Kamis, 26 Juli 2012

Imam Mahdi, Sang Juru Selamat

Kamis, 2012 Juli 05 07:39
Malam 15 Sya'ban 255 Hijriah atau dikenal dengan malam Nisfu Sya'ban, Hakimah, bibi Imam Hasan Askari as berkunjung ke rumah Imam untuk bersilaturahmi. Di saat Hakimah hendak minta izin untuk pulang, Imam berkata kepadanya, "Bibi! Malam ini menginaplah di rumah kami." Hakimah berkata, "Hari ini, saya sudah cukup merepotkan kalian." Imam menjawab, "Malam ini akan lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga kami yang akan menerangi bumi dengan ilmu, iman dan petunjuknya setelah bumi diliputi kezaliman dan kegelapan." Hakimah dengan heran bercampur gembira bertanya, "Bayi tersebut anak Nargis?"
Imam menjawab, "Benar anak tersebut dilahirkan Nargis." Setidaknya ada dua versi ihwal jatidiri juru selamat dunia ini. Sebagian besar golongan Ahlusunnah menganggap bahwa Imam Mahdi itu bernama Muhammad bin Abdullah, yang akan muncul menjelang Hari Kiamat tiba. Ini berdasarkan sebuah hadis dari Nabi Saw yang mengatakan bahwa nama Imam Mahdi itu sama dengan namaku, ayahnya sama dengan nama ayahku. Sementara, di pihak lain, kalangan Syiah Imamiyah meyakini bahwa Imam Mahdi itu adalah gelar untuk Muhammad bin Hasan Askari bin Ali Hadi bin Muhammad Jawad bin Ali Ridha bin Musa Kazhim bin Jafar Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah saw. Ulama Sunni yang mengurutkan dua belas imam dari jalur Ahlulbait ini adalah Syekh Qanduzi al-Hanafi dalam kitab Yanabi al-Mawaddah. Telah berabad-abad umat manusia menanti datangnya penyelamat yang dijanjikan. Orang-orang yang terzalimi pun mengharap penuh kedatangan sang penyelamat untuk mengentas mereka dari kezaliman. Penantian dan harapan ini dari satu sisi meniupkan ruh segar ke hati manusia dan dari sisi lain, perdamaian serta kebahagiaan segera terwujud dengan kedatangannya. Imam Mahdi, anak dari Imam Hasan Askari as merupakan anak cucu dari Rasulullah Saw (Ahlul Bait). Ibunda beliau masih cucu dari raja Romawi yang menjadi istri Imam Hasan melalui proses yang menakjubkan. Setelah Imam Mahdi lahir, ayah beliau, Imam Hasan merawat sang bayi dan menjaganya secara ketat. Imam keduabelas umat Syiah ini lebih banyak disembunyikan karena ancaman yang datangnya dari pemerintah zalim saat itu. Sejak masa kanak-kanak, Imam Mahdi telah dianugerahi oleh Allah swt hikmah dan ilmu pengetahuan serta menjadikannya sebagai tanda bagi umat manusia. Namun karena selalu mendapat ancaman dari pemerintah saat itu, Imam Mahdi tidak tampil ke publik dan dijaga dengan ketat oleh ayah beliau. Untuk beberapa waktu, umat Islam jika ingin berhubungan dengan Imam Mahdi melalui orang-orang kepercayaan beliau. Setelah membimbing umat dalam waktu yang singkat di zaman ghaibah shugra (kegaiban kecil), Imam Mahdi kemudian mengalami ghaibah kubro (kegaiban besar). Kegaiban pertama dimaksudkan, di antara beberapa alasan, untuk menghindari terjadinya pembunuhan pada diri Imam Mahdi, yang kabar tentang kelahirannya telah masyhur di kalangan umat Islam, termasuk penguasa Bani Abbasiah saat itu. Mereka memata-matai rumah Imam Hasan Askari yang dinubuatkan sebagai tempat kelahiran Imam Mahdi. Alasan lain adalah untuk mempersiapkan umat Syiah dalam menerima otoritas ulama yang kompeten selama kegaiban beliau. Pada masa kegaiban pendek, umat Syiah menyampaikan masalah-masalah mereka kepada wakil khusus Imam as, yang terkenal sebanyak empat orang. Empat wakil ini kemudian menyampaikan permasalahan tersebut kepada Imam Mahdi as. Pasca kegaiban pendek, yang ditandai dengan berakhirnya perwakilan khusus Imam, akhirnya umat Syiah terbiasa untuk menerima kepemimpinan ulama mereka dalam kegaiban panjang ini. Kabar tentang datangnya juru selamat dunia telah dikenal manusia sepanjang sejarah. Berita gembira ini dan isyarat kedatangan juru selamat dapat ditemukan disabda dan ajaran para Nabi. Konsep soal datangnya juru selamat ketika dunia mendekati hari Kiamat merupakan ideologi agama Samawi termasuk, Yahudi, Kristen, Zoroaster dan khususnya Islam. Di dalam Alquran yang mulia tidak terdapat ayat-ayat yang jelas dan tegas tentang imamah, khilafah, dan kepemimpinan al-Imam al-Mahdi ‘alaihissalam, tetapi isyarat-isyarat ke arah itu ada, misalnya, saja dalam firman-firman Allah Azza wa Jalla berikut ini : "Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya." (QS At-Taubah, 9 : 32) "Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya." (QS At-Taubah, 9 : 33) "Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya." (QS Ash-Shaff, 61: 9) "Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkannya atas ajaran seluruhnya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. " (QS Al-Fath, 48 : 28) Di kitab suci Zoroaster disebutkan musnahnya kezaliman dan kegelapan serta munculnya pewaris orang saleh. Di kitab ini diisyaratkan peperangan perkepanjangan antara kebaikan dan kejahatan. Di kitab agama Hindu juga menyebutkan juru selamat yang dijanjikan. Pengikut agama Yahudi yang menganggap dirinya pengikut Nabi Musa as juga memiliki keyakinan soal konsep juru selamat. Mereka senantiasa menunggu kedatangan sosok yang dijanjikan ini. Di kitab suci mereka seperti Taurat dan kitab lainnya ditekankan soal juru selamat tersebut. Adapun agama Kristen melalui kitab Injilnya baik itu Injil Matius, Lukas, Markus dan Barnabas serta injil Yohanes juga menyebutkan banyak isyarat tentang juru selamat akhir zaman. Keyakinan akan konsep juru selamat di akhir zaman ketika dilontarkan Islam memiliki dimensi khusus. Dalam pandangan Islam juru selamat dunia memiliki kriteria khusus. Juru selamat ini termasuk janji Islam untuk mengakhiri kezaliman yang memenuhi bumi. Islam senantiasa menjanjikan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dibarengi dengan keadilan, kebebasan serta keamanan. Dan ini bukan sekedar mimpi dan pasti terwujud. Salah satu kriteria penting Imam Mahdi adalah menghancurkan diskriminasi, ketidakadilan dan penyelewengan. Di sisi lain, juru selamat ini akan mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kehidupan yang penuh keadilan serta kebebasan dan keamanan. Ia akan membangun tatanan dunia baru yang dipenuhi keamanan dan keadilan. Pada akhirnya kekuasaan dunia akan diperintah oleh orang-orang saleh. Sementara itu, harapan dan penantian (intizar) kemunculan Imam Mahdi selain memberikan spirit bagi manusia juga mempersiapkan jalan masa depan. Penantian mampu memberi manusia kekuatan stabil dan spirit ini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya hingga masa kemunculan Imam Mahdi. Hal inilah yang membuat manusia memiliki semangat kuat untuk menentang kezaliman sepanjang masa. Sejatinya, penantian berarti tidak puas akan kondisi yang ada. Manusia menanti kebaikan menguasai dunia. Ketika manusia memiliki keyakinan seperti ini. Penantian adalah sebuah kondisi psikologis yang memunculkan persiapan terhadap sesuatu yang dinantikan dan lawan kata dari hal itu adalah putus asa. Setiap kali penantian meningkat, maka persiapan semakin banyak. Tidakkah Anda merasakan jika menanti seseorang yang akan datang, maka akan bertambah pula persiapan Anda ketika kedatangan seseorang itu semakin dekat. Dari sisi ini, setiap kali tingkatan penantian mengalami perbedaan maka terjadi pula perbedaan kecintaan terhadap orang yang Anda nantikan. Manakala kecintaan semakin besar maka bertambah besar pula persiapan menyambut kedatangan orang yang dicintai. Perpisahan dengan sang kekasih membuatnya sedih. Sampai-sampai orang yang menanti melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjagaan dirinya, dia tidak lagi merasakan apa yang menimpa dirinya dari rasa sakit ataupun tekanan yang menyayat. Seorang mukmin yang menanti pemimpinnya, manakala penantiannya semakin besar maka semakin besar pula upaya dirinya untuk mempersiapkan baik dengan berbuat warak, berupaya sungguh-sungguh, melakukan pembenahan diri, menghindari akhlak-akhlak yang buruk, menghiasi dengan akhlak-akhlak yang terpuji sehingga ia berhasil menjumpai pemimpinnya, menyaksikan keindahannya di masa kegaibannya. Sebagaimana hal ini terjadi pada sejumlah besar orang saleh. Karena itu, para imam maksum memerintahkan para pengikut mereka, sesuai dengan yang tercantum dalam riwayat-riwayat, untuk melakukan upaya pembenahan diri dan melaksanakan segala bentuk ketaatan. (IRIB Indonesia)

Antara Cetho & Prambanan

Antara haru dan bangga berkecamuk dalam diri ini. Haru karena sekian puluh tahun lahir dari daerah yang memiliki peninggalan sejarah tinggi, tapi baru kali ini bisa melihat langsung. Bangga karena ternyata nenek moyang kita dulunya sudah mempunyai peradaban yang tinggi dengan bukti peninggalannya berupa Candi Cetho & Candi Prambanan ini.


Candi Cehto berada di arah Timur laut sekitar 30 km dari rumah kelahiran saya. Rute dari desa saya Ngunut ke lokasi candi Cetho bisa melalui 2 jalur. Pertama bisa melalui Karangannyar kemudian Ngargoyoso terus ke Cetho. Kedua bisa melalui Matesih terus ke Ngargoyoso - Cetho. Kedua rute ini sama enaknya baik jarak maupun kondisi jalan.
Candi Cetho terletak di dataran tinggi 1470m DPL, sehingga jalan untuk sampai ke sana medanya sangat menanjak. Apalagi kalo sudah mendekati lokasi, kendaraan yang tidak begitu prima dihimbau untuk tidak memaksakan naik, karena dikhawatirkan mogok atau malah bisa mundur lagi. Sulitnya medan ke lokasi, akan terbayar dengan pemandangan yang indah setelah sampai pintu gerbang candi. Kita akan merasa di atas awan begitu membalikkan badan atau membelakangi candi.
Menurut beberapa ahli sejarah, dari prasasti yang ada, menunjukkan bahwa berdirinya candi Cetho 1468 – 1475 M. Lebih muda sedikit dibanding Candi Sukuh yang dibangun pada tahun 1416 - 1459 M. Kedua candi dibangun secara punden berundak dan menghadap ke barat, mengarah ke gunung Merapi.

Kami sekeluarga sungguh menikmati pemandangan yang indah sambil mengelilingi pelataran candi yang berundak-undak. Bangunan yang berundak dengan relief tertentu itu, sebenarnya menggambarkan perjalanan diri manusia itu sendiri. Dari tingkatan paling bawah atau yang paling rendah yang bersifat fisik jasmani hingga tingkatan berikutnya semakin menaik, hingga ke tingkatan paling atas yang bersifat ruhani.

Sedangkan candi Prambanan berada di arah Barat laut dari desa saya sekitar 50km, dengan rute Karanganyar – Solo – Klaten. Prambanan ini hampir tiap 3 bulan sekali saya lewati dari perjalanan pulang Bandung – Karanganyar. Tapi baru kali ini seumur-umur saya masuk ke dalamnya. Ternyata sungguh menakjubkan. Bangunan batu yang begitu tinggi dan megah telah berhasil dibangun oleh nenek moyang bangsa Indonesia ini. Byuh…..byuh……, pokoknya mah hueeeeeeebat pisan……….

Kebetulan pada saat saya sekeluarga ke sini, udah menjelang sore sehingga menambah pemandangan lebih mak nyos lagi. Di tambah dengan hadirnya para turis manca negara baik yang dari eropa maupun dari asia timur, jepang dll… Jadianya kami pingin datang lagi kapan-kapan kalau ada kesmpatan……………… Kalau sampean gimana………………..?

Cipageran – Cikajang – Drajat Pass – Cipageran

Sabtu 5 Mei 2012, jam 7.30 WIBB malam kami berangkat dari Puri Cipageran Indah II RT 02 RW 21 – Tanimulya – Ngamprah Kab. Bandung Barat. Tujuan yang kami tuju adalah, undangan dari salah satu keluarga warga kami yang punya hajat mantu di Cikajang Garut. Cuaca langit di atas Cipageran alhamdulillah sangat cerah, Rembulan malam bersinar terang karena hampir mendekati bulan Purnama.
Begitu keluar dari jalan Puri Cipageran I, jalan Sangkuriang lalu lintasnya terlihat macet. Ternyata kemacetan lumayan panjang juga (tidak biasanya) terjadi kemacetan seperti ini. Selidik punya selidik kemacetan menjalar sampai jalan raya cimahi – padalarang. Akan tetapi apa sumber kemacetan yang sebenarnya kami juga tidak mengetahui. Hanya ada gelagat dari banyaknya bobotoh persib yang lewat jalan raya Cimahi setelah pulang dari menonton pertandingan ISL antara Persib Bandung Vs Persiwa Wamena. Mungkin salah satu luapan kegembiraan yang berlebih setelah persib bisa meraih kemenangan pertama setelah secara tragis kalah 5 kali berturut-turut memasuki putaran ke-2.
Kurang lebih 30 menit kami bisa keluar dari benang kusut kemacetan. Setelah lewat Alun-alun Cimahi, lalu lintas kembali lancar. Sebelum memasuki Tol Baros, kendaraan di isi bahan bakar dulu. Memasuki Tol Purbaleunyi atau tepaatnya di daerah Kopo hujan lumayan deras, sampai sekitar daerah Buah Batu. Selewat itu cuaca kembali cerah. Disepanjang jalan menuju Garut lalulintas tidak begitu padat, mungkin karena waktu yang beranjak malam. Sekitar jam 9:00 WIBB kami sampai di Samarang, tepatnya pertigaan Sampireun. Beristirahat sebentar sambil menunggu salah satu warga yang mau ikut ke undangan. Setelah datang yang dijemput, perjalanan kembali diteruskan. Terlihat kondisi baru selepas hujan, karena kondisi jalan yang basah & banyak air yang mengalir di jalan. Satu jam perjalanan dari Samarang ke Cikajang tidak terasa, karena sepinya malam dan kondisi jalan yang relatif bagus. Udara dingin khas pegunungan begitu terasa saat rombongan turun dari mobil. Sambutan hangat tuan rumah diringi segelas kopi susu panas dan makanan kecil mengusir dinginya malam yang menembus daun telinga. Setelah ngobrol sebentar, untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit maka kami terus istirahat.
Subuh dah harus bergegas bangun walaupun air terasa sangat dingin. Panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat harus dipenuhi. Selesai shalat kami sempatkan untuk jalan-jalan. Menyusuri jalan Raya yang cukup besar & bagus, dengan di kanan kiri berdiri bangunan Pemerintahan di sambung dengan sekolahan, toko-toko, bank-bank sampai ke terminal & pasar mejadikan kota kecamatan ini nampak begitu maju. Cikajang memang merupakan kota terakhir yang menjadi tumpuan perekonomian bagi warga Garut Selatan, sebelum sampai pada daerah pantai yaitu Pamengpeuk. Acara berikutnya, kami mengadiri undangan pernikahan. Jam 11.an rombongan kembali ke Bandung dengan menempuh rute yang sama, yaitu lewat Samarang. Karena penasaran katanya ada obyek wisata baru di daerah tersebut maka rombongan menyempatkan diri untuk sekedar mampir melihat kondisi sebenarnya dari keindahan wisata tersebut. Pemandian Air panas Drajat, begitulah nama dari obyek wisata itu. Berada di lokasi penambangan gas alam Kawah Drajat gunung Papandayan.
Jalan ke lokasi yang cukup bagus walaupun kecil dan berkelok-kelok lumayan nyaman untuk dilewati. Di tambah hamparan tananman sayuran, yang menghijau di kanan kiri jalan menjadikan pemandangan begitu elok untuk dinikmati. Perjalanan 10 km dari pertigaan Sampireun – Samarang ke Puncak Drajat sungguh tidak membosankan. Hari itu bertepatan dengan hari Ahad, maka pengunjung lumayan banyak, baik yang pakai kendaraan roda dua, mobil keluarga bahkan tidak sedikit rombongan yang menggunakan Bus Besar. Setelah Puas menikmati pemandangan Drajat Pas, kami meneruskan perjalanan menuju bandung Cimahi. Alhamdulillah jam 20 WIBB kami sampai di rumah dengan lancar dan selamat. (AsTO)

Rabu, 25 Juli 2012

Lahirnya Sang Mentari, Imam Mahdi as

Rabu, 2012 Juli 04 16:22
Bulan Syaban telah tiba, bulan penuh berkah ini juga menjadi saksi dari kelahiran sang juru selamat dunia, Imam Mahdi as. Manusia suci ini lahir di hari Jum'at, pertengahan bulan Syaban tahun 255 H di kota Samarra, Irak. Ayah beliau Imam Hasan Askari as dan ibunya bernama Nargies. Keturunan suci Rasulullah ini dipenuhi berbagai keajaiban, mulai dari proses kelahiran hingga masa ghaibnya.
Kelahiran manusia suci ini sangat menakjubkan di mana sang ibunda tidak tampak tanda-tanda kehamilan. Rahasia hal ini cukup jelas karena khalifah Bani Abbasiyah mengetahui dari berbagai riwayat Rasulullah Saw dan para Imam bahwa Imam Hasan Askari akan memiliki seorang putra yang mengikis sendi-sendi pemerintahan zalim. Sosok yang akan menumbangkan pemerintahan arogan dan zalim serta memenuhi dunia dengan keadilan. Oleh karena itu, mata-mata Bani Abbasiyah diperintahkan mengawasi penuh setiap gerak-gerik keluarga suci ini dengan harapan mampu mencegah kelahiran bayi yang dijanjikan oleh Allah Swt tersebut. Dengan demikian tak heran jika proses kehamilan hingga kelahiran Imam Mahdi tidak biasa dan masyarakat tidak menyadarinya. Sejatinya apa yang terjadi dengan Imam Mahdi di proses kelahirannya merupakan pengulangan dari kelahiran Nabi Musa as. Musuh-musuh Imam Mahdi juga kembali mengulang strategi Firaun. Firaun Mesir melakukan tindakan sadis dan biadab dengan mengawasi para wanita yang tengah hamil dan membunuh setiap bayi laki-laki. Tindakan Firaun tersebut tak lebih ditujukan untuk menghancurkan Musa yang nantinya diprediksikan akan meruntuhkan pemerintahan sang Firaun. Namun di sini, Firaun tidak memahami kekuasaan Allah Swt, Sang Pencipta Alam Semesta. Allah menjaga Musa dari pembantaian dan menyelamatkannya. Prosesnya pun tak berbeda dengan kehamilan ibunda Imam Mahdi. Nabi Musa dilahirkan secara rahasia. Sementara itu, penguasa Bani Abbasiyah pun berencana membunuh Imam Mahdi. Untuk mensukseskan ambisinya ini mereka tak segan-segan mengerahkan mata-mata dan pasukan untuk mengawasi penuh Imam Hasan Askari beserta keluarganya. Namun kekuasaan Allah membuyarkan angan-angan mereka. Saat ini Imam Mahdi telah berusia 1178 tahun. Sebagian orang mungkin tidak mempercayai hal ini, bahwa ada seseorang yang berusia hingga sedemikan lama. Namun jika kita merujuk pada kekuasaan Allah yang tidak terbatas serta Tuhanlah yang menguasai usia manusia, maka hal ini sepenuhnya dapat diterima. Ini bukan suatu mukjizat atau sesuatu yang luar biasa. Karena baik menurut rasio atau sains, Allah Swt mampu memberikan usia manusia 60 tahun menjadi 200 tahun atau lebih. Sementara itu, menurut sains usia manusia tergantung dengan kondisi lingkungan di mana mereka hidup. Jika seseorang hidup dalam kondisi yang tepat maka ia akan berusia cukup panjang. Uniknya lagi saat ini para ilmuwan berusaha mempersiapkan kondisi seperti ini bagi manusia serta membuat usia mereka bertambah beberapa kali lipat dengan teknologi genetik. Selain itu, sepanjang sejarah kita menemukan manusia yang berusia panjang. Berbagai ayat suci al-Quran menceritakan usia panjang sejumlah umat terdahulu. Dengan bersandar pada ayat tersebut, maka kondisi Imam Mahdi yang berusia panjang pun secara ilmiah mampu dibuktikan. Ayat-ayat tersebut seperti ayat yang berkenaan dengan Nabi Nuh as. Allah Swt di surat al-Ankabut ayat 14 berfirman,"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim." Saat menceritakan kehidupan Nabi Yunus as, Allah Swt di surat As-Saffat berfirman,"Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." Ayat ini membuktikan bahwa Allah Swt mampu mempertahankan hidup manusia sekalipun di tempat yang tidak terdapat sarana kehidupan, seperti di perut ikan. Selain itu, umat terdahulu rata-rata berumur panjang. Dengan demikian wajar jika Allah Swt Yang Maha Mampu dan Perkasa dapat melindungi khalifah serta penggantinya di bumi dari incaran kematian yang datangnya dari penguasa zalim Bani Abbasiyah. Untuk merealisasikan hikmahnya, Allah Swt juga memberikan usia panjang kepada Imam Mahdi as. Tak dapat diragukan bahwa tujuan dari pengutusan para Nabi dan pemimpin Ilahi adalah membimbing dan memberi hidayah kepada manusia. Namun demikan hidayah ini akan sukses jika masyarakat telah memiliki kesiapan untuk menerimanya. Jika sebuah masyarakat tidak memiliki kesiapan tersebut maka misi para Nabi pun tidak terlalu berhasil. Pembatasan ekstra ketat terhadap Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as membuat beliau tidak leluasa menyampaikan misinya. Oleh karena itu, hikmah Ilahi mengharuskan Imam keduabelas (Imam Mahdi as) harus ghaib dari masyarakat hingga umat memiliki kesiapan untuk menerima beliau. Kini muncul pertanyaan, apa fungisnya Imam selama masa ghaib ? Apa faedah yang dapat diraih masyarakat dari seorang Imam yang ghaib ? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus dipahami bahwa arti dari keghaiban Imam Mahdi bukan berarti beliau berubah menjadi ruh yang tidak kasatmata atau sesuatu yang misteri. Namun sebaliknya Imam Mahdi hidup secara normal, tidak ada perubahan dalam fisik beliau menjadi sesuatu yang lain. Imam Mahdi as hidup secara normal di tengah-tengah masyarakat, namun beliau tidak dikenal. Beliau tidak hidup di satu tempat tertentu, Imam Mahdi hidup di berbagai belahan dunia. Di saat Rasulullah Saw ditanya mengenai usia panjang Imam Mahdi as, beliau menjawab,"Saya bersumpah atas nama Allah Swt yang mengutusku sebagai Nabi, di masa keghaiban Mahdi, umat manusia dapat memanfaatkan keberadaannya dan menikmati cahaya keimamahannya sama seperti matahari ketika berada di balik awan." Manfaat matahari tidak terbatas ketika sinarnya lansung menyinari bumi. Ketika sang menteri berada di balik awan pun masih memberikan manfaat besar bagi kehidupan alam seperti produksi panas, pertumbuhan tumbuh-tumbuhan serta produk energi untuk menggerakkan mata rantai kehidupan. Oleh karena itu, pancaran religius keberadaan Imam Mahdi meski berada di balik keghaiban memiliki berbagai dampak yang dapat dirasakan. Salah satunya adalah harapan atas kemunculan sang juru selamat yang menjadi motor penggerak bagi manusia untuk meraih masa depan yang gemilang. Keyakinan akan konsep juru selamat di akhir zaman mampu menjadi faktor pencegah perbuatan merusak hingga munculnya Imam Mahdi.Harapan dan penantian (intizar) kemunculan Imam Mahdi selain memberikan spirit bagi manusia juga mempersiapkan jalan masa depan juga memberi manusia kekuatan stabil dan spirit ini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya hingga masa kemunculan Imam Mahdi. Hal inilah yang membuat manusia memiliki semangat kuat untuk menentang kezaliman sepanjang masa. Sejatinya, penantian berarti tidak puas akan kondisi yang ada. Manusia menanti kebaikan menguasai dunia. Ketika manusia memiliki keyakinan seperti ini. Penantian adalah sebuah kondisi psikologis yang memunculkan persiapan terhadap sesuatu yang dinantikan dan lawan kata dari hal itu adalah putus asa. Setiap kali penantian meningkat, maka persiapan semakin banyak. Tidakkah Anda merasakan jika menanti seseorang yang akan datang, maka akan bertambah pula persiapan Anda ketika kedatangan seseorang itu semakin dekat. Dari sisi ini, setiap kali tingkatan penantian mengalami perbedaan maka terjadi pula perbedaan kecintaan terhadap orang yang Anda nantikan. Manakala kecintaan semakin besar maka bertambah besar pula persiapan menyambut kedatangan orang yang dicintai. Perpisahan dengan sang kekasih membuatnya sedih. Sampai-sampai orang yang menanti melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjagaan dirinya, dia tidak lagi merasakan apa yang menimpa dirinya dari rasa sakit ataupun tekanan yang menyayat. Seorang mukmin yang menanti pemimpinnya, manakala penantiannya semakin besar maka semakin besar pula upaya dirinya untuk mempersiapkan baik dengan berbuat warak, berupaya sungguh-sungguh, melakukan pembenahan diri, menghindari akhlak-akhlak yang buruk, menghiasi dengan akhlak-akhlak yang terpuji sehingga ia berhasil menjumpai pemimpinnya, menyaksikan keindahannya di masa kegaibannya. Sebagaimana hal ini terjadi pada sejumlah besar orang saleh. Karena itu, para imam maksum memerintahkan para pengikut mereka, sesuai dengan yang tercantum dalam riwayat-riwayat, untuk melakukan upaya pembenahan diri dan melaksanakan segala bentuk ketaatan. Henry Corbin, guru besar filsafat di Universitas Sorbonne Perancis dan orientalis terkenal asal Perancis mengatakan,"Menurut saya mazhab Syiah merupakan satu-satunya mazhab yang tetap menjaga interaksi hidayah antara Tuhan dan makhluk serta senantiasa menghidupkan imamah." Ia pun melakukan riset di antara Yahud dan Kristen serta menyebut imamah (hidayah Ilahi) merupakan kekhususan mazhab Syiah. "Yahudi berkeyakinan bahwa kenabian yang menjadi jembatan antara Tuhan dan alam semesta terputus dengan berakhirnya kenabian Musa as. Adapun umat Kristen meyakini al-Masih sebagai nabi terakhir. Sementara di antara umat Islam terdapat berbagai kelompok. AhlulSunnah meyakini setelah berakhirnya kenabian Muhammad Saw maka terputus pulalah hubungan antara pencipta dan makhluk. Hanya mazhab Syiahlah yang selain meyakini Muhammad sebagai nabi terakhir, masih mengakui pula wilayah (hidayah Ilahi) tidak terputus dan untuk selamanya terus terpancar," tandas Corbin.(IRIB Indonesia)

Hikmah Ramadhan; Hasil Puasa Adalah Sedikit Makan dan Bicara!

Rabu, 2012 Juli 25 06:24
Pada malam Mikraj, yaitu malam ketika Rasulullah Saw dinaikkan ke langit, Allah Swt bertanya kepadanya, "Wahai Ahmad, apakah engkau tahu hasil dari puasa?" Rasulullah menjawab, "Tidak" Allah Swt berfirman, "Hasil dari puasa adalah sedikit makan dan sedikit bicara.Hal ini akan menimbulkan kebijaksanaan. Dari kebijaksanaan, lahirlah makrifat dan keyakinan. Ketika seorang hamba mencapai keyakinan, dia tidak lagi memiliki kekhawatiran bagaimana hidupnya akan dilalui, baik dalam kesusahan maupun kemudahan. Dalam kondisi seperti ini, dia telah mencapai keridhaan Kami."
Hikmah atau kebijaksanaan adalah sebuah kemampuan yang tinggi, yang tidak mudah untuk dicapai. Orang-orang yang berpuasa, ketika menahan haus dan lapar, mereka juga akan terlatih pula untuk mengontrol hawa nafsunya. Sebaliknya, rasa kenyang dan berlebih-lebihan dalam makan akan menyebabkan matinya cahaya makrifat dan pikiran. Rasulullah Saw bersabda, "Janganlah mengenyangkan diri, karena akan mematikan cahaya makrifat di dalam jiwa kalian." * * * Suatu hari, kaum Muslimin di kota Mekah berkumpul dan saling membicarakan sebuah ayat yang baru diwahyukan kepada Rasulullah Saw, yaitu ayat mengenai janji Allah Swt bahwa kaum Muslimin akan dimasukkan ke dalam surga. Ayat ini menimbulkan kegembiraan di hati mereka. Dalam membicarakan ayat ini, sebagian di antara mereka saling bercanda dan tertawa terbahak-bahak. Suara tertawa yang sedemikian keras itu terdengar oleh Rasulullah dan beliau pun mendatangi sekelompok kaum Muslimin itu. Melihat kedatangan Rasulullah, merekapun terdiam. Rasulullah dengan lembut bersabda, "Janganlah kalian tertawa seperti itu." Lalu Rasul pun melangkah pergi. Tiba-tiba, Rasulullah menghentikan langkah beliau dan kemudian kembali menemui kelompok kaum Muslimin itu. Rasulullah bersabda, "Ketika aku menjauh dari kalian, Jibril datang kepadaku dan berkata, "Wahai Muhammad, Allah berfirman, mengapa kau membuat hambaku menjadi putus harapan?" Lalu, turunlah ayat ke-49 surat al-Hijr, "Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." * * * Maurice Meterlink, seorang ilmuwan Belgia, mengatakan, "Manusia di zaman yang lampau hidup secara lebih bersahabat dan lebih saling memperhatikan satu sama lain. Dewasa ini, bila dibandingkan dengan orangtua kita dahulu, kita lebih sedikit merasa terpengaruh oleh musibah atau kesusahan yang menimpa orang lain. Satu-satunya faktor yang dapat menyebabkan perasaan persabahatan ini menjadi lebih kuat dan mendorong manusia ke arah kebaikan dan kecintaan terhadap orang lain, adalah agama. Jika keyakinan terhadap agama telah lenyap, rasa cinta dan empati kepada sesama pun akan lenyap pula. Dalam masalah ini, William James dalam bukunya "Agama dan Psikologi" menyatakan, "Agama adalah keyakinan terhadap sebuah sistem yang tidak kasat mata di antara berbagai fenomna yang ada di alam, dan pekerjaan terbaik untuk kita lakukan adalah berjalan selaras dengan sistem ini. Dasar dari doa dan munajat adalah peningkatan secara teratur manusia ke arah Tuhan. Tujuan pertama dari doa adalah menghapuskan rasa cinta dunia dalam hati karena keterikatan dengan dunia menghalangi pemusatan pikiran. Agama memberikan kepada kita perasaan untuk memahami hakikat ketuhanan yang secara langsung memiliki hubungan dengan kita. Jika pengelihatan terhadap hakikat ini tidak kita miliki, tidak ada satupun kemampuan kita yang memiliki manfaat bagi kita." Para dokter meyakini bahwa manusia yang berpuasa sedang bergerak dalam jalan yang sehat dan selamat. Penyebab utama dari sebagian besar penyakit adalah ketidakseimbangan pola hidup dan makan. Puasa merupakan salah satu obat yang terbaik bagi berbagai penyakit, melalui penciptaan keseimbangan dalam tubuh manusia. Robert Thompson seorang ahli tanaman obat, mengatakan, "Nabi Muhammad kepada para pengikutnya memerintahkan agar mereka melakukan puasa selama tiga puluh hari dalam setahun. Isa al-Masih juga menasehati pengikutnya agar melakukan puasa demi kesehatan mereka. Tujuan dari kebijaksanaan Tuhan ini adalah menciptakan kesempatan bagi organ-organ tubuh untuk beristirahat setelah sebelumnya selalu bekerja keras untuk mencerna makanan." Atas dasar itulah, Robert Thomson menggunakan puasa sebagai salah satu metode pengobatannya. Selanjutnya Thomson mengatakan, "Sebagian orang bertanya-tanya, bagaimana mungkin orang yang tidak makan bisa bertahan hidup? Namun, berbeda dengan pandangan sebagian besar orang, konsep puasa merupakan cara mendasar untuk semua orang yang ingin terjauh dari penyakit. Orang yang sehari dalam seminggu berpuasa secara bertahap akan memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang berpuasa seminggu dalam setahun. Pada hakikatnya badan sebagai sebuah mekanisme alami berusaha untuk menciptakan keseimbangan dalam tubuh dan puasa dapat membuat keseimbangan ini menjadi lebih bagus." Thomson bahkan mengutip salah satu hadis Rasulullah, yaitu "Perut adalah tempat berbagai penyakit dan puasa adalah dasar dari obat yang menyembuhkan." (IRIB Indonesia)

Imam Ali as dan Musafir Non Muslim

Selasa, 2012 Juli 24 16:22
Pada hari itu udara kota Kufah sangatlah nyaman. Angin sepoi bertiup perlahan dari arah kota memberikan ketenangan bagi jiwa dan semangat manusia. Seorang musafir bergerak ke arah kota Kufah. Dia telah melewati perjalanan yang jauh untuk mencapai suatu tempat di sekitar Kufah dan kini ia merasa kelelahan. Dia berpikir sendirian, alangkah menyenangkannya jika dia mempunyai teman seperjalanan, supaya dia punya teman untuk berbicara dan tidak merasa lelah akan perjalanan tersebut. Ketika itu pula, tampak sesosok tubuh dari kejauhan. Sang musafir merasa gembira dan berkata sendirian, "Aku akan bersabar sampai orang itu datang menghampiriku. Mungkin saja dia bisa menjadi teman seperjalananku."
Sosok dari kejauhan itu akhirnya mendekat. Ternyata seorang lelaki itu berwajah menarik dan bercahaya. Terlihat senyum terukir di bibir lelaki itu. Ketika keduanya berdekatan, mereka saling bertanya khabar. Ternyata, lelaki itu juga akan pergi ke Kufah. Sang musafir yang kesepian tadi merasa gembira karena kini dia memiliki teman seperjalanan. Lelaki yang baru tiba itu tidak lain dari Imam Ali as. Tetapi, Imam Ali menyembunyikan identitasnya kepada musafir tersebut. Keduanya sama-sama meneruskan perjalanan. Mereka lalui perjalanan bersama itu sambil berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Imam Ali as mengetahui bahwa teman seperjalanannya itu bukan Muslim. Namun, Imam Ali tetap memprlakukannya dengan baik, sampai-sampai lelaki non Muslim itu merasakan persahabatan dan kecintaan terhadap Ali as. Tutur kata dan akhlak Imam Ali sedemikian baiknya sehingga telah meninggalkan kesan kepada lelaki itu, sampai-sampai dia melupakan rasa lelahnya. Dia lalu berhenti sejenak dan berkata kepada Imam Ali, "Sungguh menakjubkan, kebetulan sejam yang lalu aku memohon teman seperjalanan untuk menemaniku agar beratnya perjalanan ini tidak terasa. Lihatlah betapa Allah telah mengabulkan permintaanku. Sampai kini, aku tidak pernah menemui orang sebaik dan sepintar engkau dalam berbicara." Imam Ali hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata lelaki ini dan mereka kembali meneruskan perjalanan mereka. Perjalanan itu berakhir dengan dua arah. Satu jalan ke Kufah yang menjadi tempat tujuan Imam Ali as dan jalan kedua merupakan arah yang dituju lelaki non Muslim itu. Imam Ali tidak mengambil jalan ke arah Kufah dan terus berjalan mengikuti teman seperjalanannya. Lelaki itu sibuk berbicara sehingga tidak menyadari hal tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menyadarinya dan bertanya, "Sahabatku, engkau telah salah memilih jalan, sewaktu di persimpangan tadi engkau seharusnya memilih jalan ke Kufah." Imam Ali, "Aku tahu. Tetapi aku ingin mengiringimu sampai engkau menyelesaikan pembicaraanmu." Lelaki itu merasa takjub mendengar ucapan Imam Ali tersebut, lalu berkata, "Akhlakmu sungguh baik sekali. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dirimu. Sebutkanlah namamu dan apakah pekerjaanmu?" Imam Ali menjawab, "Sahabatku, aku adalah Ali bin Abi Thalib." Lelaki non Muslim itu yang sudah sering mendengar nama Ali dan mengetahui dia adalah pemimpin umat Islam, amat terkejut. Kebimbangan menyelimuti dirinya. Dia berkata sendirian, "Ya Tuhanku, sejak tadi hingga kini, ternyata aku sedang bersama khalifah umat Islam dan aku tidak mengetahuinya sama sekali. Lalu, dia berkata kepada Imam Ali as, "Ketawadhu'an dan kebaikan akhlak Anda memang layak mendapat pujian. Apakah mereka yang dididik dengan ajaran Islam memiliki akhlak seperti Anda?" Pada saat itu jendela ke arah cahaya dan hakikat terbuka di hadapan matanya. Imam Ali as kemudian menyampaikan ajaran Islam kepada musafir itu. Tidak berapa lama kemudian, dengan bimbingan Imam Ali, dia memeluk agama Islam dan bergabung dengan barisan kaum Mukmin. Dengan demikian, kebaikan, kelembutan, dan sifat baik Imam Ali as telah membuka hati lelaki non Muslim itu untuk menerima kebenaran ajaran Islam. Rasulullah Saw bersabda, "Berlaku baiklah kepada sesama manusia. Mereka menyukai kalian selagi kalian hidup dan menangisi kalian ketika kalian meninggalkan dunia ini." (IRIB Indonesia)

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...