Jumat, 11 Juni 2021

Dua Belas Imam

 

Dua belas Imam (Bahasa Arab: اثنا عشرية - Ithnāˤashariyya) adalah cabang dari ajaran Syiah yang memiliki pengikut terbanyak. Mereka yang mengikuti ajaran yang disebut sebagai Syiah Imamiyah ini mempercayai bahwa mereka mempunyai 12 orang pemimpin, yang pemimpin pertamanya adalah Imam Ali ra. dan pemimpin terakhir mereka adalah Imam Mahdi Al-Muntazhar (Imam Mahdi yang ditunggu), seorang Imam yang muncul pada tahun 868 dan kemudian menghilang. Para pengikut Itsna Asyariyyah yakin bahwa Imam Mahdi akan kembali untuk menghadapi dajjal dan akan membangun pemerintahan Islam.

Keyakinan Itsna Asyariyyah

Syariah dalam Itsna Asyariyyah

Para pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah mendasarkan hukum mereka (Syariah) pada al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Perbedaan antara hukum syariah Sunni dan Syiah terletak pada keyakinan bahwa Nabi Muhammad memberikan Ali ra. sebagai pemimpin pertama setelah Nabi Muhammad saw. Lebih lanjut, menurut pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah, bahwa Imam atau pemimpin umat tidaklah dapat dipilih oleh manusia siapapun. Imam adalah jabatan langsung dari Allah swt. Sedangkan pengikut Sunni percaya bahwa pemimpin umat dipilih dengan musyawarah mufakat dari kalangan ulama dan yang memiliki kemampuanlah yang menjadi pemimpin (khalifah). Perbedaan inilah yang membuat Syi'ah dan Sunni menjadi terpecah. Berikut ini adalah perbedaan lain dalam masalah Syari'ah antara Syi'ah dan Sunni:

  1. Mengambil hadits dari Nabi Muhammad saw. dan para Ahlul Bait[1].
  2. Tidak mengambil hadits dan contoh yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, Umar dan Usman (Mereka bertiga adalah khulafaur rasyidin sebelum Ali ra.)
  3. Memberikan status ma'shum (bebas dari kesalahan) kepada para Imam dan mengikuti contoh dan ajaran mereka.

Doktrin utama

Dalam ajaran Islam aliran Syi'ah Itsna Asyariyyah, terdapat 10 rukun islam, mencakup 5 rukun Sunni (Sunni = 5 rukun), tetapi ditambah 5 Ushuluddin (rukun iman versi Sunni)[2]. Berikut ini adalah keyakinan-keyakinan para pengikut Itsna Asyariyyah dalam dua hal yaitu Ushuluddin (prinsip keyakinan) dan Furu' ad-Din (prinsip keagamaan):

Rukun iman Itsna Asyariyyah

Aliran Itsna Asyariyyah tidak membolehkan taklid (keyakinan yang buta), tetapi setiap mereka yang sudah mukalaf harus mengetahui keyakinan yang sudah ditentukan:

  • Masalah ketauhidan: Para pengikut Itsna Asyariyyah meyakini bahwa Allah-lah pencipta, menciptakan Adam langsung dengan tangan-Nya, kemudian menghidupkannya, memberinya rizki dan mematikannya. Juga memberi manusia sakit dan ujian, semua atas kekuasaan-Nya (QS Yasin:82). Mereka juga percaya bahwa Allah Maha Kuasa, Allah Maha Esa, Allah tidak terlihat dan tidak tergambar secara lahiriah oleh manusia. Secara tauhid, mereka sama dengan umat Islam pada umumnya.[3][4]
  • Masalah keadilan: Para pengikut Itsna Asyariyyah meyakini bahwa Allah tidak menganiaya satupun dari hamba-Nya, dan setiap hamba-Nya diberikan rizki sesuai yang dibutuhkannya.
  • Masalah kenabian: Para pengikut Itsna Asyariyyah meyakini bahwa rasul terakhir umat Islam adalah Rasulullah Muhammad saw. dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. adalah wajib, seperti yang tercantum di Al-Qur'an (QS Ali 'Imran:85)
  • Masalah imamah: Pengikut islam Syi'ah termasuk cabang Itsna Asyariyyah (Syiah Imamiyah) mempercayai bahwa ada sistem kepemimpinan yang disebut imamah yang berasal dari Nabi Muhammad. Imam sendiri bertugas untuk memimpin umat Islam dengan petunjuk dari Allah swt. Dan dalam prinsip ajaran Syi'ah disebutkan bahwa sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan umat Islam tanpa pemimpin. Mereka mempercayai bahwa Imam ma'shum (bebas dari dosa) dan jabatan Imam adalah langsung dari ilham yang didatangkan oleh Allah. Setiap Imam akan berwasiat kepada Imam selanjutnya.
  • Masalah Kebangkitan: Bahwa Allah menghidupkan manusia untuk beramal. Mereka yang beramal baik akan diberikan ganjaran untuk masuk ke surga selamanya, sedangkan yang beramal buruk akan dimasukkan ke neraka selamanya.
  •  
  • Daftar Imam

    1.Ali ibn Abi Talib
    2.Hasan ibn Ali
    3.Husain ibn Ali
    4.Ali ibn Husain
    5.Muhammad ibn Ali
    6.Ja’far ibn Muhammad
    7.Musa ibn Ja’far
    8.Ali ibn Musa
    9.Muhammad ibn Ali
    10.Ali ibn Muhammad
    11.Hasan ibn Ali
    12.Mahdi

    Peran Imam Mahdi

    Pada hari akhir, kaum Syi'ah Itsna Asyariyyah meyakini bahwa Imam al-Mahdi, Imam terakhir dari Imam Duabelas, akan menyelamatkan umat manusia dari kezaliman dan akan membangun suatu pemerintahan Islam. Kaum Istana Asyariyyah meyakini bahwa Imam Mahdi disembunyikan oleh Allah swt. dan kemudian akan keluar untuk memberantas kelaliman dan menegakkan kebenaran dan keadilan bersama Nabi Isa as. sebelum tibanya Hari Akhir. tetapi itu belum pasti karena tidak ada yang mendukung turunnya Nabi Isa as pada akhir zaman

    Syi'ah aliran lain, seperti Zaidiyyah, Ismailiyyah atau Bahraiyyah, berbeda dalam hal pergantian Imam dan nama-namanya, juga tidak menganggap bahwa Imam ke-12 (Muhammad bin Hasan) adalah Imam al-Mahdi.

    Hadits dalam Itsna Asyariyyah

  • Hadits dalam Syi'ah: di mana hadits adalah perkataan dan tindakan dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam). Hadits ini akan diteliti dengan shahih atau dengan interview dengan sang perawi. Hadits ini akan melewati banyak perawi yang di antaranya adalah sahabat dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam) dan sampai akhirnya akan tiba di al-Ma'shum tersebut (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam)[38] .
  • Ilmu dariyah dalam Itsna Asyariyyah: yaitu ilmu untuk mencari gejala hadits dalam kondisi darurat dalam hal bagaimana matan dan sanad menyampaikan hadits[39].
  • Hadits dalam satu jalur: karena hadits merupakan hasil adaptasi untuk mempertahankan dan menyampaikan sebuah cerita atau perkataan dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam), maka ada satu orang yang akan menyampaikan banyak hadist dalam satu jalur dan kemudian akan diteruskan ke setiap orang, seperti yang telah ditulis dan diikuti dalam ilmu Ushul Fiqih, bahwa kebenaran hadist dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam) belum tentu benar adanya jika disampaikan dalam banyak jalur.
  • Ilmu rijal: Ilmu yang ditujukan untuk menguji ilmu dan keadaan para perawi saat menyampaikan hadits untuk mengetahui dan mengidentifikasi sebuah hadits sebagai shahih atau tidak shahih.[40]
  • Sifat perawi yang riwayatnya dan kualifikasinya diterima:
  1. Beragama Islam: Tidak akan diterima riwayat hadits dari perawi kafir, sebelum sang perawi kafir tersebut mengucapkan syahadat secara sungguh-sungguh.
  2. Mempunyai akal yang logis (tidak gila): Tidak diterima hadits yang disampaikan oleh orang gila
  3. Baligh (cukup umur untuk menyampaikan hadits): Tidak diterima hadits dari seorang anak kecil sebelum dia mumayyiz (dewasa)
  4. Beriman
  5. Adil: Sang perawi harus bisa mempertahankan haditsnya dalam kebenaran dan tidak berlebihan dalam meriwayatkan hadits.

 

Empat kitab Hadist

  1. Kitab al-Kafi dari Kulayni (dibagi menjadi Usul al-Kafi, Furu al-Kafi dan Rawdat al-Kafi)
  2. Man La Yahduruhu al-Faqih dari Syaikh Saduq
  3. Tahdhib al-Ahkam dari Syaikh Tusi
  4. al-Istibsar dari Syaikh Tusi

Tempat suci dan bersejarah Itsna Asyariyyah

Setiap muslim, baik Sunni maupun Syi'ah, memiliki tempat-tempat suci. Di antara tempat suci tersebut adalah tiga masjid suci yaitu Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. Selain tiga tempat tersebut, Syi'ah juga memiliki beberapa tempat suci yang kebanyakan di antaranya adalah makam-makam para Imam. Berikut tempat-tempat suci Syi'ah:


Apa saja yang menjadi tanda-tanda zhuhur (kehadiran, kemunculan) Imam Zaman Ajf?

 JAWABAN GLOBAL :

Pembahasan mengenai zhuhur (kehadiran, kemunculan) Imam Zaman Ajf memang merupakan pembahasan yang agak rumit sehingga memerlukan penelitian secara seksama atas seluruh riwayat yang berkaitan dengan tema mahdawiyah (Imam Mahdi Ajf). Secara global berbagai riwayat yang menjelaskan tanda-tanda kehadiran Imam Zaman ajf -dari satu dimensi- dapat dibagi menjadi dua bagian:

  1. Tanda-tanda yang akan terjadi secara pasti sebelum kehadiran beliau. Tanda-tanda tersebut ialah: Keluarnya pasukan Sufyani, keluarnya kelompok Yamani, jeritan dari langit, terror terhadap Nafs Zakiyyah, tenggelamnya pasukan Sufyani di tengah-tengah padang sahara dan kemunculan Dajjal.
  2. Tanda-tanda yang belum bisa dipastikan kejadiannya. Bisa jadi di antara tanda-tanda ini ada yang tidak terjadi.  Singkat kata bahwa tanda-tanda kehadiran Imam Zaman Ajf dapat dibagi kepada empat bagian:

a. Tanda-tanda sosial, seperti hancurnya moral dan tamaddun (peradaban) manusia karena tenggelam dalam kemungkaran dan maksiat.

b. Tanda-tanda agama dan keyakinan, misalnya terjadinya penyimpangan terhadap agama Ilahi.

c. Tanda-tanda alam, seperti terjadinya perubahan terhadap planet bumi dan lain-lain.

e. Tanda-tanda individu dan keajaiban, seperti terjadinya jeritan langit, terbunuhnya Nafs Zakiyyah, dan lain-lain.

Masing-masing dari tanda-tanda tersebut dan tanda-tanda yang lainnya dibahas dan dijelaskan secara rinci dalam berbagai riwayat.

 JAWABAN DETAIL


Pembahasan mengenai tanda-tanda kemunculan dan kehadiran Imam Zaman ajf memang agak rumit, karena terdapat banyak hadis-hadis dan riwayat yang beragam tercatat dalam kitab-kitab hadis, baik kitab-kitab Syi’ah maupun Ahlu Sunnah. Bahkan terdapat pula dalam kitab-kitab agama Samawi sebelum Islam, seperti agama Kristen, Yahudi, Zoroaster, Hindu dan Budha. Semua riwayat itu perlu diteliti secara seksama, diklasifikasi, dan dikritisi secara mendalam. Lebih dari itu, riwayat-riwayat tersebut perlu pula diteliti sanad (transmisi) dan dilâlah-nya (penunjukkannya).

Tanda-tanda kehadiran Imam Zaman Ajf yang termaktub dalam riwayat-riwayat Syi’ah, dapat dibagi menjadi dua bagian:

  1. Tanda-tanda pasti, yaitu tanda-tanda yang tanpa syarat dan ikatan apapun yang akan terjadi sebelum kehadiran beliau. Tanda-tanda ini seperti keluarnya pasukan Sufyani, Yamani, terjadinya jeritan dari langit, terbunuhnya Nafs Zakiyyah, tenggelamnya prajurit sufyani di padang sahara dan munculnya Dajjal.
  2. Tanda-tanda belum pasti, yaitu yang akan terjadi dengan syarat-syarat dan kondisi tertentu. Artinya jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka ia akan terjadi. Tanda-tanda ini banyak sekali jumlahnya[1].

 

Tetapi dari sisi lain dan secara global, tanda-tanda kehadiran Imam Zaman Ajf itu dapat dibagi kepada empat bagian. Hal itu akan kami jelaskan secara ringkas.

  1. Faktor Sosial.

Secara singkat, akibat dari faktor-faktor sosial ini adalah runtuhnya moral, peradaban dan nilai-nilai umat manusia, seperti:

  1. Tersebar luasnya kezaliman di seantero dunia. Dengan kata lain bahwa dunia dipenuhi dengan kezaliman.
  2. Bejadnya moral para penguasa dunia. Perlu dipahami bahwa yang dimaksud dengan tersebarnya kerusakan dan kezaliman di seantero dunia dan bejadnya moral para penguasa adalah bahwa sistem politik di seluruh dunia dibina berdasarkan kezaliman dan kecurangan sosial, politik, budaya dan ekonomi. Dan para tiran menduduki kursi kekuasaannya berdasarkan penjajahan, kekejaman dan penindasan. Hal ini bukan berarti bahwa di alam dunia ini sama sekali tidak terdapat orang yang adil atau tidak ditemukan adanya pemerintah yang adil. Maksud ungkapan di atas adalah bahwa tatanan yang berkuasa di atas muka bumi ini adalah tatanan kezaliman (tyranic ) dan kecurangan (corrupt).
  3. Mahalnya harga barang-barang dan kemerosotan ekonomi adalah merupakan akibat dari tatanan pemerintah yang zalim.
  4. Munculnya para pembohong dan Dajjal yang mengklaim diri mereka sebagai mujaddid (reformer) masyarakat. Kemunculan Dajjal adalah termasuuk salah satu tanda pasti kehadiran Imam Zaman ajf yang disinggung di dalam kitab-kitab agama-agama Samawi terdahulu. Dajjal secara leksikal berarti penutup kebenaran dengan kebatilan, penipuan, makar dan kelicikan. Bisa jadi -berdasarkan berbagai riwayat yang ada- Dajjal itu tidak hanya terbatas pada seseorang saja. Tetapi ia sebagai titel dan simbol umum bagi tatanan dan sistem zalim yang ditegakkan berdasarkan dusta dan penipuan. Banyak masyarakat yang tertipu olehnya. Dajjal senantiasa gigih dalam melawan dan membendung kebenaran. Ada pula yang mengartikan bahwa Dajjal itu adalah budaya Barat yang sekarang ini[2].
  5. Para pendusta dan pembohong sebagai jurubicara rakyat dan pemimpin masyarakat, misalnya sepereti Sufyan.
  6. Orang-orang yang saleh dan jujur akan disingkirkan dari masyarakat. Dan sebaliknya para pembohong dan pendurjana akan banyak mendapatkan dukungan dan simpatisan.
  7. Keluarnya Sufyani juga merupakan salah satu tanda pasti kehadiran Imam Zaman ajf, Tetapi masih belum bisa ditetapkan secara pasti apakah Sufyani itu nama pribadi seseorang, ataukah ia sebagai titel dan simbol umum bagi orang-orang dan sistem yang zalim, Yang bisa ditarik kesimpulan dari berbagai riwayat adalah bahwa Sufyani adalah seseorang ataupun orang-orang kapitalis, para koruptor, diktator dan penyebar kerusakan dan berbagai khurafat. Ciri mereka yang mencolok adalah membuat kerusakan sosial secara merata.[3]

Di dalam berbagai riwayat telah dijelaskan bahwa Sufyani beserta pasukannya akan tenggelam di padang sahara Bayda’ (sebuah tempat yang letaknya antara Makkah dan Madinah). Dan hanya satu orang saja di antara mereka yang hidup dan selamat yang akan memberikan informasi mengenai tenggelamnya pasukan Sufyani[4].

  1. Terjadinya peperangan, fitnah pertumpahan darah di muka bumi.

Dalam banyak riwayat telah disinggung akan terjadi peperangan dan pertumpahan darah yang dilakukan oleh pasukan Turk (Turk itu kemungkinan komunitas yang berasal dari keturunan Turk putera Yafis bin Nuh. Sekarang ini mereka hidup tersebar di daerah Mogolistan, Punjab, Turki, Siberia, Afganistan dan India). Dan secara luas dapat diartikan juga meliputi negara-negara Barat[5]. Begitu pula banyak riwayat menjelaskan bahwa sebelum masa kemunculan beliau ajf, dua pertiga masyarakat dunia mati. Dan hal ini termasuk dari tanda-tanda kehadiran Imam Zaman ajf yang tidak pasti[6].

  1. Berbagai revolusi dan pemberontakan melawan kezaliman dan kerusakan internasional akan terjadi di muka bumi ini. Sebagian dari revolusi itu akan berhasil membentuk sebuah pemerintahan yang mandiri. Keluarnya pasukan Yamani merupakan simbol revolusi dan kebangkitan haq dalam melawan kebatilan, penyimpangan dan kesesatan. Hal ini akan terjadi pada akhir zaman nanti yang merupakan salah satu dari gerakan tersebut[7].

Kebangkitan Sayid Khurasani yang merupakan putera keturunan Imam Husein As. Dan kebangkitan untuk menegakkan keadilan adalah sebagai faktor lainnya. Dua buah revolusi dan kebangkitan tersebut, yang satu terjadi di Yaman dan yang satunya lagi terjadi di Iran, merupakan lahan dan persiapan akan kehadiran Imam Zaman Ajf.[8]

Dalam riwayat disebutkan bahwa pemerintahan yang dibentuk di Iran adalah:

Pertama: Pemerintah mengajak rakyatnya kepada Islam dan ajaran Ahlubait As.

Kedua: Pemerintah berusaha membersihkan seluruh daerah yang berada dibawah kekuasaannya hingga Kufah dari berbagai kezaliman dan kerusakan. Dan ketika Imam Zaman Ajf hadir dari kegaibannya langusng bergabung dengan beliau dan mengikutinya[9].

 

  1. Faktor Agama dan Keyakinan.

Kelemahan dan kehancuran agama merupakan tanda lain akan dekatnya kehadiran Imam Zaman ajf. Di dalam riwayat Amirul Mukminin Ali As disebutkan bahwa nanti di akhir zaman banyak umat yang meninggalkan shalat, mengabaikan amanat, menghalalkan dusta, memakan harta riba, melakukan sogok-menyogok (risywah, bribery), menjual dan mengganti agama dengan dunia, bermusyawarah dengan para wanita, memutuskan hubungan persaudaraan, menyembah dan mengikuti hawa nafsu, melakukan pembunuhan merupakan hal yang biasa, kesabaran mereka sangat lemah, merasa bangga dengan kezaliman, para ‘arif menjadi para pengkhianat, para qâri’ menjadi fasik, memperindah masjid-masjid, meninggikan menaranya (tetapi dalamnya kosong), merusak perjanjian dan dikuasai oleh hawa nafsu[10].

Dengan ungkapan lain -secara global- bahwa sebelum zhuhur (kemunculan Imam Zaman Ajf), ajaran dan hukum-hukum Islam akan terabaikan. Tetapi hal itu bersifat nisbi, artinya pada umumnya masyarakat dunia mengalami hal seperti itu. Terdapat di dalam riwayat Ahlulbait As bahwa ketika Imam Zaman ajf telah hadir di tengah-tengah masyarakat dunia, beliau akan menjalankan pemerintahan Islam dengan sistem, kitab dan agama yang baru. Maksudnya adalah ketika itu Islam sudah sedemikian jauhnya bercampur aduk dengan khurafat dan al-Qur’an telah banyak mengalami tahrif (perubahan) maknawi, sehingga hakikat dan kebenaran sudah diabaikan dan terlupakan[11].

 

  1. Faktor Alami.

Terjadinya berbagai bencana alam, merupakan tanda dari tanda-tanda kehadiran Imam Zaman ajf. Di dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa mendekati kemunculan beliau akan terjadi jeritan akhir zaman, gerhana bulan, gerhana matahari yang bukan pada waktunya, perubahan planet-planet dunia, kondisi langit, udara dan air, serta terbitnya matahari dari sebelah barat. Riwayat-riwayat semacam ini bisa jadi dapat diterapkan dengan sebagian peristiwa yang terjadi pada masa kita sekarang ini, di samping itu pula dapat di-taujih (dipahami dengan maksud yang lain). Misalnya Syahid Mutahhari men-taujih terbitnya matahari dari arah barat dengan kebangkitan Islam dari arah barat, yakni dari Paris, Perancis yang dipelopori oleh Imam Khomeini Ra[12]

 

  1. Faktor Individu dan Keajaiban.
    1. Panggilan langit.

Dari sebagian riwayat dapat dipahami bahwa ketika mendekati atau ketika kemunculan Imam Zaman ajf akan ada panggilan malaikat dari langit dan ia memberikan kabar gembira kepada masyarakat dunia. Malaikat tersebut adalah Jibril As dan ajakannya itu dapat didengar oleh seluruh masyarakat dunia. Setiap orang dapat memahami bahasa dan logatnya tetapi tidak dapat di-tasykhisy (disesuaikan dengan bahasa tertentu). Di sisi lain, setan juga berteriak kencang dengan ucapan: “Usman telah terbunuh secara zalim”. Tujuan ucapannya adalah untuk melontarkan keraguan di dalam hati masyarakat umum[13].

    1. Syahadah dan terbunuhnya Nafs Zakiyyah.

Nafs Zakiyyah adalah laqab (julukan) seorang pemuda hasyimi (keturunan Rasulullah Saw) yang mempunyai kedudukan sangat mulia di mata masyarakat dunia. Beliau berhadapan dan melakukan perlawanan terhadap pasukan Sufyani. Dan kemudian berlidung diri di kota Madinah. Ketika pasukan Sufyani berangkat menuju ke kota Madinah, beliau pergi ke kota Makkah dan disana beliau mengajak masyarakat untuk mengikuti Ahlulbait As. Tetapi tanpa dosa dan kesalahan, beliau dibunuh dan disembelih secara kejam di antara rukun dan maqam. Kesyahidan beliau menyadarkan dan membangkitkan semangat masyarakat dunia, hingga mereka siap membaiat Imam Zaman Ajf. Jarak antara kesyahidan beliau dengan awal kebangkitan gerakan Imam Zaman Ajf hanyalah lima belas hari. Beliau adalah wakil dan delegasi Imam Zaman Ajf untuk masyarakat umum[14]. Di samping tanda-tanda yang telah dijelaskan di atas, terdapat juga tanda-tanda lainnya yang disebutkan di dalam berbagai riwayat[15]. []



[1] . Zendegi Imam Mahdi As, Qurasyi, Baqir Syarif hal. 304.

[2] . Mengenai Dajjal dijelaskan di dalam berbagai kiktab, seperti Mahdi Enqelâbi Buzurg, Nasir Makarin Syirazi, hal. 192, Dajjal Afsâneh Ya Wâqiiyat, Syafaye Mehnaz, hal. 28-62, Farhangge Mau’ud, Husein Karmisyahi, hal. 92, 94, Dâdgustare Jahân, Ibrahim Amini, hal. 223, Hadiqatu as-Syi’ah, Muqaddas Ardebili, hal, 758.

[3] . Mahdi Enqelabi Buzurg, hal. 202, Dah Enteqâd wa Fâshukh Piramune Hadhrat Mahdi, Syekh Mufid hal. 90.

[4] . Nejâd Bakhsyi Dar Adyân, Muhammad Taqi Rasyid Muhasshal, hal. 159.

[5] . Ruzgâr Rahâ-i, Hadi Kamil Sulaiman, terj. Mahdi Pur, Ali Akbar, jilid 2 hal. 938, 939.

[6] . Simâye Aftâb, Habibullah thahiri, hal. 511.

[7] . Al-Mumahhiduna lil Mahdi, Ali Kurani, hal. 138 dan 139.

[8] . Zamine Sazmân Enqelâbi Jahâni Mahdi, Sayyid Asadullah Syahidi, hal. 439, 445.

[9] . Mahdi Khursyide Muntazhirân, Gule Muhammadi Arman, hal. 26, 27.

[10] . Bihârul Anwâr, juz 52, hal. 193.

[11] . Wilâyate Faqih, Abdullah Jawadi Amuli, hal. 372, Mahdi Enqelâbi Buzurg, hal. 320, 321.

[12] . Ruzgâr Rahâ-i, hal. 853, Târikh mâ ba’da az-Zhuhur, Sayyid Muhammad Shadr, hal. 164, 217.

[13] . Zendegi Imâm Mahdi, hal. 315, Ruzgâr Rahâ-i, hal. 869, 871.

[14] . Thâwus-e Behestiyân, Gule Muhammadi Arman, juz 4 hal. 167, Al-Bay’atu Lillah, hal. 268, Nesyânehâ-ye Zhuhur, Sadat Madani, Sayyid Ali Ashgar, hal. 112.

[15] . Lihat Bihârul Anwâr, juz 52.

 

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...