Posted on 16/12/2009 by Abdurrahman
Adi under Tugas Kuliah
Teknik yang banyak dilakukan oleh
banyak perusahaan kelas menengah dan kecil saat ini, untuk merekrut calon
karyawan barunya adalah dengan melakukan berbagai macam seleksi dan wawancara.
bahkan hampir semua perusahaan menggunakan teknik ini untuk mencari dan
merekrut para calon pekerjanya.
Seleksi kerja sendiri ialah
serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar sesuai
dengan Kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan atau tidak. Kegiatan ini
mencakup pemaduan kebutuhan-kebutuhan kerja pelamar dan organisasi. Dalam
banyak departemen personalia, penarikan dan seleksi digabungkan dan disebut
Employment function.
MASUKAN-MASUKAN SELEKSI
Para manajer personalia menggunakan
proses seleksi untuk mengambil keputusan penerimaan karyawan baru. Proses
seleksi tergantung pada tiga masukan penting. Informasi analisis jabatan
memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi
yang diisyaratkan jabatan. Rencana-rencana sumber daya manusia memberitahukan
kepada manajer personalia bahwa ada lowongan pekerjaan. Akhirnya, penarikan
agar manajer personalia mendapatkan sekelompok orang yang akan dipilih. Ketiga
masukan ini sangat menentukan efektivitas proses seleksi.
Disamping itu, manajer personalia
harus menghadapi paling tidak tiga tantangan, yaitu tantangan-tantangan suplai,
ethis dan organisasional. Berbagai tantangan ini sering menjadi kendala proses
seleksi.
Tantangan-tantangan Suplai
Semakin besar jumlah pelamar yang
“qualified” maka akan semakin mudah bagi departemen personalia untuk memilih
karyawan baru yang berkualitas. Dalam kenyataannya, banyak lowongan jabatan,
seperti kebutuhan manajer profesional sekarang ini, sangat sulit dipenuhi.
Keterbatasan suplai tersebut menyebabkan organisasi tidak leluasa memilih calon
karyawan terbaik.
Tantangan-tantangan Ethis
Penerimaan karyawan baru karena
hubungan keluarga, pemberian komisi dan kantor penempatan tenaga kerja, atau
karena suap, semuanya merupakan tantangan bagi pengelola organisasi. Bila
standar-standar ethis ini dilanggar, karyawan baru mungkin dipilih secara tidak
tepat.
Tantangan-tantangan Organisasional
Proses seleksi bukan merupakan
tujuan akhir, tetapi prasarana dengan mana organisasi berupaya untuk mencapai
tujuan-tujuan dan sasarannya. Secara alamiah, organisasi menghadapi
keterbatasan-keterbatasan, seperti anggaran atau sumber daya lainnya yang
mungkin akan membatasi proses seleksi. Disamping itu, berbagai strategi,
kebijaksanaan dan taktik organisasi juga merupakan batasan-batasan.
LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES SELEKSI
Departemen personalia dapat
menggunakan berbagai prosedur seleksi untuk membandingkan pelamar dengan
spesifikasi jabatan. Langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang biasa
digunakan paling tidak terdiri dari tujuah langkah. Bagi pelamar yang berasal
dari suplai internal, kadang-kadang tidak perlu melalui beberapa langkah,
seperti penerimaan pendahuluan, pemeriksaan referensi atau evaluasi medis
(kesehatan).
Langkah-langkah Dalam Proses Seleksi
:
LANGKAH 1 : PENERIMAAN PENDAHULUAN
Proses seleksi merupakan jalur dua
arah. Organisasi memilih para karyawan dan para pelamar memilih perusahaan.
Seleksi dimulai dengan kunjungan calon pelamar ke kantor personalia atau dengan
permintaan tertulis untuk aplikasi.
Bila pelamar datang sendiri,
wawancara pendahuluan dapat dilakukan. Ini akan sangat membantu dalam upaya
menghilangkan kesalahapahaman dan menghindarkan pencarian informasi dari sumber
tidak resmi (“jalan belakang”).
LANGKAH 2 : TES-TES PENERIMAAN
Tes-tes penerimaan sangat berguna
untuk mendapatkan informasi yang relatif obyektif tentang pelamar yang dapat
dibandingkan dengan para pelamar lainnya dan para karyawan sekarang. Tes-tes
penerimaan merupakan berbagai peralatan bantu yang menilai kemungkinan padunya
antara kemampuan, pengalaman dan kepribadian pelamar dan persyaratan jabatan.
Agar tes dapat meloloskan para
pelamar yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti bahwa skor-skor tes
mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan prestasi kerja atau dengan
kriteria-kriteria relevan lainnya.
Berbagai Peralatan Tes
Ada bermacam-macam jenis tes
penerimaan. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang terbatas, dan mempunyai
tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tes-tes Psikologis (Psychological
Test)
- Test kecerdasan (intelligence
test) : Yang menguji kemampuan mental pelamar dalam hal daya pikir secara
menyeluruh dan logis.
- Test kepribadian (personality
test) : Dimana hasilnya akan mencerminkan kesediaan bekerja sama, sifat
kepemimpinan dan unsur-unsur kepribadian lainnya.
- Test bakat (aptitude test) : Yang
mengukur kemampuan potensial pelamar yang dapat dikembangkan
- Test minat (interest test) : Yang
mengatur antusiasme pelamar terhadap suatu jenis pekerjaan.
- Tes prestasi (achievement test) :
Yang mengukur kemampuan pelamar sekarang
2. Tes-tes Pengetahuan (Knowledge
Tests) : Yaitu bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki
para pelamar. Pengetahuan yang diujikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk
melaksanakan pekerjaan
3. Performance Tests : Yaitu bentuk
tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa bagian
pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik untuk calon
pengetik.
Selain harus feasible penggunaan tes
juga harus fleksibel. Hasil tes tidak selalu merupakan langkah pertama atau
terakhir dalam proses seleksi. Akhirnya, tes penerimaan hanya merupakan suatu
teknis di antara berbagai teknik yang digunakan dalam proses seleksi, karena
tes hanya dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang bisa diuji secara mudah.
Hal-hal yang tidak dapat diukur melalui pengujian mungkin sama pentingnya.
LANGKAH 3 : WAWANCARA SELEKSI
Wawancara seleksi adalah percakapan
formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi hal dapat diterimanya
atau tidak (acceptability) seorang pelamar. Pewawancara (interviewer) mencari
jawab dua pertanyaan umum. Dapatkah pelamar melaksanakan pekerjaan? Bagaimana
kemampuan pelamar dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara mempunyai tingkah
fleksibilitas tinggi, karena dapat diterapkan baik terhadap para calon karyawan
manajerial atau operasional, berketerampilan tinggi atau rendah, maupun staf.
Teknik ini juga memungkinkan pertukaran informasi dua arah : pewawancara
mempelajari pelamar, dan sebaliknya pelamar mempelajari perusahaan.
Wawancara seleksi mempunyai dua
kelemahan utama : reliabilitas dan validitas. Bagaimanapun juga teknik
wawancara penting dilakukan dalam proses seleksi karena efektivitasnya dapat
dipercaya dan mempunyai fleksibilitas.
Tujuan Wawancara kerja
Secara singkat, wawancara adalah
salah satu metode penggalian data atau informasi yang sangat penting dan
relatif paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan individu. Wawancara
umumnya dilakukan secara tatap muka antara satu orang kandidat dengan satu
orang pewawancara. Namun ada juga wawancara yang dilakukan dengan menghadirkan
beberapa orang pewawancara secara bersamaan ataupun terpisah satu per satu
(biasa disebut wawancara panel). Lamanya wawancara bervariasi, biasanya sekitar
30 menit hingga 2 jam, namun ada juga yang sangat singkat hanya dalam hitungan
waktu 5 – 15 menit. Semuanya tergantung tujuan dan teknik wawancara yang
digunakan.
Di dalam proses seleksi, tujuan
wawancara secara umum adalah memperoleh sejumlah informasi penting yang
dibutuhkan untuk mengukur aspek perilaku tertentu. Informasi tersebut umumnya
sulit diperoleh hanya melalui tes tertulis saja. Hingga saat ini, wawancara
merupakan salah satu alat terpenting yang digunakan dalam asesmen calon
karyawan. Selain menggali informasi, wawancara juga digunakan untuk
mengklarifikasi ataupun mengkonfirmasi data yang sudah diperoleh, misalnya
hal-hal yang tercantum dalam riwayat hidup.
Wawancara kerja (job interview) saat
ini merupakan salah satu aspek penting dalam proses rekrutmen dan seleksi
karyawan. Meskipun validitas wawancara dianggap lebih rendah jika dibandingkan
dengan metode seleksi yang lain seperti psiko test, namun wawancara memiliki
berbagai kelebihan yang memudahkan petugas seleksi dalam menggunakannya.
Apapun penilaian pelamar (calon karyawan), wawancara kerja sebenarnya memberikan suatu kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk mengubah lowongan kerja menjadi penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara kerja tersebut merupakan suatu proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar untuk memperoleh akses langsung ke perusahaan (pemberi kerja), maka “performance” (baca: proses & hasil) wawancara kerja merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam menentukan apakah pelamar akan diterima atau ditolak.
Bagi si pelamar, wawancara kerja memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan secara langsung pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan berbagai faktor lainnya yang berguna untuk meyakinkan perusahaan bahwa dia layak (qualified) untuk melakukan pekerjaan (memegang jabatan) yang ditawarkan. Selain itu wawancara kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan kemampuan interpersonal, professional, dan gaya hidup atau kepribadian pelamar. Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa mengklaim bahwa dirinya memiliki kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik, maka dalam wawancara dia diberi kesempatan untuk membuktikannya.
Bagi perusahaan, wawancara kerja merupakan salah satu cara untuk menemukan kecocokan antara karakteristik pelamar dengan dengan persyaratan jabatan yang harus dimiliki pelamar tersebut untuk memegang jabatan / pekerjaan yang ditawarkan. Secara umum tujuan dari wawancara kerja adalah:
Apapun penilaian pelamar (calon karyawan), wawancara kerja sebenarnya memberikan suatu kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk mengubah lowongan kerja menjadi penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara kerja tersebut merupakan suatu proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar untuk memperoleh akses langsung ke perusahaan (pemberi kerja), maka “performance” (baca: proses & hasil) wawancara kerja merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam menentukan apakah pelamar akan diterima atau ditolak.
Bagi si pelamar, wawancara kerja memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan secara langsung pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan berbagai faktor lainnya yang berguna untuk meyakinkan perusahaan bahwa dia layak (qualified) untuk melakukan pekerjaan (memegang jabatan) yang ditawarkan. Selain itu wawancara kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan kemampuan interpersonal, professional, dan gaya hidup atau kepribadian pelamar. Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa mengklaim bahwa dirinya memiliki kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik, maka dalam wawancara dia diberi kesempatan untuk membuktikannya.
Bagi perusahaan, wawancara kerja merupakan salah satu cara untuk menemukan kecocokan antara karakteristik pelamar dengan dengan persyaratan jabatan yang harus dimiliki pelamar tersebut untuk memegang jabatan / pekerjaan yang ditawarkan. Secara umum tujuan dari wawancara kerja adalah:
- Untuk mengetahui kepribadian pelamar
- Mencari informasi relevan yang dituntut dalam persyaratan jabatan
Mendapatkan informasi tambahan yang
diperlukan bagi jabatan dan perusahaan Membantu perusahaan untuk
mengidentifikasi pelamar-pelamar yang layak untuk diberikan penawaran kerja
Tipe – tipe Wawancara Kerja
Dua teknik wawancara yang biasa dipergunakan perusahaan dalam melakukan wawancara kerja adalah wawancara kerja tradisional dan wawancara kerja behavioral. Dalam prakteknya perusahaan seringkali mengkombinasikan kedua teknik ini untuk memperoleh data yang lebih akurat.
Dua teknik wawancara yang biasa dipergunakan perusahaan dalam melakukan wawancara kerja adalah wawancara kerja tradisional dan wawancara kerja behavioral. Dalam prakteknya perusahaan seringkali mengkombinasikan kedua teknik ini untuk memperoleh data yang lebih akurat.
- Wawancara Non directive
Teknik ini menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti “mengapa anda ingin bekerja di perusahaan
ini”, dan “apa kelebihan dan kekurangan anda”. Kesuksesan atau kegagalan dalam
wawancara tradisional akan sangat tergantung pada kemampuan si pelamar dalam
berkomunikasi menjawab pertanyaan-pertanyaan, daripada kebenaran atau isi dari
jawaban yang diberikan. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih
banyak bersifat mengklarifikasikan apa yang ditulis dalam surat lamaran dan CV
pelamar. Dalam wawancara kerja tradisional, recruiter biasanya ingin menemukan
jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan:
- apakah si pelamar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan?
- apakah si pelamar memiliki antusias dan etika kerja yang sesuai dengan harapan recruiter?
- apakah si pelamar akan bisa bekerja dalam team dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya perusahaan?
- Wawancara kerja behavioral
didasarkan pada teori bahwa
“performance” (kinerja) di masa lalu merupakan indikator terbaik untuk
meramalkan perilaku pelamar di masa mendatang (baca: ketika bekerja). Wawancara
kerja dengan teknik ini sangat sering digunakan untuk merekrut karyawan pada
level managerial atau oleh perusahaan yang dalam operasionalnya sangat
mengutamakan masalah-masalah kepribadian, dimaksudkan untuk mengetahui respon
pelamar terhadap suatu kondisi atau situasi tertentu sehingga pewawancara dapat
melihat bagaimana pelamar memandang suatu tantangan/permasalahan dan menemukan
solusinya. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan antara lain: “coba anda
ceritakan pengalaman anda ketika gagal mencapai target yang ditetapkan”, dan
“berikan beberapa contoh tentang hal-hal apa yang anda lakukan ketika anda
dipercaya menangani beberapa proyek sekaligus”. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut si pelamar perlu mempersiapkan diri untuk
mengingat kembali situasi, tindakan dan hasil yang terjadi pada saat yang lalu.
Selain itu, sangat penting bagi pelamar untuk memancing pertanyaan-pertanyaan
lebih lanjut dari pewawancara agar dapat menjelaskan secara rinci gambaran
situasi yang dihadapinya. Untuk itu diperlukan ketrampilan berkomunikasi yang
baik dari si pelamar. Keberhasilan atau kegagalan dalam wawancara ini sangat
tergantung pada kemampuan pelamar dalam menggambarkan situasi yang berhubungan
dengan pertanyaan pewawancara secara rinci dan terfokus. Dalam wawancara kerja
behavioral, si pelamar harus dapat menyusun jawaban yang mencakup 4 (empat)
hal:
(1) menggambarkan situasi yang
terjadi saat itu,
(2) menjelaskan tindakan-tindakan
yang diambil untuk merespon situasi yang terjadi
(3) menceritakan hasil yang dicapai,
dan
(4) apa hikmah yang dipetik dari
kejadian tersebut (apa yang dipelajari).
Dalam wawancara behavioral ini
teknik yang paling sering dipergunakan adalah yang disebut S-T-A-R atau S-A-R
atau P-A-R.
A. Situation/Problem/Task
Pelamar diminta untuk menggambarkan
situasi yang terjadi atau tugas-tugas yang harus dilaksanakannya pada masa
lalu. Pelamar harus menggambarkan situasi atau tugas tersebut secara spesifik,
rinci dan mudah dipahami oleh pewawancara. Situasi atau tugas yang digambarkan
> dapat berasal dari pekerjaan sebelumnya, pengalaman semasa sekolah,
> pengalaman tertentu, atau berbagai kejadian yang relevan dengan
> pertanyaan si pewawancara
> dapat berasal dari pekerjaan sebelumnya, pengalaman semasa sekolah,
> pengalaman tertentu, atau berbagai kejadian yang relevan dengan
> pertanyaan si pewawancara
B. Action
Pelamar diminta untuk menggambarkan
tindakan-tindakan yang diambil dalam menghadapi situasi / masalah / tugas di
atas. Dalam hal ini pelamar harus bisa memfokuskan pada permasalahan. Meskipun
mungkin permasalahan yang ada ditangani oleh beberapa orang atau team, pelamar
harus memberikan penjelasan tentang apa saja peranannya dalam team tersebut –
jangan mengatakan apa yang telah dilakukan oleh
team tetapi apa yang telah dilakukan pelamar sebagai bagian dari team.
team tetapi apa yang telah dilakukan pelamar sebagai bagian dari team.
C. Results
Pelamar diminta menjelaskan
hasil-hasil apa saja yang dicapai. Apa saja hambatan yang terjadi jika hasil
tidak tercapai. Apa yang terjadi kemudian setelah permasalahan tersebut selesai
dikerjakan. Lalu apa pelajaran yang dapat dipetik oleh pelamar dari kejadian
tersebut.
Dalam wawancara yang menggunakan
teknik wawancara kerja behavioral, maka pertanyaan-pertanyaan di atas
seringkali ditambahkan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
- Ceritakan pada saya/kami kapan anda mengalami suatu situasi yang sangat tidak menyenangkan dan bagaimana anda berhasil keluar dari situasi tersebut.
- Ceritakan pada saya/kami bagaimana anda meyakinkan klien anda ketika anda melakukan presentasi.
- Coba anda ceritakan bagaimana anda mengatasi situasi dimana anda harus melakukan banyak tugas dan anda harus membuat prioritas tugas mana yang harus didahulukan.
- Bisakah anda ceritakan keputusan apa yang paling sulit anda buat dalam setahun terakhir ini? Mengapa demikian?
- Ceritakan mengapa team anda gagal mencapai target pada tahun sebelumnya dan bagaimana anda memotivasi team tersebut sehingga dapat meraih sukses di tahunberikutnya.
- Bagaimana cara anda menyelesaikan konflik? Bisa beri contoh?
- Bisakah anda ceritakan suatu kejadian dimana anda mencoba untuk menyelesaikan suatu tugas dan ternyata gagal?
- Ceritakan apa yang anda lakukan ketika dipaksa membuat suatu aturan yang tidak menyenangkan bagi karyawan tetapi menguntungkan bagi perusahaan.
Sebagai suatu proses yang melibatkan
interaksi antara kedua belah pihak, dalam wawancara kerja si pelamar juga
biasanya diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu akan
sangat baik jika pelamar mempersiapkan beberapa pertanyaan, misalnya:
- Apa yang diharapkan dari saya jika saya diterima untuk jabatan ini?
- Menurut pengalaman di sini, apa yang merupakan tantangan terbesar bagi pemegang jabatan ini?
- Apakah ada pelatihan (internal maupun eksternal) yang dapat membantu saya untuk lebih berperan jika saya diterima bekerja di perusahaan ini?
- Adakah ada hal-hal khusus di luar uraian jabatan yang harus saya selesaikan dalam waktu tertentu?
- Strucred
Teknik wawancara ini terdiri dari :
Panel dan situational
Jenis Wawancara Kerja
Dalam dunia kerja, dikenal beberapa
tipe wawancara kerja sebagai berikut:
- Wawancara Seleksi (Screening Interview)
Jika pelamar atau kandidat
untukmenduduki jabatan berjumlah lebih dari satu orang maka dilakukan wawancara
kerja untuk menyeleksi siapa diantara kandidat tersebut merupakan kandidat yang
paling qualified sehingga bisa dilanjutkan ke tahap seleksi berikutnya.
Wawancara seleksi biasanya berlangsung singkat antara 15 – 30 menit.
- Wawancara Telepon (Telephone Interview)
Demi menghemat biaya dan efisiensi
waktu, banyak recruiter yang melakukan wawancara kerja melalui telepon. Oleh
sebab itu, pelamar harus siap dihubungi sewaktu-waktu, sebab seringkali
recruiter tidak memberikan pilihan bagi pelamar untuk menentukan waktu kapan ia
siap diwawancarai melalui telepon.
- Wawancara di Kampus / Sekolah (On-Campus Interview)
Meskipun tidak banyak perusahaan
yang melakukan wawancara kerja di kampus, namun untuk perusahaan perusahaan
tertentu yang mencari para lulusan untuk dilatih lebih lanjut, cara ini dinilai
sangat efektif karena memberikan akses bagi perusahaan tersebut untuk
mendapatkan kandidat terbaik yang mungkin sangat sulit diperoleh jika menunggu
para kandidat tersebut datang melamar.
- Wawancara di Pameran Kerja (Job Fair Interview)
Pameran kerja diadakan untuk
menjembatani perusahaan dengan para pencari kerja. Pada pameran kerja biasanya,
perusahaan memberikan berbagai informasi mengenai perusahaannya, menerima surat
lamaran dan CV dari pengunjung (pencari kerja), bahkan tidak jarang para
recruiter langsung melakukan wawancara di stand (booth) mereka. Di Indonesia
memang pameran seperti ini masih sangat jarang dilaksanakan jika dibandingkan
dengan pameran otomotif, rumah maupun furniture.
- Wawancara di Lokasi Kerja (On-Site Interview)
Ketika seorang kandidat telah lolos
dalam tahap wawancara seleksi, seringkali perusahaan mengundang kandidat
tersebut untuk melihat secara langsung lokasi kerja. Pada kesempatan tersebut
recruiter biasanya langsung melakukan wawancara secara mendalam. Bagi pelamar
yang belum memiliki pengalaman kerja pada lokasi yang lingkungannya kurang
lebih sama, wawancara kerja di lokasi mungkin bisa terasa menakutkan karena
mungkin harus melakukan perjalanan dan berada di wilayah yang tidak ia kenal.
- Wawancara Kelompok (Panel or Group Interview)
Wawancara kelompok adalah suatu
jenis wawancara kerja dimana para pewawancara (recruiter) terdiri dari 2 (dua)
orang atau lebih. Biasanya wawancara jenis ini dilakukan jika perusahaan
memandang bahwa pelamar sudah hampir memenuhi syarat untuk diterima bekerja.
Biasanya para penanya dalam wawancara inilah yang memiliki wewenang untuk
memutuskan apakah pelamar akan diterima bekerja atau tidak.
- Wawancara Kasus (Case Interview)
Wawancara kerja jenis ini menekankan
pada kemampuan analisis dan pemecahan masalah terhadap suatu kasus tertentu.
Biasanya dalam wawancara kasus, pelamar diminta untuk berperan sebagai pemegang
jabatan yang ditawarkan, lalu diberikan sebuah kasus untuk dicarikan solusinya.
LANGKAH 4 : PEMERIKSAAN REFERENSI
Bagaimana tipe pelamar? Apakah
pelamar adalah pekerja yang dapat dipercaya? Bagaimana sifat-sifat atau
kepribadian pelamar? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, departemen
personalia menggunakan berbagai referensi.
Personal references-tentang karakter
pelamar-biasanya diberikan oleh keluarga atau teman-teman terdekat yang
ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta perusahaan. Bila referensi
diserahkan secara tertulis, pemberi referensi biasanya hanya menekankan hal-hal
positif. Oleh karena itu, referensi pribadi pada umumnya jarang digunakan.
Employment references. Mencakup
latar belakang atau pengalaman kerja pelamar. Banyak spesifikasi personalia
bersikap skeptis terhadap referensi-referensi tersebut, karena dalam
kenyatannya organisasi sangat jarang untuk mendapatkan referensi yang benar.
LANGKAH 5 : EVALUASI MEDIS
Proses seleksi ini mencakup
pemeriksaan kesehatan pelamar sebelum keputusan penerimaan karyawan dibuat.
Pada umumnya, evaluasi ini mengharuskan pelamar untuk menunjukkan informasi
kesehatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter diluar perusahaan maupun
oleh tenaga medis perusahaan sendiri. Evaluasi medis memungkinkan perusahaan
untuk menekan biaya perawatan kesehatan karyawan dan asuransi jiwa, mendapatkan
karyawan yang memenuhi persayaratan kesehatan fisik untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu, atau memperoleh karyawan yang dapat mengatasi stress fisik dan mental
suatu pekerjaan.
LANGKAH 6 : WAWANCARA ATASAN LANGSUNG
Atasan langsung (penyelia) pada
akhirnya merupakan orang yang bertanggungjawab atas para karyawan baru yang
diterima. Oleh karena itu, pendapat dan persetujuan mereka harus diperhatikan
untuk keputusan penerimaan final. Penyelia sering mempunyai kemampuan untuk
mengevaluasi kecakapan teknis pelamar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
pelamar tentang pekerjaan tertentu secara lebih tepat. Atas dasar ini banyak
organisasi yang memberikan wewenang kepada penyelia untuk mengambil keputusan
penerimaan final.
Komitmen para penyelia pada umumnya
akan semakin besar bila mereka diajak berpartisipasi dalam proses seleksi.
Partisipasi mereka paling baik diperoleh melalui supervisory interview. Dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan, penyelia menilai kecakapan teknis, potensi,
kesediaan bekerjasama, dan seluruh kecocokan pelamar. Wawancara ini berguna
sebagai suatu cara efektif untuk meminimumkan pertukaran karyawan, karena
karyawan telah dapat memahami perusahaan dan pekerjaannya sebelum mereka
mengambil keputusan untuk bekerja pada perusahaan.
LANGKAH 7 : KEPUTUSAN PENERIMAAN
Apakah diputuskan oleh atasan
langsung atau departement personalia, keputusan penerimaan menandai berakhirnya
proses seleksi. Dari sudut pandangan hubungan masyarakat (public relations),
para pelamar lain yang tidak terpilih harus diberitahu. Departemen personalia
dapat mempertimbangkan lagi para pelamar yang ditolak untuk lowongan-lowongan
pekerjaan lainnya karena mereka telah melewati berbagai macam tahap proses
seleksi.
HASIL SELEKSI DAN UMPAN BALIK
Hasil akhir proses seleksi adalah
orang yang diterima sebagai karyawan baru. Bila masukan-masukan seleksi
diperhatikan dengan seksama dan langkah-langkah dalam proses seleksi diikuti
secara benar, maka para karyawan baru akan merupakan sumber daya manusia yang
produktif. Dan karyawan produktif adalah bukti paling baik suatu proses seleksi
yang efektif.
Untuk mengevaluasi baik karyawan
baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik. Umpan balik ini mungkin
mencakup informasi tentang kepuasan karyawan, perputaran dan absensi, prestasi
kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap penyelia. Umpan balik yang
konstruktif diperoleh melalui diperoleh melalui serangkaian pertanyaan
tertentu. Bagaimana karyawan baru menyesuaikan diri dengan organisasi? Bersikap
terhadap pekerjaan? Terhadap karier dimana pekerjaan merupakan salah satu
komponen? Dan akhirnya, bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaan?
Jawaban-jawaban untuk masing-masing pertanyaan tersebut memberikan umpan balik
tentang karyawan baru dan proses seleksi.
Sumber : https://abdurrahmanadi.wordpress.com/2009/12/16/teknik-seleksi-dan-wawancara-kerja/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar