipersepsi untuk bertemu Allah. Sebab, dalam persepsi mereka, Allah itu tidak berada di Bumi. Allah itu di langit, jauh dari kita.

Ini bukan konsep Al-Qur’an. Ini bukan konsep Islam. Ini adalah konsep agama pagan (yang belum taMAT kajinya, kecuali yang sudah tamat kajiNYA). Dalam Islam dan Al-Qur’an, Allah digambarkan sebagai Dzat Maha Besar yang tidak menempati ruang. Justru Dia meliputi ruang. Sebesar apa pun ruang itu. Termasuk ruang alam semesta yang tidak diketahui tepinya hingga kini.

Termasuk ketika Rasulullah SAW Aslama melakukan Mi'raj, beliau bukan bertujuan untuk bertemu Allah di Sidratul Muntaha. Karena Allah memang bukan ‘tinggal’ di Sidratul MuntaHA. Allah adalah Dzat yang digambarkan Al-Qur’an ‘sangat dekat’ dengan kita. Bahkan lebih dekat daripada urat leher kita sendiri.

Di dalam berbagai ayat, justru Allah digambarkan memenuhi seluruh ruang. Bahkan ruang itu sendiri tidak muat untuk mewadahi DzatNya yang Maha Besar. Justru ruang itu yang berada didalam~Nya. Maka, di dalam pajajARAN ANYAR : ISLAM digambarkan bahwa Allah berada dalam Ketunggalan-Nya. Dan, kemana pun kita menghadap, kita akan berhadapan dengan WaJAH Allah itu.

QS. 50:16
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepada-nya dari pada urat lehernya.

QS. 2:115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah kamu berhadapan dengan waJAH Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.

Salah satu kepahaman agama pagan yang sangat melekat pada kepahaman umat Islam - Sunda adalah tentang keberadaan SURGA. Kebanyakan kita mempersepsi surga sebagai suatu istana yang indah yang berada di atas langit. Jauh dari Bumi. Sebagaimana konsep dewa-dewi dalam agama pagan itu.

Sampai-sampai ada juga yang berpendapat bahwa Allah itu berada di surga. Yang ini adalah konsep agama Nasrani - berpendapat Tuhannya berada di Surga. Banyak di antara kita yang berpendapat bahwa untuk bisa bertemu Allah kita harus berada di surga (versi JIBTI). Selama masih di Bumi, pertemuan itu tidak akan pernah bisa terjadi.

Al-Qur’an justru mengatakan kepada kita bahwa untuk bertemu Allah kita tidak perlu harus ke surga dulu. Semenjak hidup di dunia ini kita sudah bisa bertemu Allah di mana-mana. Kemana pun kita menghadap kita akan bertemu dengan Allah.

Di dalam shalat bertemu Allah. Di dalam dzikir bertemu Allah. Saat puasa bertemu Allah. Saat haji pun bertemu Allah. Bahkan dalam seluruh aktifitas kita sehari-hari kita bisa bertemu Allah. Asalkan kita Ta_HU caranya, seperti yang diajarkan oleh Al-Qur’an, dan disampaikan oleh RAsulullah SAW Aslama kepada kita.

Kepahaman tentang hal ini perlu saya tegaskan kembali, karena kita akan membicarakan surga. Banyak umat Islam yang mempersepsi surga sebagaimana orang-orang yang beragama pagan itu. Bahwa surga adalah istana indah di alam dongeng, nun jauh di langit sana.

Padahal, oleh Al-Qur’an, surga dipersepsi dengan sangat realistik. Sangat dekat, sekaligus luas meliputi alam semesta. Sangat fisikal dengan gambaran keindahan khas Bumi, sekaligus keindahan batiniah yang menyentuh alam jiwa kita yang paling dalam. Sarat dengan berbagai kenikmatan duniawi, sekaligus kenikmatan yang bersifat ukhrawi.

Kekurang tepatan dalam memahami surga ini, pada gilirannya menyebabkan kita kurang tepat juga dalam mamahami surga dimana Adam dan Hawa pernah ditempatkan.
Terjadi distorsi pemahaman yang sangat jauh, dari konsep surga di dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Apalagi, kata ‘surga’ di dalam bahasa Indonesia memang memiliki konotasi yang berbeda dengan kata ‘Jannah’ dalam bahasa Al-Qur'an. kata surga diadaptasi dari pemahaman Hindu - swargaloka - yang menunjuk kepada negeri para dewa-dewi di langit sana (berbeda dengan sawaruga mani loka meNURut parahyangan). Sedangkan kata ‘Jannah’ menunjuk kepada taman indah.

Swargaloka mengarah kepada pemahaman yang bersifat fantastis dan jauh, sedangkan kata jannah lebih bersifat realistis dan dekat. Entah kenapa ‘jannah’ di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai surga yang justru diambil dari pengertian agama pagan. Di dalam Al-Qur’an yang berbahasa Inggris, terjemahannya justru lebih dekat yaitu: garden alias taman yang indah. Ambil contoh misalnya, ayat di bawah ini.

QS. 3:133
Be quick in the race for forgiveness from your Lord, and for a GARDEN whose width is that (of the whole) of the heavens and of the earth, prepared for the righteous.
[Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa]

Pemakaian kata ‘jannah’ alias ‘taman yang indah’ ini memang terkait erat dengan wilayah turunnya agama Islam di kawasan padang pasir. Sebuah kawasan yang sangat kering dan keras. Jauh dari rasa indah.
Maka Allah memperkenalkan konsep reward alias ‘hadiah kebaikan’ dengan simbol ‘taman yang indah’. Dimana kita bisa merasakan kesejukan, kesegaran, sumber mata air, makanan dan buah-buahan yang sangat berlimpah, dan berbagai macam kenikmatan fisikal lainnya. Sekaligus gambaran kenikmatan yang bersifat kejiwaan.

QS. 13:35
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tidak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.

QS. 47:15
(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?

Jadi, penggunaan kata ‘taman yang indah’ sebagai bentuk balasan kebaikan itu sesungguhnya bersifat perUMPAMAan. Bukan makna sesungguhnya. Ia lebih menggambarkan perasaan BAHAGIA seorang manusia yang biasanya berada dalam lingkungan padang pasir yang kemudian bertemu dengan taman dan mata air. Sungguh suatu karunia yang luar biasa nikmatnya. Akan tetapi, bagi orang Indonesia yang sangat sering bertemu dengan taman indah dan sumber mata air, hal itu tidak memberikan rasa SENANG yang luar biasa (Datar-datar saja).

Sebagaimana pernah disampaikan oleh seorang kawan dari Arab ketika berkunjung ke Indonesia. Ia mengatakan bahwa Indonesia ini adalah sepenggal surga yang diciptakan Allah di muka Bumi. Tapi itu bagi kita terasa biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

Jadi, kata surga alias jannah memiliki makna yang jauh lebih mendalam dari sekadar pengertian fisik seperti itu. Istilah itu lebih menunjuk kepada suasana batin kita saat memperoleh sesuatu yang memBAHAGIAkan yang tentu saja itu sangat TIDAK TERKAIT erat dengan hal-hal yang bersifat material seperti makanan, minuman, pakaian, rumah, persahabatan, kekeluargaan, lingkungan yang indah, dan sebagainya.

Maka, di sinilah KUNci pemahaman tentang kata jannah. Ia memiliki dua arti sekaligus yang terkait secara langsung. Bahwa jannah bisa bermakna harfiah TaMan (TAjali MANusia - TAjali MANah) yang indah secara sesungguhnya, tetapi yang jauh lebih penting adalah rasa BAHAGIA yang dimiliki oleh orang-orang yang tinggal di dalam TaMan itu. Mereka, di dalam Al-Qur’an, digambarkan sebagai orang-orang yang tidak punya rasa khawatir dan gelisah, tidak punya rasa takut, rasa benci, rasa dendam, rasa marah, dan berbagai perasaan yang menyebabkan penderitaan, Yang ada ialah rasa tentram, rasa kasih sayang, saling menghargai dan mencintai dengan sesama penduduk surga (SaWarga), rasa syukur yang mendalam, dan berbagai rasa yang mengantarkan kita pada suasana BAHAGIYA. Kombinasi antara perasaan dan suasana lingkungan yang seperti itulah yang akan mengantarkan kita kepada keBAHAGIAan puncak (TeNaNG tanpa BaTas sehingga berjumpa dengan Allah SWT).

QS. 15 : 45 - 49
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (TaMan) dan (di dekat) mata air -mata air (yang mengalir).
(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman".
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.
Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Itulah gambaran surga dalam Al-Qur’an, lantas, bagaimana kita mempersepsi surga pada jaman Nabi Adam? Apa bedanya dengan surga di akhirat kelak?

Kata jannah digunakan untuk dua hal yang hampir sama pada dua kondisi yang berbeda. Yang pertama adalah pada saat menggambarkan penciptaan Adam. Sedangkan yang kedua digunakan untuk menggambarkan situasi akhirat, dimana orang-orang yang memperoleh ridha Allah bakal ditempatkan di surga.

Surga untuk pengertian yang kedua, yang dimaksud itu adalah sebuah taman indah di muka Bumi.

Di fase akhirat, pada saat itu, seluruh dimensi langit yang tujuh telah dibuka oleh Allah. Sehingga orang-orang yang tinggal di TaMan-taman indah di muka Bumi bisa merasakan kualitas keindahan berlipat kali, yang tidak bisa digambarkan dalam ukuran duniawi. Kualitasnya berlipatkali tiada berhingga. Itulah perumpamaan surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan yang tiada berkeputusan.
Sedangkan surga dalam pengertian yang pertama, adalah surga dimana Adam & Hawa ditempatkan. Ia adalah sebuah taman indah di muka Bumi yang ditempati oleh mereka, ketika masih berada di fase dunia. Kita bisa mengukurnya dengan ukuran-ukuran duniawi (NagaRI NagaRA Nanjung panjang punjung Pasir Wukir Puseur Bumi Gemah Ripah Louh JannahBi Aman Tentrem Kerta RAHarja Tata Tintrim Mukti Wibawa MuRAH sandang MURah pangan BAHAGIA SalAlaWasnA.

Jadi, keduanya adalah sama-sama taman yang indah. Sama-sama di muka Bumi. Tetapi perbedaanya adalah pada fasenya. Yang pertama adalah fase dunia. Sedangkan yang kedua adalah fase akhirat.

QS. 2:35
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu TaMan (surga) ini, dan makanlah makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhALIM.

Pemahaman selama ini, Adam diciptakan di surga, dan diperintahkan untuk mendiami surga itu sampai masa dewasanya, akan tetapi, kalau anda mencoba mencari ayat yang secara eksplisit mengatakan bahwa Adam diciptakan di surga, anda akan kecewa. Sebab ternyata tidak ada satu ayat pun yang menceritakan hal itu. Bahwa Adam diciptakan di surga.

Ayat-ayat yang bercerita tentang surga terkait dengan Adam, bukan terjadi saat penciptaan. Melainkan, selalu ketika Adam sudah tercipta. Atau bahkan sudah dewasa. Bersama istrinya.

QS. 20:117
Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah MUSUH bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
Jadi, adalah terlalu spekulatif jika kita mengatakan bahwa Adam dan Hawa diciptakan Allah di surga. Apalagi jika kita memaknai surga itu sebagai sebuah negeri dewa-dewi di langit sana. Di luar angkasa yang jauh dari Bumi.

Yang lebih jelas dan bisa dipertanggungjawabkan sumber informasinya adalah, bahwa Baginda Nabi Adam (RAMA uRAng sadaya) dan Ibu Hawa (Ibunda kita terCINTA) diciptakan di Bumi. Dan setelah terlahir ke dunia, beliau ditempatkan Allah di sebuah TaMan yang indah di Bumi pula. Jannah dalam arti yang sesungguhnya. Yaitu, taman indah yang subur dan makmur.

QS. 23:79
Dan Dialah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu sekalian di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan.

Begitulah, Allah telah menciptakan manusia sejak awalnya memang di planet Bumi ini. Kemudian mengembangbiakkannya (berkembang baik) juga di muka Bumi. Dan suatu ketika nanti, kita semua bakal kembali kepada ilahi RabBi.

Sebagai manusia sudah menjadi hal yang wajar apabila kita mendambakan keBAHAGIAan. Baik yang bersifat pribadi, keluarga maupun masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Dalam hal ini, agama senantiasa menawarkan Surga sebagai tempat keBAHAGIAan yang kekal. Bagi siapa yang taat dan patuh kepada agamaNya, maka akan mendapatkan Surga sebagai imbalannya, apabila telah meninggal dunia.

Wacana perihal Surga yang demikian itu adalah suatu Surga yang ghaib atau abstrak. Sehingga karena sifatnya yang abstrak itu, maka setiap agama menggambarkan Surga sesuai dengan kepercayaan yang ditanamkan kepada masing-masing pemeluknya. Ada yang menggambarkan bahwa Surga itu suatu kehidupan yang abadi, dikelilingi para bidadari yang selalu perawan, tempat bersemayamnya para dewa. Demikian pula ada yang menyebutnya sebagai tempat tinggal tahta singgasana Tuhan Sang Bapa. Pendek kata, Surga benar-benar merupakan tempat (impian), kebahagiaan yang di dalamnya hanya ada kenikmatan semata.

Bagaimana sesungguhnya makna dan persepsi Surga bagi orang-orang yang beriman? Surga dalam konsepsi Al-Qur’an (pajajARAN ANYAR;Islam) disebut Al-Jannah berarti taman yang terTATA RApi nan indah. Surga/SaWarga/SaWaruga/SaBaRAGA yang akan menjadi milik orang yang dalam hidupnya selalu taat dan patuh dengan ajaran Allah ini, digambarkan bahwa di bawahnya senantiasa mengalir aneka sungai [min tahtihal-anhar]. Sehingga taman keBAHAGIAan tersebut merupakan taman yang subur dan menyejukkan. Siapapun yang tinggal di dalamnya tentu akan menuai kepuasan. Pohon-pohon yang ada di Surga adalah merupakan perwujudan dari kalimat thayibat, akarnya menghunjam ke dalam petala bumi dan cabang serta rantingnya menjulang ke ANGKAsa RAya [asluha tsabitun wa far ‘uha fi as-sama’].

Gambaran secara fisik tersebut, menurut teori sastra Al-Qur’an, perlu dilihat arti metaforisnya [wajHU sabHIn], agar dapat membantu kita dalam memahami makna Sorga [al-Jannah] yang sebenarnya. Apabila pohon-pohon yang ada di Surga tersebut menggambarkan masing-masing figur [sosok] orang beriman yang hidup di dalamnya, maka antara pohon yang satu dengan yang lainnya akan saling merindangkan panen. Juga saling menghidangkan hasil karyanya satu sama lain. Pohon mangga akan memberikan mangganya, pohon rambutan akan menghadiahkan rambutannya, demikian pula pohon-pohon lainnya. Inilah gambaran kehidupan manusia-manusia Surga yang demikian indah, adil dan saling memakmurkan,

(NagaRI NagaRA Nanjung Panjang Punjung Pasir Wukir Puseur Bumi Gemah Ripah Louh Jinnawi - Lauh Jannahbi, Aman Tentrem Kerta RAharja Tata Tintrim Mukti Wibawa MuRAH sandang MURah pangan  BAHAGIA SalAlaWasnA.
Semua itu ditunjang oleh suatu sistem ekonomi yang senantiasa dapat memenuhi seluruh hajat hidup orang banyak dan terdistribusinya dengan lancar seperti halnya aliran aneka sungai yang selalu mengalir di bawah Surga.

Kalau kita perhatikan lebih cermat, maka ternyata Surga yang dijanjikan Allah tersebut berujud ganda. Yakni selain Surga yang ada di akhirat kelak juga ada SaWarga di dunia ini. Hal tersebut tergambar jelas dalam do’a sapu jagad yang sering kita panjatkan. Rabbana Atina fid-dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qiina ‘adzaban nAr. Surga dunia [fidunya hasanah] adalah dunia yang baik dan indah yakni Madinatul-Munawwarah. Suatu “negara kota” yang gilang gemilang karena dilandasi oleh cahaya Allah Cahaya Al-Qur’an- Cahaya SunNAH-Rasul Cahaya SinNUR dan Cahaya SunDa.

Adapun Surga akhirat [fil-akhirati hasanah], adalah Surga yang dijanjikan Allah apabila si Mukmin telah meninggal dunia, sebagai balasan atas segala amal ibadahnya. Jadi Surga akhirat adalah merupakan konsekuensi logis dari Surga Dunia, karena dunia adalah cerminan akhirat [Ad-dunya mir’atul akhirah].

Bukti lain yang menunjukkan bahwa selain di akhirat, Surga juga ada di dunia ini, antara lain adalah sabda Rasulullah SAW ... “Rumahku adalah Surgaku” [baiti jannati], demikian pula “Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu” [al-Jannatu tahta aqdamil-umahat.. Bukankah rumah tangga Rasulullah itu berada di dunia kita ini juga? Begitu pula jejak langkah kaum ibu di dunia ini sangat menentukan keBAHAGIAan/keSENANGan sebuah kehidupan. Hal ini terutama ditegaskan oleh Rasulullah SAW Aslama .. bahwa wanita itu tiang negara [an-nisaa’u ‘imaadul bilad].

Surga dunia sebagaimana tercermin dalam Madinatul Munawwarah telah dicapai oleh Rasulullah SAW Aslama. Dan para sahabatnya melalui “jalan yang lurus” [Shirathalmustaqim]. Yaitu suatu sistem jalan kehidupan Islam secara total [kaffah] (yang bisa dibuka dengan KUNci LAM) yang diraih dengan cara meREVOLUSIkan masyarakat dari kegelapan JAHILiyah [dzulUMAT] menuju pencerahan ILMIyah [an-Nur], [QS. 2: 257].
Surga yang seperti digambarkan tersebut bukan Surga yang jatuh begitu saja dari langit, akan tetapi suatu Surga yang harus diraih melalui perjuangan fisik [jihad], perjuangan mental [mujahadah] maupun perjuangan intelektual [ijtihad].

Dengan melalui kegiatan dakwah yang giat [intensif], mangkus [efektif] dan sangkil [efisien], Rasulullah SAW Telah berhasil membangun “Surga” di dunia. Sebuah rEVOLUSI keBUDAYAan paling cepat dalam sejARAH. Hanya dalam tempo kurang dari seperempat abad [23 tahun], padang pasir GerSang dan gunung-gunung batu yang keras lagi tandus telah berubah menjadi Surga. Yakni membebaskan manusia dari peradaban yang gelap gulita [dark ages] menuju perADABan yang terANG BENDERAng [enlightenment] diSINaRI oleh cahaya ilaHI [Al-Qur’an] melalui tauladan hidup Rasulullah SAW Aslama.

Untuk mencapai kondisi tersebut, berapakah harga yang harus dibayarkan? Yang pasti, harga sebuah Surga tidaklah murah. Menurut Allah bagi setiap mukmin [para pendukung cita-cita surgawi] haruslah mau menyerahkan diri dan hartanya sekaligus [anfusahum wa amwalahum] untuk ditukar dengan al-Jannah. Dan proses transaksinya harus diperjuangkan mati-matian sehingga setiap mukmin harus senantiasa siap tempur [ready use to combat] dalam rangka meraih dan mempertahankan Surga [yuqaatiluuna fi sabilillah fayaqtuluuna wayuqtaluun]. Harga inilah yang diminta Allah sebagaimana tersirat di dalam semua Kitab Suci, baik at-Taurat, al-Injil, maupun Al-Qur’an. [Q.S. 9:111].

Apa makna dari semua itu? Dengan dibayarkannya “diri” dan “harta” Mukmin kepada Allah, maka berarti simukmin tersebut telah menyerahkan “ego” (Emosi GOreng), ke-aku-annya dan hartanya menjadi milik Allah SeMaTa. Sehingga dengan demikian, setiap mukmin menyerahkan seluruh hidupnya untuk dikelola oleh Allah. Dengan kata lain, setiap orang yang menyatakan dirinya mukmin sudah semestinya mau dan rela sepenuh hati untuk hidup hanya menurut kehendak Allah. Mukmin yang demikian itulah Mukmin Haq (MH >=< HM ; Husnul Ma'ab ; Haq Malyah ; Haq Ma'rifat), mukmin yang menjadi pohon-pohon Surga, yang dari benih iman-nya telah tumbuh menjadi pohon yang kokoh kuat, akarnya menghunjam ke dalam petala bumi dan cabang serta rantingnya menjulang ke AngKaSA RAya serta berbuah di sepanjang musim (QS. Ibrahim : 24).

Pohon tersebut selalu menghidangkan panen ZAKAT yang di dalamnya ada infaq dan sadaqah bagi keMAKMURan dan keADILan keHIdupan. Aroma buahnya menciptakan ketenteraman dan keBAHAGIAan hidup tiada tara. Demikianlah Surga yang menjadi dambaan setiap insan. Sebuah model kehidupan, yang selain membahagiakan sekaligus juga menyehatkan. Ibarat manisnya madu yang selain lezat nikmat juga menyehatkan (QS. 16 : 68 - 69).

Itulah yang terjadi hampir hampir satu setengah milinium yang lampau di dalam masyarakat Madinatul Munawwarah, “negara kota” yang bermandikan caHAya IlaHI dengan tauladan indah para Nabi, yang kelak nantinya merupakan panen di akhirat (ad-dunya majra’atul akhirah). Singkatnya, suatu masyarakat dimana telinga kita belum pernah mendengar, mata belum pernah melihat, hati belum pernah merasai, Masyarakat mukmin yang seperti itulah, masyarakat di mana pandangan dan sikap hidupnya berdasar kalimat thayyibat, (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya), yang akan memperoleh Surga yang dijanjikan.

Allah dengan melalui ilmuNya dalam Al-Qur’an, tidak pernah berdongeng, yang membuat ajaran Allah menjadi dongeng adalah distorsi pada perspektif atau sudut pandang manusia dalam menafsirkan ayat-ayatnya sehingga menjadi dongeng.

QS. 12 : 111, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengAJARAN bagi orang-orang yang menggunakan akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan Rah_MAT bagi kaum yang ber_I_Man”.

Membangun Surga Di bhUMI

Bagaimana membangun surga di bumi? Kebanyakan ummat Islam memahami surga adalah Jannah, sehingga dianggap tidak bisa diwujudkan di muka bumi. Padahal Rasul sendiri mengatakan kata jannah pada saat beliau hidup di muka bumi : "Baiti Jannati" (Rumah Tanggaku adalah Jannahku).

Jannah itu ada di muka bumi, perhatikan urutan ayat berikut; QS. 2 : 30 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."….terjadi dialog, sehingga pada ayat 35. Dan Kami berfirman: …uskun anta wazawjukal jannah…"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu Jannah ini (istilah zawjuka tidak tepat diartikan istri, lihat pada QS 15 : 88)

Sebagai pembanding.

Jannah pun ada 2 jenis, Jannah yang diTata oleh penataan NURani atau Nur Allah, dan Jannah yang di Tata oleh penataan Dzu_lumat atau Hawa nafsu syaithan, perhatikan terjemah  serta istilah kata Al-Qur'annya, QS. 18 : 32. QS 34 : 15-16 dan cermati istilah kata jannah dan karim di QS. 26 : 57-58, gamblang sekali, Fir’aun dikeluarkan dari System penataan jannah berikut kemuliaannya. Dalam QS. 66 :11, “….rabbi ibni lii 'indaka baytan fii al jannati  wanajjinii min fir'awna wa'amalihi wanajjinii mina alqawmi alzhzhaalimiina…”. Kesimpulan ayat tersebut adalah : bahwa istri fir'aun memohon tegaknya sistem Jannah untuk melawan dominasi kekuasaan suaminya yaitu fir'aun,  yang jelas itu terjadi di dunia.

Sayangnya, kebanyakan orang menterjemahkan menjadi “rumahku adalah surgaku” sehingga orang berlomba-lomba mengumpulkan segenap potensinya yang terkadang menghalalkan berbagai cara untuk membangun rumah yang megah yang dianggap sebagai surga yang identik dengan materialisme.
Kesalahpahaman ini bukan terjadi dengan sendirinya, tapi memang sebuah upaya untuk memutarbalikkan kedudukan dan fungsi Al-Qur’an sebagai 'Pencerah', sehingga wajar saja kebanyakan manusia merasa tidak perlu membangun Jannah di muka bumi dengan nilai-nilai keBAIKan dan keBENARan yang bertolak ukur pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Akibat kesalah pahaman ini maka orang tidak lagi menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan untuk memahami makna “Jannah” yang sebenarnya.

Perhatikan jawaban Al-Qur’an tentang makna Jannah berdasarkan dua versi :

Versi terjemahan Al-Qur’an terbitan Kemenag :

“Wabasysyiri alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati anna lahum jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru kullamaa ruziquu minhaa min tsamaratin rizqan qaaluu haadzaa alladzii ruziqnaa min qablu wautuu bihi mutasyaabihan walahum fiihaa azwaajun muthahharatun wahum fiihaa khaaliduuna” (QS 2 : 25)

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”.

Mari kita kritisi terjemahan ini  : Terbukti kekurang tepatan sang penterjemah dengan menyamakan bahasa sastra dengan bahasa gamblang, padahal 'Jannah' itu adalah sebuah istilah yang maknanya tergantung kepada yang mengeluarkan istilah tersebut, yaitu Allah melalui Al-Qur’an, Allah berbicara dengan menggunakan bahasa sastra (Mutasyabihat) bukan dengan bahasa biasa (Mubin). Oleh karena itu, harus dipahami bahwa setiap berbicara pasti alam dalam Al-Qur'an, sebenarnya Allah berbicara bahasa kiasan atau ungkapan tersembunyi atas kehidupan sosial budaya manusia. Contoh : Zhalim terkenal panjang tangan sehingga ia sering keluar masuk bui, apakah kalimat itu bermakna si Zhalim memiliki tangan yang berukuran panjang? lalu apa kaitannya tangan berukuran panjang dengan konteks dia masuk penjara?  itulah akibat ketidak tepatan memahami bahasa kiasan.

Begitu juga halnya dengan terjemahan di atas. Apakah bahasa yang digunakan oleh Allah pada ayat tersebut menggunakan bahasa biasa, sehingga maknanya sedangkal itu? Bisa jadi, dari sini pula para feodal (tuan tanah) bersikap serakah untuk menyerobot kebun-kebun orang lain karena menganggap jannah adalah kebun, dan dari sini juga orang menjadi berpikir bahwa Jannah itu adalah identik dengan materialisme itu bagi penganut Naturalisme (paham liberal), sedangkan bagi yang berpaham idealisme menjadi stempel tentang baik dan buruknya sesuatu yang ideal menurut kepentingan tertentu sehingga dia rela menjadikan orang-orang yang bodoh menjadi korbannya, ditindas oleh penguasa fasilitas (Pemerintah dan Pengusaha) karena menjadi pengkhayal yang merasa akan mendapat Kebun atau Surga di akhirat (dalam arti alam lain setelah meninggal).

Jadi kedua pola pikir ini merusak dan merugikan ummat manusia, oleh sebab itu mari kita perbaiki melalui perbaikan pola pikir. Coba kita perhatikan, jawaban Al-Qur'an menurut SunNAH Rasul.

"Gembirakanlah atau hiburlah mereka (dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul) yang telah menyatakan beriman yaitu yang telah berbuat tepat bahwasanya untuk kehidupan mereka itu adalah seperti taman yang dialiri sejenis aliran irigasi (begitulah hal nya mukmin yang tertata dan dialiri dengan sistem pendidikan Al-Qur'an), sehingga masing-masing mereka itu adalah hidup adil makmur menurut yang demikian (kehidupan pajajaran anyar = Jannah = Islam) sehingga adil makmur membuahkan hasil guna, selanjutnya mereka mengatakan "inilah kehidupan adil makmur yang sebelumnya mereka telah melakukan perbaikan diri (taubat dengan menjalankan Ruh Budaya ; ...., ....., ...., RAtil dan shALAT, PUASa, zAKAt, HAJI) dengan yang demikian (diungkap dengan bahasa sastra atau mutasyabihat), dan untuk kehidupan mereka itu didalamnya adalah partner-partner yang bersih dari motif jahat sedangkan mereka di dalamnya adalah abadi (konsisten) seabadi iman (pandangan dan sikap hidup yang mereka bangun)"

Jadi, ketika Allah membicarakan taman sebagai sebuah ungkapan pasti alam sebenarnya adalah sebagai sebuah kiasan atau perumpamaan atau ibarat. Coba perhatikan taman, bisa tidak jika tidak ditata diatur dibangun menjadi bersih dan rapi serta tumbuh berkembang dengan subur yang menyejukkan dan indah dipandang sehingga bisa menghasilkan berbagai jenis buah-buahan, seperti itu juga halnya mukmin. Bisa tidak membuahkan hasil yang hasanah, jika manusia tidak ditata isi hatinya, ucapan dan perbuatannya dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan Al-Qur'an wa SUN_nah Rasul ?

Maka wajar sajalah, segala penyimpangan dari rakyat jelata hingga kaum elit sampai saat ini belum berakhir, karena masih terhipnotis dengan pendidikan jungkir balik yang otomatis telah menjungkir balikkan pandangan manusia tentang Al-Qur'an wa SunNAH Rasul, salah paham inilah sebagai sumber bencana. Padahal Jannah itu adalah hasanah di dunia dan hasanah di akhirat, dunia itu dipandang dari sudut pandang Al-Qur’an adalah cermin kehidupan akhirat (addunya mirorun akhirat) bahkan di dunia itulah tempat bercocok TaNam (TAjali NAMpak) iman (Insoen MANusia) agar menghasilkan kehidupan akhirat.  Apakah akhirat itu adanya di alam lain selain di bumi ? Padahal telah  Allah berfirman : “Di bumi itulah kalian dihidupkan dan dimatikan serta didalamnya itu pula dibangkitkan”.  “Fiihaa tahyauna wa fiiha tamutunna wa minha tuhrajuun”. Tidak malukah kita yang mengaku Mukmin atau Muslim dan merasa percaya diri akan mendapatkan Jannah, sementara di muka bumi ini kita setengah hati untuk membangun kehidupan hasanah?

Jangankan mampu membangunnya, memahami peta kehidupan jannah saja kita tidak mau sepenuh hati, peta itu adalah petunjuk-Nya yaitu Al-Qur'an dan SunNah Rasul, sehingga benar kata Rasul : “Maa kunta tadri mal kitabi wa lal iman” . “Jikalau kamu tidak menguasai ISI (Insoen Soenda Islam) kitab Al-Qur'an NUR karIM niscaya tidak ada iman”, Hakekat iman itu adalah jannah.  Dalam arti mereka yang beriman itulah bagaikan taman yang saling merindangkan kepuasan hidup indah,  saling memanenkan atau  membuahkan hasil guna buat yang membutuhkannya, seolah si mukmin itu sendiri tidak membutuhkan buahnya, dia hanya butuh tumbuh dan berkembang dan berdaya guna dengan pengAIRan (pangeran) yang tepat, sehingga mereka indah bagaikan taman yang RApi bersih dan menyejukkan, meneduhkan. Coba kaitkan dengan hadist Nabi : “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling berdaya guna bagi manusia lainnya”

Coba perhatikan kondisi manusia zaman sekarang yang bersaing keras untuk saling merusak manusia lainnya demi kepentingan pribadinya sendiri. Mulai dari penguasa, ulama, pengusaha, dll, apakah itu wujud Jannah atau nAr, coba renungkan, semua ini akibat dari pemahaman tentang makna iman adalah sekedar percaya, kalau dianggap beriman cukup mempercayai saja, kalau itu yang terjadi, maka bodohlah DIRi inI. Tapi ingatlah “Afa laa ta'qiluun ?”  “Apakah kalian tidak menggunakan aqal sesuai dengan Al-Qur'an dan SOENnah Rasul-Nya.

Pandangan Ahlul Thariqah tentang Jannah dan An nAr.

Surga berasal dari bahasa Sansekerta, Suar = Cahaya, dan Ga = pergi menuju. Sedangkan dalam Al- Qur'an, tidak ada kata Surga, yang ada adalah kata "Al Jannah" = tersembunyi.

Menurut Ahlul Ma'rifat, Al Jannah itu adalah Nurul Jannah = Cahaya Terang Yang Tersembunyi di Qalbu setiap Insan yang memunculkan rasa SUKA. Sedangkan An Nar adalah Cahaya Gelap Yang Tersembunyi di Qalbu setiap Insan yang memunculkan rasa DUKA.

"Hai orang yang beriman, peliharalah diri kamu dari derita An Nar yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang dijaga oleh Malaikat yang Kasar dan Keras ,,,". (QS 66: 6).

An Naar = Cahaya Kegelapan, yang menimbulkan derita, yang disebabkan oleh mem-BATU-nya Qalbu manusia, yang selalu bertindak Kasar dan Keras.

"Benar benar akan datang kepada manusia suatu zaman, mereka mempelajari Al-Qur'an dan menghafalnya. Kemudian mereka berkata, "Kita telah menghafal dan memahaminya, maka adakah orang yang lebih baik dari kami?". "Apakah (menurut kalian) mereka ada kebaikannya?" Para sahabat berkata: "Siapakah mereka wahai Rasulullah ?" Rasulllulah menjawab: "Mereka itu termasuk dari kalian (umat islam). Mereka itu adalah bahan bakar An Nar." (HR Ath Thabrani, hasan lighairihi).

Kita mungkin merasa telah Memperjuangkan Islam.
Kita mungkin merasa telah banyak hafal Al-Qur'an dan Hadist. Kita mungkin merasa telah tinggi ilmu Agamanya, lalu kita merasa paling baik dan meremehkan orang lain.
Yang membuat amalan tersebut sia sia (ampunilah kami semuA Ya 4jIi Ya RAbBI)

Jika berbeda pandangan langsung menghujat orang lain dengan mengatakannya sesat atau bahkan kafir. Sesama muslim pun mereka bilang kafir, apalagi kepada yang bukan muslim.

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. 5:8).

Demikianlah sifat orang orang yang akan menjadi bahan bakar An Naar (A'udzu billaHI min Dzalik)

Kelemahan manusia yang paling pokok ialah pandangannya yang pendek, dan tidak mampu melihat jauh ke depan. Karena itu manusia mudah tertarik kepada hal-hal yang sepintas lalu menawarkan keSENANGan, padahal dalam jangka panjang membawa malapetaka. Adalah hati NURani yang memperingatkan manusia untuk waspada jangan sampai terjebak oleh hal-hal yang pendek yang menyenangkan, sementara melupakan jangka panjang yang lebih besar dan penting. Karena itu Nabi SAW Aslama menjelaskan, bahwa kebajikan adalah BUDI PAKARti luHUr, dan dosa ialah sesuatu yang terbETIK dalam hati yang berSANGKUTan dan tidak suka jika diketahui oleh orang banyak. Hadits ini menyangkut seorang sahabat Nabi bernama Wabishah al-Asadi : Qalbu adalah "Jendela Kaca" yang dengannya RUHani melihat Nur-Nya, apabila ada bercak hitam di dalamnya, maka akan menghalangi pandangan dalam melihat Nur-Nya. Apa yang menyebabkan bercak hitam? itulah "Dosa" yang diisyaratkan dalam Hadits :

Berkata Wabishah a-asadi, “Aku datang kepada Rasulullah SAW dan aku tidak akan mengesampingkan barang sedikitpun tentang kebajikan dan dosa melainkan mesti akan kutanyakan kepada beliau, dan beliau saat itu dikelilingi sejumlah kaum muslim untuk meminta nasehat dan aku pun melangkah melewati mereka, dan mereka berkata, “hai Wabishah, jangan mendekati Rasulullah SAW!” Aku katakan, “Biarkanlah aku! Aku akan mendekat kepada beliau. Karena beliau adalah orang yang paling aku cintai untuk saya dekati.” Beliau (Nabi) bersabda, “Biarkanlah Wabishah! Kemari, Wabishah! (dua atau tiga kali)” Kata Wabishah,” Akupun mendekat kepada beliau hingga aku duduk bersimpuh dihadapannya”. Lalu beliau bersabda,” Hai Wabishah, apakah kau mau aku beritahu atau engkau akan bertanya kepadaku?” Aku berkata,”Tidak, melainkan beritahulah aku. Beliau bersabda , “Engkau datang untuk bertanya kepadaku tentang kebajikan dan dosa bukan?” Wabishah menjawab,”Ya!” lalu beliau merapatkan jari-jari beliau (bertajali tingkat HM 1), kemudian dengan jari-jari itu beliau menepuk Qalbuku dan bersabda,”Hai Wabishah, mintalah fatwa (bertanyalah, berkonsultasilah) kepada Qalbumu! Mintalah fatwa kepada dirimu! (tiga kali), kebajikan ialah sesuatu yang QOLBU merasa TENTRAM/TeNang kepadaNya dan dosa ialah sesuatu yang terbETIK di dalam QALBUmu yang BERGEJOLAK dalam Shudur, sekalipun orang banyak memberi fatwa (membenarkan) kepadamu, sekalipun mereka memberi fatwa kepadamu! “. (HR. At Tabrani).

Jadi pertimbangan pertama dan utama dalam bertindak ialah NURani. Murni dan terANGnya hati nurANI akan membisikkan kepada kita tentang apa yang baik dan buruk, yang benar dan yang palsu. Namun karena kelemahan manusia tersebut tadi, kita tidak selalu dapat mendengar suaRA nurANI kita sendiri (karena jarang berSUA). Atau karena Qalbu kita sudah kehilangan caHAya-Nya disebabkan oleh dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan kita. Karena itu dalam istilah Al-Qur’an, dosa disebut zhALIM, orang yang melakukan kegelapan. Maka orang yang banyak berbuat dosa, qalbunya tidak lagi bersifat teRAng (NURani), melainkan menjadi gelap (zhul_mani). Dan dalam stadium yang kronis dan paRAH, perbuatan dosa atau zhalim itu mungkin tidak lagi kita rasakan sebagai dosa atau kejahatan, bahkan terasa baik-baik saja. Inilah yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an bahwa adakalanya kejahatan pada sesorang ‘dihiaskan’ baginya, sehingga nampak indah bagi yang bersangkutan. Dan itulah stadium kebangkrutan RUHani, yang menyeret manusia keluar dari dalam “Paradiso” menuju “inferno”. Dalam Al-Qur’an terbaca isyarat kebangkrutan spiritual itu :

“Apakah (kamu risaukan, wahai Muhammad) orang yang dihiaskan baginya kejahatan amalnya sebagai ia pandang baik? Sebab sesungguhnya Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendak-Nya Oleh karena itu, janganlah engkau menelantarkan dirimu dengan kesedihan tentang mereka itu. Sesungguhnya Allah maha TaHU akan segala sesuatu yang mereka perbuat ”. (QS. 35 : 8).

"kami adalah NURani, neraka dan surga kami adalah nurANI Dengan melakukan kejahatan, nurANI kamilah yang menghukum kami. Dengan melakukan kebajikan NURani kamilah yang memberi kurnia."

😍 SELaMAT menikMATI hIDup dan keHIdupan dalam keBAHAGIAan tanpa bATAS 😍

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...