Salah satu kunci utama kesuksesan seseorang adalah ada tidaknya rasa percaya diri. Berkembangnya rasa percaya diri atau citra diri yang positif dalam diri anak sangatlah penting untuk kebahagiaan dan kesuksean mereka.
Rasa percaya diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan merefleksikannya tanpa kita sadari. Sebagai contoh, anak yang penuh percaya diri akan memiliki sifat-sifat antara lain :
Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung orang lain
Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan.
Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri
Tidak mudah mengalami rasa frustasi
Mampu menerima tantangan atau tugas baru.
Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil
Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.
Pada sisi lain, anak yang memiliki percaya diri yang rendah / kurang, akan memiliki sifat dan perilaku antara lain :
Tidak mau mencoba suatu hal yang baru.
Merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan
Punya kecenderunganmelempar kesalahan pada orang lain
Memiliki emosi yang kaku dan disembunyikan
Mudah mengalami rasa frustrasi dan tertekan
Meremehkan bakat dan kemampuannya sendiri
Mudah terpengaruh orang lain.
Orang tua , adalah pemegang peran utama yang menentukan perkembangan rasa percaya diri anak. Sebenarnya hal ini sama sekali tidak sulit, bahkan banyak orang tua melakukannya tanpa mereka sadari sendiri. Orang tua kadang kurang menyadari betapa segala perkataan dan perbuatannya dapat memberi dampak yang besar bagi anak dalam perkembangannya. Berikut ini beberapa saran yang ada baiknya diingat dan dicoba :
Saat kita merasa senang atau bangga terhadap anak kita, katakanlah padanya. Orang tua kadang jauh lebih mudah untuk memarahi atau mengomel atas tingkah laku anak yang kurang baik. Sebaliknya bila anak melakukan sesuatu yang baik atau menyenangkan orang tuanya, sering kita tidak memberinya respons apa-apa. Seorang anak tidaklah tahu saat orang tuanya bangga atau senang pada dirinya, dan ia butuh untuk mendengar dari orang tuanya bahwa ia dikehendaki dan disayangi. Anak memiliki ingatan yang kuat terhadap perkataan orang tuanya, dan ingatan itu seakan-akan ada terus dalam kepala si anak. Demikian juga terhadap perkataan yang menyatakan kegembiraan dan kebanggan orang tuanya akan kehadirannya, akan tetap ia ingat dan menguatkan percaya dirinya.
Berilah pujian pada anak. Gunakan pujian yang bersifat deskriptif, agar anak tahu tindakan apa yang membuahkan pujian itu. Perhatikanlah tingkah laku, perbuatan si anak, dan aktivitas anak. Saat ia selesai mengerjakan tugasnya, kita dapat ucapkan padanya, “ Ibu senang sekali karena kamu membereskan kamarmu dengan rapi…” Atau misalnya anak menunjukkan hasil gambarnya / hasil karyanya yang bagus , kita dapat ucapkan , “ Wah… gambarmu bagus … Nampaknya kamu cukup berbakat…”
Jangan sungkan-sungkan untuk memuji anak, bahkan jika di depan anggota keluarga lain dan kerabat. Pujilah tingkah lakunya yang positif, misalnya , “ wah… kamu memang anak yang ramah…” Kita juga dapat memberi pujian untuk hal yang tidak ia lakukan, misalnya ,” Ibu senang, kamu menurut untuk tidak bermain hujan-hujanan…”
Ajari anak untuk membuat pernyataan yang positif tentang dirinya sendiri. Berbicara pada diri sendiri adalah hal yang cukup penting. Bahkan para psikolog menemukan bahwa banyak kasus depresi dan kecemasan berasal dari kebiasaan untuk mengatakan hal negatif pada diri sendiri. Apa yang kita pikirkan, menentukan bagaimana perasaan kita, dan bagaimana perasaan kita menentukan perilaku kita. Oleh karena itu, adalah hal yang penting untuk mengajari anak untuk bersikap positif dalam berbicara dengan diri sendiri. Sebuah contoh berbicara pada diri sendiri yang positif misalnya, “ Tak apa-apa kita kalah dalam bermain bola kali ini,.. toh kita sudah berusaha semaksimal mungkin…. Dan tidak mungkin selalu menang dalam permainan…”
Hindari kritik yang bersifat mempermalukan si anak.Kadangkala orang tua memang harus mengkritik sikap atau perilaku anak agar ia memiliki karakter yang lebih baik. Kritik yang ditujukan pada diri anak sebagai personal dapat membuat anak merasa dipermalukan atau diserang. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan kata “saya / ibu/ bapak” daripada kata “kamu” saat memberi kritik atau teguran pada anak. Sebagai contoh, akan lebih baik mengatakan , “ Ibu akan senang sekali kalau kamu mau membereskan kamarmu tiap pagi…” daripada mengatakan ,”Kamu ini kok jadi anak malas sekali…Tidak bisakan kamu membereskan kamarmu ?”
Ajari anak untuk membuat keputusan yang bijaksana. Tanpa disadari, setiap saat anak membuat suatu keputusan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengambil keputusan yang baik :
Bantu anak untuk mengenali suatu permasalahan. Tuntun anak untuk memahami suatu permasalahan dan bagaimana melihatnya.
Diskusikan dengan anak, apa saja yang mungkin menjadi solusinya. Diskusikan baik buruknya, konsekuensi, kelebihan dan kekurangan masing-masing solusi.
Biarkan anak mengambil pilihannya, bila ia telah benar-benar memahami permasalahan dan kemungkinan solusi berikut konsekuensinya.
Setelah keputusan diambil dan dijalankan, diskusikan hasilnya dengan si anak. Bantu ia mengevaluasi solusi pilihannya itu, dan tuntun ia untuk memperbaikinya di lain kesempatan.
Tips tambahan untuk membantu perkembangan citra diri yang positif dalam diri anak :
Ajari anak bahwa tidaklah mungkin setiap keinginan seseorang selalu terpenuhi. Doronglah ia untuk bisa mengatasi kekecewaan atau kemarahannya secara rasional dan proporsional , atas tidak terpenuhinya keinginannya .
Biasakan anak untuk mengutarakan kemauannya secara jelas, sehingga orang lain bisa mengerti apa yang dikehendaki. Akan tetapi tetap harus ditekankan bahwa tidak ada jaminan keinginannya itu bisa selalu terpenuhi.
Ajari anak agar ia sadar bahwa mereka sendiri yang membuat dan bertanggung jawab atas segala perasaan yang dialaminya. Tekankan padanya untuk tidak menyalahkan orang lain atas perasaan yang ia alami.
Doronglah anak untuk mengembangkan hobi dan minatnya, yang bisa memberinya kesenangan dan bisa mereka peroleh sendiri, tanpa tergantung orang lain.
Ajari anak untuk mengenali dirinya sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya. Tuntun ia untuk menerima keadaan dirinya, kemudian untuk memperbaiki kekurangan dirinya.
Ajari anak untuk memperlakukan orang lain dengan cara sebagaimana ia ingin diperlakukan oleh mereka.
Bantu anak untuk selalu memikirkan alternatif dan kemungkinan lain ketimbang hanya tergantung pada satu pilihan saja. Seorang anak yang hanya memiliki satu teman, jika ia kehilangan temannya itu ia akan kesepian dan merasa sendirian. Tetapi bila ia memiliki banyak teman, ia akan masih memiliki teman yang lain.
Tertawalah bersama anak, dan doronglah ia untuk mampu mentertawakan diri sendiri. Orang yang memandang dirinya dengan terlalu serius, akan menjadi kurang bisa menikmati hidup. Rasa humor dan kemampuan untuk menciptakan keceriaan, adalah hal penting yang bisa membuat hidup lebih menyenangkan. Lagipula, bukankah setiap orang pernah berbuat sesuatu yang konyol…..
Akhir kata, nikmati hidup bersama anak kita. Habiskanlah waktu sebanyak mungkin dengan mereka. Lakukanlah kegiatan bersama sebagai sebuah keluarga, tetapi tetap sediakan waktu khusus bagi masing-masing anak. Bagaimanapun keadaannya, anak belajar tentang segalanya dari contoh yang orang tuanya berikan. Dengan menghabiskan waktu bersama dengan anak, memungkinkan orang tua berkomunikasi akrab dengan anak. Anak dapat berbagi perasaan dan pikirannya dengan bebas, dan sebaliknya orang tua bisa memberi bantuan dan bimbingan baginya……
23/08/00
Majalah 'Anakku' ed.4, thn 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar