Oleh: Mohammad Reza Ismaili
Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah pemuda Muslim dari negara-negara Islam bahkan Republik Islam Iran berhasil dibujuk untuk meninggalkan agamanya dan berpindah kepada ajaran Kristen atau aliran kepercayaan baru. Fenomena menyedihkan itu lahir karena beberapa faktor dan salah satunya perpecahan dan konflik sektarian antara Syiah dan Ahlu Sunnah. Kedua kelompok besar ini senantiasa memfokuskan diri pada perbedaan yang minim dan melupakan prinsip-prinsip kesamaan yang cukup besar.
Keesaan Tuhan, kesamaan Rasul Saw, keyakinan tentang hari kiamat, puasa, haji, zakat, jihad, amr makruf dan nahi munkar, Ahlul Bait Nabi as dan masalah-masalah lain, merupakan dimensi-dimensi kesamaan umat Islam. Namun sayangnya kesamaan-kesamaan ini telah digunakan oleh pihak tertentu untuk menyulut perpecahan dan konflik terutama di dunia maya.
Sudah tiba waktunya bagi para tokoh Syiah dan Ahlu Sunnah untuk lebih memperhatikan poros-poros kesamaan kedua mazhab dan menjalin hubungan bersahabat serta ilmiah satu sama lain. Mereka juga perlu mengumpulkan dan membukukan hadis dan riwayat dalam berbagai tema sehingga pengikut Syiah dan Ahlu Sunnah lebih mengenal prinsip-prinsip kesamaan kedua mazhab tersebut. Sementara menyangkut sisi perbedaan pandangan dan akidah perlu dibahas secara ilmiah, argumentatif dan bersahabat serta jauh dari sikap saling menghina dan melecehkan.Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah pemuda Muslim dari negara-negara Islam bahkan Republik Islam Iran berhasil dibujuk untuk meninggalkan agamanya dan berpindah kepada ajaran Kristen atau aliran kepercayaan baru. Fenomena menyedihkan itu lahir karena beberapa faktor dan salah satunya perpecahan dan konflik sektarian antara Syiah dan Ahlu Sunnah. Kedua kelompok besar ini senantiasa memfokuskan diri pada perbedaan yang minim dan melupakan prinsip-prinsip kesamaan yang cukup besar.
Sikap mengabaikan para ulama dan tokoh yang diterima di kalangan Syiah dan Ahlu Sunnah dan menebarkan kebohongan dan hal-hal subjektif tentang mazhab-mazhab Islam tentu tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Politisasi dan pencitraan Syiah sebagai mazhab yang baru muncul serta menuding kelompok ini sebagai ajaran sesat merupakan sebuah langkah keliru dan bentuk kezaliman. Sejarah kemunculan Syiah kembali kepada zaman Rasul Saw dan untuk lebih jelasnya tentang sejarah mazhab ini dapat mempelajari kitab al-Ghadir karya Allamah Amini dan al-Murajaat karya Allamah Abdul Husein Sharafuddin al-Musawi serta merujuk sumber-sumber otentik Syiah. Di pihak lain juga tidak benar sikap menghina Ahlu Sunnah dan melecehkan keyakinan mereka. Ahlul Bait as dan para ulama Syiah tidak pernah berbuat seperti itu dan tidak merekomendasikan sikap tersebut. Teladan Ahlul Bait as adalah hidup berdampingan dan menjalin interaksi dengan Ahlu Sunnah.
Para Imam maksum as menyeru pengikutnya untuk membangun hubungan dan hidup damai dengan Ahlu Sunnah. Imam maksum as selain meminta pengikutnya untuk menjaga identitas Syiah, juga mengajarkan prinsip-prinsip kesamaan kepada mereka. Para pembesar dan imam fikih Ahlu Sunnah juga berbuat demikian dengan Imam maksum as dan tokoh-tokoh Syiah. Para imam fikih Ahlu Sunnah menjalin hubungan baik dan interaksi dengan Imam maksum as. Abu Hanifah dan Imam Malik senantiasa hadir di madrasah Imam Jakfar Shadiq as dan berkali-kali terlibat dialog ilmiah dengan beliau as. Rahasia kelanggengan mereka karena bentuk interaksi dan sifat personal dan sosial.
Para tokoh agama memanfaatkan ilmu dan kesantunannya untuk membimbing umat manusia. Pada prinsipnya akhlak mulia dan tatakrama Islam dan kemanusiaan dapat menjadi sarana untuk menjelaskan kebenaran dengan lebih baik dan dapat diterima pihak lain. Penghinaan terhadap sakralitas Syiah dan Ahlu Sunnah di dunia maya merupakan sebuah kesalahan besar. Sayangnya tindakan negatif ini semakin meluas dari hari ke hari dan dampaknya akan menimpa seluruh umat Islam. Uniknya al-Quran mengajarkan umat Islam bagaimana menyikapi sakralitas kaum musyrik apalagi sakralitas antar sesama. Al-Quran meminta Muslimin untuk tidak menghina berhala-berhala yang disembah oleh kaum musyrik, karena benda-benda itu suci bagi mereka. Sesuatu yang sakral lebih bernilai bagi manusia ketimbang keluarganya. Mereka siap mengorbankan harta, jiwa, dan anak-anaknya demi membela nilai-nilai suci.
Akidah dan keyakinan sebuah kelompok tentu saja bernilai dan mulia bagi para pengikutnya. Meski demikian diskusi ilmiah tentang keyakinan beragama dan bermazhab yang jauh dari sikap menghina dan melecehkan adalah sesuatu yang positif dan konstruktif. Kini apa yang menjadi tragedi dakwah agama via internet adalah debat liar atas nama Syiah dan Ahlu Sunnah dengan membiarkan musuh kolektif bebas melakukan aksinya. Pihak tertentu meluncurkan berbagai situs untuk menyerang sakralitas Syiah atau Ahlu Sunnah dan menebarkan fitnah. Kelompok ini telah melupakan ajaran al-Quran yang menyebut fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Selama berabad-abad para tokoh Syiah dan Ahlu Sunnah menjalin tali persaudaraan dan membangun hubungan keluarga. Mereka menyimak pandangan satu sama lain dan senantiasa melakukan diskusi ilmiah. Kini pihak tertentu atas nama Syiah atau Ahlu Sunnah terlibat konflik di dunia maya dan menilai dirinya lebih rasional dari para tokoh mazhab tersebut. Alangkah baiknya jika tokoh kedua kelompok itu secara resmi mencegah fenomena berbahaya tersebut dan meningkatkan hubungan antar sesama. Maksud dari hubungan bersahabat, persatuan dan solidaritas umat Islam bukan berarti mensyiahkan yang Sunni atau mensunnikan yang Syiah, tapi menjelaskan kebenaran dan titik-titik kesamaan kedua mazhab.
Sepertinya ada pihak asing dan musuh-musuh Islam yang mendukung aksi saling hujat di dunia maya lewat berbagai situs. Oleh karena itu kaum muda Islam perlu bersikap hati-hati dan tidak terjebak dengan skenario musuh kolektif yang ingin menghancurkan Islam. Situs-situs Islami juga perlu didesain atas prinsip-prinsip Islam dan kesamaan mazhab untuk melawan Islamphobia dan dan menyebarkan ajaran Islam. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar