Rabu, 29 Oktober 2014

Budidaya Paprika




Pada umumnya, seperti tanaman sayuran yang lainya, Paprika juga memerlukan tahapan-tahapan dalam proses budidayanya, antara lain sebagai berikut :

  1. Persemaian

Sebelum ditanam, benih paprika harus disemai terlebih dahulu. Penyemaian benih sebaiknya dilakukan di dalam rumah persemaian yang terpisah dari rumah penanaman. Di dalam rumah persemaian dibuat meja-meja dengan ukuran lebar dan tinggi masing-masing 1 m dengan panjang disesuaikan dengan keadaan tempat.
Menurut Muchjidin Rachmat, dkk. (2006), pelaksanaan penyemaian benih paprika adalah sebagai berikut:

Sterilisasi tempat persemaian

  • Tujuh hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian disemprot dengan formalin 3%,

  •  Pada tiga hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian disemprot dengan fungisida Previcur (1ml/L),

  • Dua hari sebelum semai, baki persemaian, pinset, baki plastik, dan hand sprayer direndam dalan air suam-suam kuku selama 1 jam.

Media persemaian

  • Tiga hari sebelum semai, media persemaian (arang sekam) dijenuhkan dengan larutan fungisida Previcur 1ml/L dan ditutup menggunakan mulsa selama tiga hari,

  •  Benih paprika direndam di dalam air suam-suam kuku selama 30 menit lalu ditiriskan di atas bak plastik,

  • Setelah tiga hari media persemaian dimasukkan ke dalam baki persemaian lalu dibasahi dengan air bersih

  • Pada media semai dibuat lubang semai dengan jarak 2 cm tiap lubang untuk perkembangan benih dengan menggunakan pinset.

  • Benih paprika yang sudah direndam dengan air hangat, ditempatkan satu per satu pada setiap lubang semai sedalam 0,5 cm menggunakan pinset dengan bakal tunas (lembaga) harus menghadap ke bawah

  • Benih dalam baki persemaian ditutup dengan menggunakan kertas tisu. Kertas tisu disemprot dengan air bersih menggunakan penyemprot tangan. Selanjutnya benih disimpan dalam meja persemaian pada suhu 20°C-25°C dengan kelembaban udara 70%-90%. Jika suhu panas, meja persemaian terlalu tinggi dengan kelembaban udara rendah maka lemari persemaian disemprot dengan air bersih. Kelembaban kertas tisu dan media semai diperiksa setiap hari jika kelembaban kurang maka media disemprot dengan menggunakan air bersih

  • Pada umur 5-7 hari setelah semai (HSS), pada umumnya benih telah berkecambah yang ditandai dengan tumbuhnya tunas pada lembaga. Kertas tisu dibuka dan lampu pada meja persemaian mulai dibuka.

  •  Pada umur 10-12 HSS setelah bibit tumbuh rata (mempunyai dua helai daun), baki persemaian dikeluarkan dari rak dan diletakkan di tempat terbuka. Bibit kemudian dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan selama 2-3 hari. Penyiraman bibit dengan air bersih dilakukan dengan menggunakan hand sprayer.
2. Persiapan Tanam

Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), media tanam untuk tanaman paprika yang umum digunakan pada saat ini adalah arang sekam. Wadah tanam paprika berupa polybag diameter 30 cm atau berupa slab (bantalan) dengan panjang 0,8 m dan lebar 0,25 m. Pada setiap slab dibuat dua lubang tanaman dengan jarak 30 cm, 40 cm atau 50 cm.
Lantai greenhouse harus dilapisi mulsa plastik hitam perak. Sebelum tanam perlu dilakukan sterilisasi lahan dengan tahapan sebagai berikut :

  • Dinding greenhouse dicuci dengan air bersih menggunakan power sprayer, selanjutnya disemprot dengan menggunakan desinfektan.

  • Atap plastik dicuci bersih dengan menggunakan air sabun.

  •  Peralatan fertigasi (selang Polyetilene) direndam dalam larutan HNO3 (1ml/L) selama 24 jam untuk membersihkan sisa-sisa pupuk, selanjutnya dicuci bersih dengan menggunakan air sabun dan dibilas air bersih.

  • Benang-benang atau tali plastik penyangga tanaman paprika yang sudah lapuk harus diganti dengan yang baru.


T.K. Moekasan, dkk. (2008), menyebutkan bahwa sebelum dilakukan penanaman, polybag atau slab diisi dengan arang sekam kemudian diletakkan di dalam greenhouse dengan alas bata merah atau batako. Sehari sebelum penanaman, dilakukan penjenuhan media tanam dengan pupuk AB Mix pH 5,8 dan EC 2. Media tanam dibasahi dengan larutan pupuk tersebut hingga merata. Penanaman dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00, karena pada saat itu suhu dalam greenhouse sudah relatif rendah sehingga tanaman tidak layu.
Bibit paprika dapat dipindahkan untuk ditanam di greenhouse setelah memiliki 5-8 helai daun atau sekitar enam minggu setelah semai. Jarak antar polybag yang digunakan adalah 1,2 m x 0,5 m. Selain menggunakan polybag dengan diameter 30 cm, penanaman paprika dapat pula dilakukan di dalam slab dengan panjang 1 m dan lebar 0,25 m dan di setiap slab dibuat lubang tanaman dengan jarak 50 cm. Masing-masing lubang tanaman ditanami dua tanaman paprika.

            Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka tanaman paprika perlu dipangkas (T.K. Moekasan, dkk. 2008). Pada umur tanaman sekitar 1-3 minggu setelah tanam (MST), tanaman paprika biasanya membentuk dua sampai tiga cabang. Pada titik ini dipilih dua cabang/batang utama yang dipelihara dalam satu tanaman. Biasanya tanaman dapat mencapai sampai 4 m tingginya sehingga diperlukan tali untuk menyangga agar tanaman tetap tegak berdiri. Pemangkasan tunas air atau sering disebut pewiwilan juga dilakukan. Pemangkasan juga dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara sekitar tanaman dan membantu mengurangi serangan penyakit. Pemangkasan tunas air dilakukan satu sampai dua minggu sekali tergantung keadaan tanaman.
            Walaupun budidaya tanaman paprika sudah dilakukan di dalam greenhouse yang menggunakan kasa pada tiap sisinya, hama dan penyakit masih tetap ada dan menyerang tanaman paprika yang tumbuh di dalamnya. Hama yang banyak menyerang tanaman paprika adalah thrips. Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan pemasangan perangkat lekat berwarna kuning atau biru. Jika serangan hama tetap ada dapat dilakukan pengendalian secara mekanik, yaitu dengan mengumpulkan serangga hama tersebut secara manual. Untuk mencegah serangan penyakit, menjaga kebersihan kebun merupakan salah satu faktor utama. Jika serangan hama dan penyakit tetap ada baru dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida.
Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), pemberian air dan pupuk yang diberikan secara bersamaan disebut sistem fertigasi. Agar perolehan hasil pertumbuhan tanaman optimal, fertigasi harus difokuskan pada pemberian air dan pupuk yang dibutuhkan sesuai dengan tahap perumbuhan tanaman. Fertigasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan budidaya paprika.
Pada umumnya ada dua sistem fertigasi yang digunakan petani paprika Indonesia, yaitu sistem fertigasi manual dan sistem fertigasi tetes (drip fertigation system). Pada sistem fertigasi manual, pemberian larutan pupuk dilakukan dengan cara menyalurkan larutan pupuk tersebut ke dalam polybag satu per satu secara manual menggunakan selang atau gayung. Pada sistem fertigasi tetes, pemberian larutan pupuk secara otomatis disalurkan melalui pipa-pipa dan selang Polyetilene dengan bantuan pompa air atau gaya gravitasi ke dalam tiap polybag atau slab.
Di tingkat petani, frekuensi fertigasi dalam satu hari disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pada kondisi panas dan tidak ada hujan, umumnya 4-5 kali dalam satu hari, sedangkan pada kondisi hujan dan mendung sebanyak 3-4 kali.
Banyaknya volume fertigasi pada tanaman paprika tergantung pada umur tanaman. Menurut T.K. Moekasan (2003), volume fertigasi pada tanaman paprika pada fase vegetatif (1-< 6 MST) rata-rata adalah sebanyak 600 ml/tanaman/hari. Pada fase berbunga dan mulai berbuah (6-8 MST) volume fertigasi yang diberikan adalah sebanyak 900 ml/tanaman/hari, sedangkan fase pematangan buah sampai panen adalah sebanyak 1.500 ml/tanaman/hari.
Dalam pengelolaan fertigasi, dua faktor yang perlu diperhatikan adalah EC dan pH larutan fertigasi. EC atau Electro Conductivity berarti penghantaran listrik di dalam suatu larutan. Nilai EC merupakan indikator kepekatan hara dalam suatu larutan dan satuan ukurannya mS/cm (atau mmho/cm). Nilai EC yang digunakan untuk tanaman paprika tergantung pada tingkat pertumbuhan paprika tersebut. Tanaman kecil yang relatif belum membutuhkan hara yang banyak, biasanya diberi EC 1 dan mulai membesar diberi EC 1,2-1,5. Bila lebih besar lagi diberi EC 1,8-2 atau lebih tinggi lagi. Untuk tanaman paprika, sering ditingkatkan menjadi 2,5-3. Aturan umum dalam pengelolaan tingkat garam terlarut di daerah perakaran adalah EC keluar tidak boleh lebih daripada EC masuk. Apabila perbedaan EC masuk dan EC keluar sudah melebihi 1, maka dilakukan pencucian media tanam dengan menggunakan larutan nutrisi EC yang lebih rendah misalnya dengan EC 1 atau 1,2 (Alberta, 2004 dikutip Nikardi Gunadi, dkk. 2006).
pH adalah kadar keasaman dan garam alkali dalam air dan terukur dalam skala 0 sampai 14. Makin rendah nilai pH menandakan makin asam suatu larutan dan makin tinggi pH menandakan makin basa atau alkali suatu larutan. Nilai pH normal suatu larutan adalah 7, namun pH optimum untuk suatu larutan nutrisi agar dapat tersedia bagi tanaman adalah 5,5 sampai 6.
            Seperti tanaman lainnya, tanaman paprika juga memerlukan unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhannya dan memberikan hasil panen yang baik. Jumlah unsur hara yang diberikan pada dasarnya harus berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat hasil tanaman yang diharapkan dapat tercapai. Pemberian nutrisi untuk tanaman paprika yang direkomendasikan oleh Alberta dan Morgan & Lennard disajikan pada Tabel 2.

Unsur Hara
Alberta (2004)
(ppm)
Morgan & Lennard (2000)
Tanaman semaian (ppm)
Tanaman muda (ppm)
Tanaman berbuah (ppm)
Nitrogen (N)
200
93
181
239
Fosfor (P)
55
15
58
81
Kalium (K)
318
96
217
349
Kalsium (Ca)
200
96
171
72
Magnesium (Mg)
55
12
48
81
Besi (Fe)
3
4,9
4,9
4,9
Mangan (Mn)
0,5
1,97
1,97
1,97
Kopper (Cu)
0,12
0,25
0,25
0,25
Molybdenum (Mo)
0,12
0,05
0,05
0,05
Seng (Zn)
0,2
0,25
0,25
0,25
Boron(B)
0,9
0,7
0,7
0,7
Sumber : Alberta(2004); Morgan dan Lennard (2000) dikutip Nikardi Gunadi, dkk. (2006)
Pada saat ini, nutrisi untuk tanaman paprika sudah tersedia di pasaran dalam bentuk paket yang terdiri dari dua campuran pupuk yaitu A dan B sehingga sering disebut juga AB Mix. Campuran pupuk ini terdiri atas dua bagian, yaitu pekatan A dan B. bagian A mengandung unsur Ca, sedangkan bagian B mengundang unsur sulfat dan fosfat. Oleh karena itu, bagian A dan B tidak boleh dicampur dalam keadaan larutan pekat. Jika bagian A dan B dalam keadaan larutan pekat dicampurkan, maka ketiga unsur tersebut akan bersenyawa membentuk endapan, sehingga akan terjadi penyumbatan pada saluran fertigasi. Di pasaran, pupuk untuk hidroponik dijual dalam bentuk paket A dan B. Bobot masing-masing paket tersebut untuk tiap merk dagang berbeda-beda. Namun pada umumnya satu paket pupuk pekatan A dan B, masing-masing untuk diencerkan dalam 90 liter air, larutan ini disebut larutan pekat. Untuk mendapatkan larutan nutrisi siap siram dari masing-masing larutan pekat tersebut diambil 5 liter, selanjutnya diencerkan dengan 990 liter air (T.K. Moekasan, 2003).

            Waktu panen tanaman paprika tergantung pada kondisi pertanaman, biasanya tanaman paprika dapat dipanen mulai umur 2 sampai 2,5 bulan dengan buah paprika masih hijau. Paprika warna hijau ini bila dibiarkan akan terus menjadi buah paprika yang berwarna merah, kuning, orange, tergantung pada varietasnya.
Menurut Hadinata (2004), paprika hendaknya dipanen pada pagi hari ketika suhu udara di dalam rumah kasa masih rendah dan kelembaban udara masih cukup tinggi. Pada umumnya buah dipanen ketika persentase warnanya sudah mencapai 80-90%. Pemanenan hendaknya menggunakan pisau atau gunting tajam, yang sebelum digunakan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim. Pemotongan tangkai harus dilakukan secara hati-hati agar tangkai buah tidak cacat, karena hal itu akan menurunkan kualitas buah. Kulit buah paprika tidak boleh tergores oleh gunting, pisau atau benda lain. Setelah itu buah diletakkan di dalam keranjang. Bekas potongan tangkai buah diolesi dengan larutan fungisida untuk mencegah masuknya penyakit. Setelah dipanen buah diletakkan di tempat yang teduh sebelum dibawa ke tempat penanganan pascapanen.
Penanganan pascapanen paprika meliputi kegiatan sortasi, grading, pencucian, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan buah cabai paprika yang sehat dari buah paprika yang rusak (cacat) karena serangan hama dan penyakit. Selain itu, sortasi juga diperlukan untuk memisahkan buah cabai paprika berdasarkan keseragaman ukuran maupun tingkat kerusakannya. Dari hasil sortasi tersebut kemudian dilakukan pengelompokan buah paprika menjadi beberapa kelas mutu.
Pembersihan atau pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan Neutral Cleaner Brogdex. Setelah pencucian, buah paprika dikeringkan menggunakan lap halus.
Pengemasan paprika dapat menggunakan keranjang bambu, karton, kantong jala atau karung goni. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, paprika sebaiknya dikemas terlebih dahulu dalam kantong plastik Polyethylene berukuran satu kilogram yang telah dilubangi. Jika paprika akan dikirim ke tempat yang jauh sebaiknya menggunakan kendaraan berpendingin (7°C-12°C) agar kesegaran buah tetap terjaga.
Sumber : http://terserahrina.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...