Photo : Harianterbit.com
Gaung Pilpres 2014
sudah mulai menggema, hiruk pikuk masyarakat partai, warga terpelajar dan warga
masyarakat awam (wong cilik) mulai menyeruak. Sosok calon pilihan yang diusung
dan digadang-gadang sebagai “jago”-annya, mulai diarak ke gelanggang medan “kuru-nusantara-setra”. Bermodal hasil survey lembaga tertentu dan di
cukongi oleh partai tertentu, sang calon “jago”-an dengan gaya & typikal
masing-masing mulai menebar pesona.
Dari sekian banyak calon “jago”-an yang muncul baik dari awal mulainya ada wacana Pilpres 2014 maupun menjelang hari H Pileg & Pilpres, kemungkinan besar akan mengerucut kepada 2 sosok calon Presiden yaitu Jokowi & Prabowo. Dengan kelebihan & kekurangannya masing-masing “jago”-an ini telah memikat banyak orang. Media telah mengungkap banyak dalam hal itu. Baik yang pro maupun yang kontra. Baik kawan maupun lawan politiknya. Baik yang menguasai media maupun yang punya masa. Ada yang menyanjung, tapi tidak sedikit yang mencerca. Ada yang mendiskreditkan, tapi banyak pula yang mendukungnya.
Prediksi beberapa tokoh, apa yang terjadi ke depan apabila benar-benar ke-2 calon “jago”-an tersebut berseteru, akan sangat mengkhawatirkan. Bisa-bisa akan ada huru-hara atau chaos dari salah satu pendukung yang tidak bisa menerima kekalahan “jago”-annya. Mencermati hal tersebut perlu kiranya dimunculkan wacana baru, yaitu bersatunya ke-2 “jago”-an tersebut. Melihat typikal dari ke-2 calon iitu sebetulnya mengingatkan kita pada tokoh fenomenal diawal kemerdekaan Indonesia, yakni Soekarno – Hatta. Prabowo dengan latar belakang militer diharapkan mampu memberi rasa aman pada rakyat & rasa percaya diri pada kemandirian bangsa. Sedangkan Jokowi diharapkan mampu menumbuhkan etos kerja yang bagus & profesional sebagai pelayan masyarakat. Prabowo akan fokus pada masalah-masalah eksternal sedangkan Jokowi akan fokus pada masalah-masalah Internal.
Walaupun tidak mudah tentunya, untuk menyatukan 2 tokoh tersebut. Karena akan melibatkan banyak sekali kepentingan didalamnya. Maka peran para tokoh atau Guru Bangsa diharapkan bisa dan mampu untuk mempengaruhi keduanya. Terlebih pendekatan terhadap partai yang mengusungnya maupun para pendukung fanatiknya. Mengorbankan kepentingan pribadi & golongan diatas kepentingan bangsa & negara. Kalau ini bisa terwujud, maka harapan rakyat Indonesia sedikit menemui titik terang untuk menuju Kemakmuran & Keadilan. Periode ini sebagai periode “Soekarno – Hatta” jilid 2. Periode awal “Nusantara Bangkit”…… Insya Allah.
AsTo 070414
Tidak ada komentar:
Posting Komentar