Sengatan
lebah bukan cuma bikin sakit, bengkak, dan tubuh panas-dingin. Kalau sengatan
dilakukan pada titik-titik tertentu oleh orang yang "tahu", beberapa
penyakit, seperti rematik, darah tinggi, asma bisa sembuh. Tapi jangan
coba-coba disengat kalau hiperalergi atau menderita komplikasi penyakit jantung
kronis dan lever, karena bisa berakibat fatal.
"Apa
pernah berobat dengan sengat lebah? Keluhannya apa? Sudah berobat ke mana saja?
Kapan terakhir berobat dan bagaimana tensi darahnya? Punya penyakit komplikasi?
Bapak sudah makan?" tanya Hardiman (42) kepada pasien Endang Rukmana (52)
yang mengeluh kepalanya puyeng dan kaki kiri sakit serta pegal-pegal karena
rematik.
"Kalau
perut kosong, pasien yang tidak tahan sengatan lebah akan merasakan pusing. Ada
juga yang muntah-muntah. Sedangkan bagi penderita komplikasi jantung kronis dan
lever, tidak boleh diberi terapi sengat lebah," lanjut ahli terapi
sengatan lebah yang berpraktik hari Senin - Sabtu (pukul 08.00 - 15.00) di
Istana Lebah, Bumi Perkemahan Cibubur, sekitar 100 m dari pintu keluar Tol
Cibubur.
Dengan
mengenakan "baju dokter" warna putih, Hardiman yang sejak tahun 1980
aktif menekuni terapi sengatan lebah itu mulai menangani pasiennya. Ujung
jemarinya sibuk mencari titik-titik sengatan di bagian tengkuk lalu memberinya
tanda lingkaran kecil. Dengan pinset diambilnya lebah unggul Apis mellifera dari
dalam stoples, lalu makbles ujung sengat menancap tajam pada titik yang
sebelumnya sudah diolesi alkohol.
"Untuk
kepala puyeng, cukup dua titik sengatan saja," ujar Hardiman. Sebentar
kemudian sengat yang masih menempel di kulit tengkuk dilepasnya. Titik-titik
bekas sengatan itu diketuk-ketuk pelan pakai ujung jemari lalu diolesi minyak
tawon. Selanjutnya untuk mengobati kaki rematik, ia memberikan sengatan pada
tiga titik di kaki itu.
Bagaimana
rasanya? "Biasa-biasa saja. Tapi nanti malam tidur saya bisa langsung
enak!" aku Endang Rukmana, pasien yang sudah sering "berobat"
sengat lebah. Sementara itu Margono (33), pasien yang mengeluh masuk angin
kasep merasakan tubuhnya hangat dan sedikit gatal setelah diberi tiga sengatan
pada punggungnya.
268 Sengatan
untuk Kelumpuhan
"Pasien
yang datang kemari kebanyakan penderita rematik dan darah tinggi. Ada juga
penderita asma, asam urat tinggi, stres, maag, lumpuh, dsb. Mereka rata-rata
sudah berusia lanjut. Tapi ada juga yang berusia muda, 21 tahun. Pasien usia di
bawah sepuluh tahun tidak diterima, karena belum tahan sengatan lebah,"
jelas Hardiman di ruang praktiknya yang jarang sepi pasien, apalagi pada hari
Sabtu yang mencapai belasan orang.
Titik mana
yang disengat, menurutnya, bisa mengikuti titik-titik akupungtur. Bisa juga
penentuan titik sengatan didasarkan pada penyakitnya, yakni dengan mencari
biang sakitnya.
Untuk
rematik, lanjut Hardiman yang sempat belajar apipungtur (gabungan terapi sengat
lebah dan akupungtur) dari orang Jepang, titik yang disengat adalah daerah
persendian. Kalau kejang karena asam urat tinggi, titik sengat ada pada bagian
urat yang kaku. Untuk stres yang disengat bagian atas kepala. Kepala pusing
disengat bagian pelipis atau tengkuk.
"Penderita
darah tinggi yang disengat bagian tengkuk kanan-kiri dan bahu kanan-kiri. Bagi
yang belum pernah disengat lebah, cukup dua titik sengatan di bahu. Tapi kalau
pasien sudah hilang keseimbangan, empat sengatan bisa diberikan sekaligus - dua
titik di tengkuk dan dua titik di bahu," jelas pria yang tidak pasang
tarif pengobatan ini. Pasien membayar sukarela sekadar pengganti lebah yang
mati sehabis menyengat itu.
Berapa
"dosis" sengatan? Bagi pasien baru yang belum pernah menerima terapi
sengatan lebah, menurut Hardiman, cukup sekali sengatan. Tiga sampai lima hari
berikutnya diberikan dua sengatan. Selang 4 - 5 hari, tiga kali sengatan. Kalau
belum juga sembuh selanjutnya bisa saja diberikan 6 - 10 sengatan secara
bertahap. "Bila kondisi pasien cukup baik dan dirasakan
ada banyak kemajuan, tiap tahapan bisa ditambah 1 - 10 kali sengatan pada
titik-titik yang tepat disesuaikan dengan keadaan penyakitnya," tuturnya.
Jadi, "dosis" sengatan selain tergantung ketahanan tubuh pasien
terhadap racun sengat, juga tergantung kondisi dan jenis penyakit yang
diderita.
Terhadap
penderita lumpuh akibat darah tinggi, ia memberikan terapi 268 sengatan.
Sengatan sebanyak itu tentu tidak diberikan sekaligus. "Tiga hari sekali
datang. Setiap kali datang beberapa sengatan. Ada yang kurang dari seratus
sengatan, pasien sudah bisa berjalan tanpa tongkat. Memang perlu ketelatenan.
Tapi ada juga yang baru beberapa kali sengatan sudah kapok," tuturnya.
Lain lagi
terapi sengat lebah untuk menurunkan berat badan. Bagi mereka yang ingin langsing,
menurutnya, ada 18 titik sengatan mulai dari tulang ekor hingga kepala. Kalau
pasien bisa tahan tiga sengatan sekaligus, berarti cukup datang ke "klinik
sengat lebah" enam kali.
Sehabis
diberi terapi, pasien dianjurkan tidak minum obat-obatan apotek pada hari itu.
Sebaiknya pasien minum madu untuk menangkal racun sengat lebah. Bagi yang
badannya panas-dingin karena sengatan, bisa pula menenggak air kelapa hijau
sebagai penawarnya. Kalau tiap kali disengat timbul alergi, terapi tidak
diteruskan lagi.
Menyadap
Metode Akupunktur
Di
Indonesia, apipunktur bukan sama sekali baru. Prof HM Hembing Wijayakusuma,
pakar akupunktur yang berpraktik di Jl. Petamburan, Jakarta, sudah 20-an tahun
menerapkannya sebagai alternatif pengobatan penyakit. Kini, selain di Jakarta,
praktik terapi sengat lebah juga ada di Sukabumi dan Yogyakarta.
Karena
prinsip terapi apipunktur (The Acupuncture Bee Venom Therapy) menyadap metode
akupunktur, pelaku mesti mengerti betul titik-titik pengobatan menurut
metodologi akupunktur. Siapa saja, menurut Hembing, bisa melakukan pengobatan
dengan cara ini, dengan syarat menguasai teori dan praktik akupunktur itu tadi.
Di samping juga mesti mengenal jenis lebah dan dosis sengatan yang dibutuhkan
untuk setiap jenis penyakit.
Sebelumnya
calon pasien mesti menjalani "diagnose" untuk diketahui jenis
penyakit yang diderita serta tes alergi. Sebab, tidak setiap pasien cocok
dengan terapi sengat lebah. Ada yang kontra indikasi dengan terapi sengat
lebah, yaitu penderita hiperalergi, TBC, diabetes, penyakit ginjal yang berat,
jantung, penyakit kencing nanah. Pasien demikian, menurut Hembing, tidak
diperkenankan menerima terapi sengat lebah, karena bisa berakibat fatal.
Terapi
apipungtur berupa rangsangan pada titik akupunktur (ada 360 titik dasar
pengobatan akupunktur) dengan menggunakan sengatan lebah. Rangsangannya lebih
kuat dan tahan lama, terutama untuk beberapa kasus penyakit. Rangsangan
sengatan lebah mampu bertahan sampai 4 x 24 jam. Jauh lebih lama daripada
rangsangan akupunktur jarum yang hanya 15 menit.
Bagi pasien
yang hipersensitif terhadap racun sengat lebah, Hembing memanfaatkan tusukan
jarum sebagai gantinya. Antara lain untuk penyakit saluran pernapasan, gangguan
pembuluh darah dan jantung, saluran pencernaan, saluran kencing, ketergantungan
obat, rokok dan alkohol, obesitas, dan peremajaan kulit muka.
Untuk
penyakit rematik, nyeri saraf, keseleo, dan sebagian kasus lumpuh, menurutnya,
sengatan lebah lebih efektif. Penyakit lain yang efektif diobati dengan
sengatan lebah, meliputi rematik persendian dan otot, salah urat karena
olahraga, ngilu karena hawa dingin, dan bengkak sendi.
Paling
manjur untuk rematik
Bukan saat
ini saja sengat lebah diakui "berkhasiat obat". Dua ribu hingga 3.000
tahun lalu apiterapi (pengobatan menggunakan produk lebah, seperti madu dan
racun lebah) telah dikenal di Timur Tengah dan Cina. Dalam buku kuno Cina pun
ditemukan teori "Yi Du-Gong Du" (racun melawan racun) dengan media
sengat lebah untuk mengobati penyakit. Bahkan, Hippocrates - dikenal sebagai
bapak kedokteran modern - juga menggunakan sengat lebah.
Malahan pada
Konferensi Terapi Akupungtur Sengatan Lebah Sedunia ke-II di Nanjing, RRC, pada
pertengahan September 1993, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui
apipungtur sebagai alternatif pengobatan. Kini, terapi sengatan lebah (bee
venom therapy - BVT) diterapkan di sekitar 12 negara, antara lain Cina, Korea,
Rumania, Bulgaria, dan Rusia.
Dalam buku
Bee Venom Therapy, seperti dikutip Susan Wilkinson dalam BeeOnline, racun sengat
lebah mampu menyembuhkan artritis (radang sendi). Berdasarkan penelitian oleh
Monmounth Pain of New Jersey, dari 108 pasien artritis yang diberi terapi racun
sengat lebah menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah 12 kali perlakuan (2
kali per minggu selama 6 minggu). Lalu disimpulkan bahwa terapi racun lebah
dinilai aman, efektif, sepanjang pasien tidak alergi racun sengat lebah.
Di AS,
diperkirakan ada sekitar 4.000 penderita MS (multiple sclerosis) diobati dengan
BVT. Di Brasil, BVT juga digunakan untuk penyakit asma. Di Cina, BVT dilaporkan
untuk mengobati penyakit saraf, kejang otot, tumor kulit, impotensi, dan sakit
saraf.
Racun lebah,
menurut Drs. Hartono Hdw., seorang apoteker, memang bermanfaat untuk rematik.
Bahkan, dapat juga dipakai sebagai obat luar (Intisari, April 1990).
Dengan
sengatan lebah, kulit di sekitarnya menjadi merah dan terasa hangat karena
darah banyak mengalir ke permukaan. Setelah diserap ke dalam tubuh berkat
bantuan enzim-enzim dalam racun itu, kelenjar pituitary terangsang untuk
menghasilkan ACTH (adrenal corticotrophic hormone). Hormon ini lalu merangsang
cortex adrenal untuk memproduksi hormon kortison lebih banyak. Hormon kortison
inilah yang sangat berguna untuk membasmi penyakit rematik.
Racun sengat
lebah, seperti ditulis Susan Wilkinson dalam Bee Online, berupa campuran
kompleks dari protein (enzim dan peptida) yang memiliki aktivitas
farmakologikal yang unik. Enzim (protein yang mempercepat reaksi kimia dalam tubuh)
utama dalam racun lebah adalah hyaluronidase dan fosfolipase A. Hyaluronidase
memecah asam hyaluronic (cairan antarsel) sehingga racun lebih cepat menyebar
di antara sel. Fosfolipase A merusak fosfolipid (komponen utama selaput sel)
dan menyebabkan kematian sel. Dua komponen tersebut menyumbang terjadinya
reaksi alergi gara-gara sengatan lebah.
Secara
keseluruhan racun sengat lebah terdiri atas 40-an komponen, yakni 11 peptida, 5
enzim, 3 amine, karbohidrat, lemak, dan asam amino. Peptida yang paling
berperan adalah melittin, apamin, Mast Cell Degranulating Peptida, dan
adolapin. Mereka sebagai antiperadangan, antijamur, antibakteri, antipyretic,
dan merangsang ACTH.
Selain itu,
melittin, apamin, dan peptida 401 mempunyai peran lain pula. Melittin dan
apamin merangsang kelenjar adrenalin dan kelenjar pituitary untuk menghasilkan
hormon cortison dan steroid. Sedangkan peptida 401 berperan sebagai antigen.
Bisa saja
pengobatan tidak langsung lewat penyengatan lebah, tapi dengan cara
menyuntikkan racun sengat lebah yang diawetkan. Cara ini, menurut Hembing,
selain mahal, juga daya penyembuhannya berkurang. Lagi pula efek racun lebah
yang disuntikkan di bawah kulit tidak berlangsung lama.
Dari alergi
hingga kematian
Dampak dan
reaksi jaringan tubuh terhadap zat racun sengat sangat beragam. Mulai dari
sedikit merasakan sakit hingga bengkak, demam, dan gatal-gatal sekujur tubuh
karena reaksi alergi dari tubuh terhadap sengatan.
Bagi yang
hipersensitif terhadap racun sengat lebah, sekali sengatan dapat menyebabkan
reaksi yang serius. Bahkan bisa juga menyebabkan kematian, terutama akibat
sengatan lebah Apis dorsata dan Apis mellifera Afrika. Rasa sakit bisa
berlangsung beberapa menit hingga beberapa hari, tergantung titik sengatan.
Ujung jari dan ujung hidung merupakan titik paling sakit.
Bagi yang
tidak hipersensitif, 1 - 5 kali sengatan sekaligus pun tidak masalah. Seperti
ditulis Mihaly Simicc dalam BeeOnline berjudul "The Effect of Bee Stings
on The Human Body". Paling-paling merasakan sedikit sakit dan hangat,
kemudian kulit membengkak, memerah, dan gatal.
Lima puluh
sampai seratus sengatan bisa menyebabkan kejang, sesak napas sementara, kulit
membiru atau nadi berdenyut cepat, diikuti gejala kelumpuhan sementara. Di atas
dua ratus sengatan menyebabkan gangguan sistem pernapasan. Namun, ada laporan
100 - 300 sengatan bisa menyebabkan fatal. Ada juga yang tahan dengan 1.000
sengatan.
Sengat lebah
merupakan penetrasi benda asing ke dalam tubuh, sehingga secara alami tubuh
akan melawannya, yang dimotori oleh antibodi imunoglobin, yakni IgM, IgD, IgA,
dan IgE. Dalam serum penderita sengatan lebah akan ditemukan IgE spesifik, juga
IgG, yang berfungsi menetralkan racun. Sehingga IgG diduga berperan dalam
pertahanan tubuh terhadap sengatan lebah, atau dikenal sebagai agen reaksi
kekebalan. Jadi, semakin tinggi frekuensi sengatan, semakin tinggi pula daya
kekebalan seseorang. (Rye/Als)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar