Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada
kalian bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada
seribu bulan, yaitu bulan ramadhan. Allah telah mewajibkan kamu berpuasa pada
siang harinya dan menetapkan pahala mengerjakan salat sunnah pada malam harinya
sama seperti mengerjakan tujuh puluh salat sunnah pada bulan lainnya…Orang yang
mengerjakan salat wajib, seperti mengerjakan tujuh puluh salat wajib pada bulan
lainnya.
“Dia adalah bulan kesabaran, dan balasannya
adalah surga. Dia adalah bulan pertolongan. Bulan di mana Allah menambah rezeki
bagi orang mukmin. Siapa yang memberi makanan berbuka kepada orang yang
berpuasa, maka dia memperoleh pahala memerdekakan budak dan diampuni Allah
dosanya. Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah! Tidak semua kami memiliki
kemampuan untuk memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa.”
Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya Allah Maha Dermawan, Dia tetap memberi
pahala ini kepada orang yang tidak mampu, kecuali dengan memberi seteguk susu,
seteguk air atau sepotong kecil kurma. Siapa yang meringankan beban budaknya di
bulan ini niscaya Allah swt akan meringankan beban hisabnya…”
Demikanlah sepotong khutbah Rasulullah saw ketika
menyambut bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya terdapat lailatul qadar,
malam kemuliaan, yang nilai satu malamnya sama dengan nilai seribu bulan.
Keutamaan dan keistimewaan itu disebabkan turunnya Alquran pada malam
tersebut. Dan sebagai ekspresi kesyukuran atas turunnya Alquran, kita pun
melaksanakan puasa, “Bulan ramadhan yang di dalamnya diturunkan Alquran
sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu,
dan pembeda (antara hak dan batil). Barangsiapa di antara kamu hadir (di tempat
tinggalnya) pada bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa..” (Q.S.
al-Baqarah: 185). Jadi, Allah menurunkan Alquran untuk kita, maka kita pun
berpuasa untuk Allah, seperti disebutkan hadis qudsi, “Puasa itu untuk-Ku,
maka Aku yang akan membalasnya”.
Sebagai kemuliaan, Allah juga melipatgandakan
nilai ibadah setiap hamba-Nya sebanyak 70 kali lipat, baik ibadah sunnah maupun
wajib. Di bulan ini, kita diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengais pahala
sebanyak-banyaknya melalui hubungan Tuhan dan hamba.
Disamping berisi hubungan Tuhan dan hamba,
khutbah di atas juga berisi keistimewaan hubungan sesama hamba. Hal ini
dilukiskan Rasulullah dengan menyebut keutamaan bulan ini sebagai bulan
kesabaran, pertolongan, kemudahan rezeki, anjuran bersedekah dan meringankan
beban pekerja.
Sebagai bulan kesabaran, kita dituntut bersabar
dari makan dan minum sampai waktu tertentu. Karena ketaatan, kita bersabar dari
yang dihalalkan Allah, maka sewajarnya pula kita bersabar dari yang
diharamkan-Nya. Imam Ali berkata, “Sabar itu ada tiga: sabar dalam musibah,
sabar dalam melaksanakan ketaatan, dan sabar dalam menahan diri dari
kemaksiatan.” Beliau juga berkata, “Sabar itu ada dua jenis: sabar
dari yang tidak engkau senangi, dan sabar dari yang engkau senangi.” Kita
menyenangi makanan dan minuman, maka bersabarlah ketika puasa. Kita tidak
menyukai hinaan, ejekan, karenanya bersabarlah juga. Jadi, kita bersabar dari
kesenangan biologis dan bersabar dari kondisi psikologis, seperti disebutkan
jika kamu dipancing untuk marah, dihina atau bahkan ditantang berdebat,
katakanlah, “aku sedang berpuasa”.
Begitu pula, kita semua, baik kaya atau papa,
dituntut untuk bersedekah dengan makanan dan minuman berbuka puasa. Rasul
memerintahkan bersedekah meskipun dengan seteguk air atau secuil makanan.
Sebab, bagi orang yang haus dan lapar, seteguk air dan secuil makanan sangatlah
berharga. Seperti berharganya uang recehan yang kita lontarkan untuk pengemis
jalanan. Sedekah adalah saling tolong dan menambah rezeki. Terlebih di
bulan ramadhan, biasanya aktivitas perekonomian bergerak seiring pesatnya
konsumsi masyarakat. Pusat-pusat perbelanjaan ramai bahkan banyak para pedagang
musiman, mengais rezeki ketika ramadhan. Di sini kita diajarkan untuk saling
berbagi tanpa memperhatikan pendapatan. Nilai bersedekah di bulan ini sama
dengan pahala puasa itu sendiri, membebaskan budak, dan diampuni dosa-dosanya.
Nilai seteguk air sebanding samudera luas yang tak bertepi.
Selain itu, di bulan ini, ringankanlah beban para
pekerja, agar Allah meringankan hisab kita di yaumil qiyamah.
Rasulullah bersabda, “Siapa yang memperbaiki akhlaknya di bulan ini, maka
ia akan melewati titian shirat pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa
yang meringankan pekerjaan para pembantunya di bulan ini, maka Allah akan
ringankan pemeriksaan-Nya pada hari kiamat.” Karenanya bagi para pemilik
perusahaan, para majikan, dan pemangku jabatan, ringankan beban para pekerja
dan bawahan anda yang sedang berpuasa. Mereka telah berkerja berat sebelas
bulan, maka satu bulan kelonggaran. Dengan meringankan beban pekerja di dunia,
Allah meringankan beban anda di akhirat. Tapi ingat, kurangi kerjanya, jangan
lupa tambah bonusnya. (hd/liputanislam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar