Kamis, 13 Oktober 2016

Terapi Sengatan Lebah




Sengatan lebah bukan cuma bikin sakit, bengkak, dan tubuh panas-dingin. Kalau sengatan dilakukan pada titik-titik tertentu oleh orang yang "tahu", beberapa penyakit, seperti rematik, darah tinggi, asma bisa sembuh. Tapi jangan coba-coba disengat kalau hiperalergi atau menderita komplikasi penyakit jantung kronis dan lever, karena bisa berakibat fatal.

"Apa pernah berobat dengan sengat lebah? Keluhannya apa? Sudah berobat ke mana saja? Kapan terakhir berobat dan bagaimana tensi darahnya? Punya penyakit komplikasi? Bapak sudah makan?" tanya Hardiman (42) kepada pasien Endang Rukmana (52) yang mengeluh kepalanya puyeng dan kaki kiri sakit serta pegal-pegal karena rematik.

"Kalau perut kosong, pasien yang tidak tahan sengatan lebah akan merasakan pusing. Ada juga yang muntah-muntah. Sedangkan bagi penderita komplikasi jantung kronis dan lever, tidak boleh diberi terapi sengat lebah," lanjut ahli terapi sengatan lebah yang berpraktik hari Senin - Sabtu (pukul 08.00 - 15.00) di Istana Lebah, Bumi Perkemahan Cibubur, sekitar 100 m dari pintu keluar Tol Cibubur.

Dengan mengenakan "baju dokter" warna putih, Hardiman yang sejak tahun 1980 aktif menekuni terapi sengatan lebah itu mulai menangani pasiennya. Ujung jemarinya sibuk mencari titik-titik sengatan di bagian tengkuk lalu memberinya tanda lingkaran kecil. Dengan pinset diambilnya lebah unggul Apis mellifera dari dalam stoples, lalu makbles ujung sengat menancap tajam pada titik yang sebelumnya sudah diolesi alkohol.

"Untuk kepala puyeng, cukup dua titik sengatan saja," ujar Hardiman. Sebentar kemudian sengat yang masih menempel di kulit tengkuk dilepasnya. Titik-titik bekas sengatan itu diketuk-ketuk pelan pakai ujung jemari lalu diolesi minyak tawon. Selanjutnya untuk mengobati kaki rematik, ia memberikan sengatan pada tiga titik di kaki itu.

Bagaimana rasanya? "Biasa-biasa saja. Tapi nanti malam tidur saya bisa langsung enak!" aku Endang Rukmana, pasien yang sudah sering "berobat" sengat lebah. Sementara itu Margono (33), pasien yang mengeluh masuk angin kasep merasakan tubuhnya hangat dan sedikit gatal setelah diberi tiga sengatan pada punggungnya.    


268 Sengatan untuk Kelumpuhan

"Pasien yang datang kemari kebanyakan penderita rematik dan darah tinggi. Ada juga penderita asma, asam urat tinggi, stres, maag, lumpuh, dsb. Mereka rata-rata sudah berusia lanjut. Tapi ada juga yang berusia muda, 21 tahun. Pasien usia di bawah sepuluh tahun tidak diterima, karena belum tahan sengatan lebah," jelas Hardiman di ruang praktiknya yang jarang sepi pasien, apalagi pada hari Sabtu yang mencapai belasan orang.  

Titik mana yang disengat, menurutnya, bisa mengikuti titik-titik akupungtur. Bisa juga penentuan titik sengatan didasarkan pada penyakitnya, yakni dengan mencari biang sakitnya.  

Untuk rematik, lanjut Hardiman yang sempat belajar apipungtur (gabungan terapi sengat lebah dan akupungtur) dari orang Jepang, titik yang disengat adalah daerah persendian. Kalau kejang karena asam urat tinggi, titik sengat ada pada bagian urat yang kaku. Untuk stres yang disengat bagian atas kepala. Kepala pusing disengat bagian pelipis atau tengkuk.

"Penderita darah tinggi yang disengat bagian tengkuk kanan-kiri dan bahu kanan-kiri. Bagi yang belum pernah disengat lebah, cukup dua titik sengatan di bahu. Tapi kalau pasien sudah hilang keseimbangan, empat sengatan bisa diberikan sekaligus - dua titik di tengkuk dan dua titik di bahu," jelas pria yang tidak pasang tarif pengobatan ini. Pasien membayar sukarela sekadar pengganti lebah yang mati sehabis menyengat itu.

Berapa "dosis" sengatan? Bagi pasien baru yang belum pernah menerima terapi sengatan lebah, menurut Hardiman, cukup sekali sengatan. Tiga sampai lima hari berikutnya diberikan dua sengatan. Selang 4 - 5 hari, tiga kali sengatan. Kalau belum juga sembuh selanjutnya bisa saja diberikan 6 - 10 sengatan secara bertahap.      "Bila kondisi pasien cukup baik dan dirasakan ada banyak kemajuan, tiap tahapan bisa ditambah 1 - 10 kali sengatan pada titik-titik yang tepat disesuaikan dengan keadaan penyakitnya," tuturnya. Jadi, "dosis" sengatan selain tergantung ketahanan tubuh pasien terhadap racun sengat, juga tergantung kondisi dan jenis penyakit yang diderita.

Terhadap penderita lumpuh akibat darah tinggi, ia memberikan terapi 268 sengatan. Sengatan sebanyak itu tentu tidak diberikan sekaligus. "Tiga hari sekali datang. Setiap kali datang beberapa sengatan. Ada yang kurang dari seratus sengatan, pasien sudah bisa berjalan tanpa tongkat. Memang perlu ketelatenan. Tapi ada juga yang baru beberapa kali sengatan sudah kapok," tuturnya.

Lain lagi terapi sengat lebah untuk menurunkan berat badan. Bagi mereka yang ingin langsing, menurutnya, ada 18 titik sengatan mulai dari tulang ekor hingga kepala. Kalau pasien bisa tahan tiga sengatan sekaligus, berarti cukup datang ke "klinik sengat lebah" enam kali.

Sehabis diberi terapi, pasien dianjurkan tidak minum obat-obatan apotek pada hari itu. Sebaiknya pasien minum madu untuk menangkal racun sengat lebah. Bagi yang badannya panas-dingin karena sengatan, bisa pula menenggak air kelapa hijau sebagai penawarnya. Kalau tiap kali disengat timbul alergi, terapi tidak diteruskan lagi.


Menyadap Metode Akupunktur

Di Indonesia, apipunktur bukan sama sekali baru. Prof HM Hembing Wijayakusuma, pakar akupunktur yang berpraktik di Jl. Petamburan, Jakarta, sudah 20-an tahun menerapkannya sebagai alternatif pengobatan penyakit. Kini, selain di Jakarta, praktik terapi sengat lebah juga ada di Sukabumi dan Yogyakarta.

Karena prinsip terapi apipunktur (The Acupuncture Bee Venom Therapy) menyadap metode akupunktur, pelaku mesti mengerti betul titik-titik pengobatan menurut metodologi akupunktur. Siapa saja, menurut Hembing, bisa melakukan pengobatan dengan cara ini, dengan syarat menguasai teori dan praktik akupunktur itu tadi. Di samping juga mesti mengenal jenis lebah dan dosis sengatan yang dibutuhkan untuk setiap jenis penyakit.

Sebelumnya calon pasien mesti menjalani "diagnose" untuk diketahui jenis penyakit yang diderita serta tes alergi. Sebab, tidak setiap pasien cocok dengan terapi sengat lebah. Ada yang kontra indikasi dengan terapi sengat lebah, yaitu penderita hiperalergi, TBC, diabetes, penyakit ginjal yang berat, jantung, penyakit kencing nanah. Pasien demikian, menurut Hembing, tidak diperkenankan menerima terapi sengat lebah, karena bisa berakibat fatal.

Terapi apipungtur berupa rangsangan pada titik akupunktur (ada 360 titik dasar pengobatan akupunktur) dengan menggunakan sengatan lebah. Rangsangannya lebih kuat dan tahan lama, terutama untuk beberapa kasus penyakit. Rangsangan sengatan lebah mampu bertahan sampai 4 x 24 jam. Jauh lebih lama daripada rangsangan akupunktur jarum yang hanya 15 menit.

Bagi pasien yang hipersensitif terhadap racun sengat lebah, Hembing memanfaatkan tusukan jarum sebagai gantinya. Antara lain untuk penyakit saluran pernapasan, gangguan pembuluh darah dan jantung, saluran pencernaan, saluran kencing, ketergantungan obat, rokok dan alkohol, obesitas, dan peremajaan kulit muka.

Untuk penyakit rematik, nyeri saraf, keseleo, dan sebagian kasus lumpuh, menurutnya, sengatan lebah lebih efektif. Penyakit lain yang efektif diobati dengan sengatan lebah, meliputi rematik persendian dan otot, salah urat karena olahraga, ngilu karena hawa dingin, dan bengkak sendi.


Paling manjur untuk rematik

Bukan saat ini saja sengat lebah diakui "berkhasiat obat". Dua ribu hingga 3.000 tahun lalu apiterapi (pengobatan menggunakan produk lebah, seperti madu dan racun lebah) telah dikenal di Timur Tengah dan Cina. Dalam buku kuno Cina pun ditemukan teori "Yi Du-Gong Du" (racun melawan racun) dengan media sengat lebah untuk mengobati penyakit. Bahkan, Hippocrates - dikenal sebagai bapak kedokteran modern - juga menggunakan sengat lebah.

Malahan pada Konferensi Terapi Akupungtur Sengatan Lebah Sedunia ke-II di Nanjing, RRC, pada pertengahan September 1993, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui apipungtur sebagai alternatif pengobatan. Kini, terapi sengatan lebah (bee venom therapy - BVT) diterapkan di sekitar 12 negara, antara lain Cina, Korea, Rumania, Bulgaria, dan Rusia.  

Dalam buku Bee Venom Therapy, seperti dikutip Susan Wilkinson dalam BeeOnline, racun sengat lebah mampu menyembuhkan artritis (radang sendi). Berdasarkan penelitian oleh Monmounth Pain of New Jersey, dari 108 pasien artritis yang diberi terapi racun sengat lebah menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah 12 kali perlakuan (2 kali per minggu selama 6 minggu). Lalu disimpulkan bahwa terapi racun lebah dinilai aman, efektif, sepanjang pasien tidak alergi racun sengat lebah.

Di AS, diperkirakan ada sekitar 4.000 penderita MS (multiple sclerosis) diobati dengan BVT. Di Brasil, BVT juga digunakan untuk penyakit asma. Di Cina, BVT dilaporkan untuk mengobati penyakit saraf, kejang otot, tumor kulit, impotensi, dan sakit saraf.

Racun lebah, menurut Drs. Hartono Hdw., seorang apoteker, memang bermanfaat untuk rematik. Bahkan, dapat juga dipakai sebagai obat luar (Intisari, April 1990).

Dengan sengatan lebah, kulit di sekitarnya menjadi merah dan terasa hangat karena darah banyak mengalir ke permukaan. Setelah diserap ke dalam tubuh berkat bantuan enzim-enzim dalam racun itu, kelenjar pituitary terangsang untuk menghasilkan ACTH (adrenal corticotrophic hormone). Hormon ini lalu merangsang cortex adrenal untuk memproduksi hormon kortison lebih banyak. Hormon kortison inilah yang sangat berguna untuk membasmi penyakit rematik.

Racun sengat lebah, seperti ditulis Susan Wilkinson dalam Bee Online, berupa campuran kompleks dari protein (enzim dan peptida) yang memiliki aktivitas farmakologikal yang unik. Enzim (protein yang mempercepat reaksi kimia dalam tubuh) utama dalam racun lebah adalah hyaluronidase dan fosfolipase A. Hyaluronidase memecah asam hyaluronic (cairan antarsel) sehingga racun lebih cepat menyebar di antara sel. Fosfolipase A merusak fosfolipid (komponen utama selaput sel) dan menyebabkan kematian sel. Dua komponen tersebut menyumbang terjadinya reaksi alergi gara-gara sengatan lebah.

Secara keseluruhan racun sengat lebah terdiri atas 40-an komponen, yakni 11 peptida, 5 enzim, 3 amine, karbohidrat, lemak, dan asam amino. Peptida yang paling berperan adalah melittin, apamin, Mast Cell Degranulating Peptida, dan adolapin. Mereka sebagai antiperadangan, antijamur, antibakteri, antipyretic, dan merangsang ACTH.   

Selain itu, melittin, apamin, dan peptida 401 mempunyai peran lain pula. Melittin dan apamin merangsang kelenjar adrenalin dan kelenjar pituitary untuk menghasilkan hormon cortison dan steroid. Sedangkan peptida 401 berperan sebagai antigen.

Bisa saja pengobatan tidak langsung lewat penyengatan lebah, tapi dengan cara menyuntikkan racun sengat lebah yang diawetkan. Cara ini, menurut Hembing, selain mahal, juga daya penyembuhannya berkurang. Lagi pula efek racun lebah yang disuntikkan di bawah kulit tidak berlangsung lama.


Dari alergi hingga kematian

Dampak dan reaksi jaringan tubuh terhadap zat racun sengat sangat beragam. Mulai dari sedikit merasakan sakit hingga bengkak, demam, dan gatal-gatal sekujur tubuh karena reaksi alergi dari tubuh terhadap sengatan.

Bagi yang hipersensitif terhadap racun sengat lebah, sekali sengatan dapat menyebabkan reaksi yang serius. Bahkan bisa juga menyebabkan kematian, terutama akibat sengatan lebah Apis dorsata dan Apis mellifera Afrika. Rasa sakit bisa berlangsung beberapa menit hingga beberapa hari, tergantung titik sengatan. Ujung jari dan ujung hidung merupakan titik paling sakit.

Bagi yang tidak hipersensitif, 1 - 5 kali sengatan sekaligus pun tidak masalah. Seperti ditulis Mihaly Simicc dalam BeeOnline berjudul "The Effect of Bee Stings on The Human Body". Paling-paling merasakan sedikit sakit dan hangat, kemudian kulit membengkak, memerah, dan gatal.

Lima puluh sampai seratus sengatan bisa menyebabkan kejang, sesak napas sementara, kulit membiru atau nadi berdenyut cepat, diikuti gejala kelumpuhan sementara. Di atas dua ratus sengatan menyebabkan gangguan sistem pernapasan. Namun, ada laporan 100 - 300 sengatan bisa menyebabkan fatal. Ada juga yang tahan dengan 1.000 sengatan.

Sengat lebah merupakan penetrasi benda asing ke dalam tubuh, sehingga secara alami tubuh akan melawannya, yang dimotori oleh antibodi imunoglobin, yakni IgM, IgD, IgA, dan IgE. Dalam serum penderita sengatan lebah akan ditemukan IgE spesifik, juga IgG, yang berfungsi menetralkan racun. Sehingga IgG diduga berperan dalam pertahanan tubuh terhadap sengatan lebah, atau dikenal sebagai agen reaksi kekebalan. Jadi, semakin tinggi frekuensi sengatan, semakin tinggi pula daya kekebalan seseorang. (Rye/Als)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...