Pada umumnya, seperti tanaman sayuran yang lainya, Paprika juga memerlukan tahapan-tahapan dalam proses budidayanya, antara lain sebagai berikut :
- Persemaian
Sebelum
ditanam, benih paprika harus disemai terlebih dahulu. Penyemaian benih
sebaiknya dilakukan di dalam rumah persemaian yang terpisah dari rumah
penanaman. Di dalam rumah persemaian dibuat meja-meja dengan ukuran lebar dan
tinggi masing-masing 1 m dengan panjang disesuaikan dengan keadaan tempat.
Menurut
Muchjidin Rachmat, dkk. (2006), pelaksanaan penyemaian benih paprika adalah
sebagai berikut:
Sterilisasi tempat persemaian
- Tujuh hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian disemprot dengan formalin 3%,
- Pada tiga hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian disemprot dengan fungisida Previcur (1ml/L),
- Dua hari sebelum semai, baki persemaian, pinset, baki plastik, dan hand sprayer direndam dalan air suam-suam kuku selama 1 jam.
Media persemaian
- Tiga hari sebelum semai, media persemaian (arang sekam) dijenuhkan dengan larutan fungisida Previcur 1ml/L dan ditutup menggunakan mulsa selama tiga hari,
- Benih paprika direndam di dalam air suam-suam kuku selama 30 menit lalu ditiriskan di atas bak plastik,
- Setelah tiga hari media persemaian dimasukkan ke dalam baki persemaian lalu dibasahi dengan air bersih
- Pada media semai dibuat lubang semai dengan jarak 2 cm tiap lubang untuk perkembangan benih dengan menggunakan pinset.
- Benih paprika yang sudah direndam dengan air hangat, ditempatkan satu per satu pada setiap lubang semai sedalam 0,5 cm menggunakan pinset dengan bakal tunas (lembaga) harus menghadap ke bawah
- Benih dalam baki persemaian ditutup dengan menggunakan kertas tisu. Kertas tisu disemprot dengan air bersih menggunakan penyemprot tangan. Selanjutnya benih disimpan dalam meja persemaian pada suhu 20°C-25°C dengan kelembaban udara 70%-90%. Jika suhu panas, meja persemaian terlalu tinggi dengan kelembaban udara rendah maka lemari persemaian disemprot dengan air bersih. Kelembaban kertas tisu dan media semai diperiksa setiap hari jika kelembaban kurang maka media disemprot dengan menggunakan air bersih
- Pada umur 5-7 hari setelah semai (HSS), pada umumnya benih telah berkecambah yang ditandai dengan tumbuhnya tunas pada lembaga. Kertas tisu dibuka dan lampu pada meja persemaian mulai dibuka.
- Pada umur 10-12 HSS setelah bibit tumbuh rata (mempunyai dua helai daun), baki persemaian dikeluarkan dari rak dan diletakkan di tempat terbuka. Bibit kemudian dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan selama 2-3 hari. Penyiraman bibit dengan air bersih dilakukan dengan menggunakan hand sprayer.
Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), media tanam untuk tanaman
paprika yang umum digunakan pada saat ini adalah arang sekam. Wadah tanam
paprika berupa polybag diameter 30 cm
atau berupa slab (bantalan) dengan panjang 0,8 m dan lebar 0,25 m. Pada setiap
slab dibuat dua lubang tanaman dengan jarak 30 cm, 40 cm atau 50 cm.
Lantai
greenhouse harus dilapisi mulsa
plastik hitam perak. Sebelum tanam perlu dilakukan sterilisasi lahan dengan
tahapan sebagai berikut :
- Dinding greenhouse dicuci dengan air bersih menggunakan power sprayer, selanjutnya disemprot dengan menggunakan desinfektan.
- Atap plastik dicuci bersih dengan menggunakan air sabun.
- Peralatan fertigasi (selang Polyetilene) direndam dalam larutan HNO3 (1ml/L) selama 24 jam untuk membersihkan sisa-sisa pupuk, selanjutnya dicuci bersih dengan menggunakan air sabun dan dibilas air bersih.
- Benang-benang atau tali plastik penyangga tanaman paprika yang sudah lapuk harus diganti dengan yang baru.
T.K. Moekasan, dkk. (2008), menyebutkan bahwa sebelum dilakukan
penanaman, polybag atau slab diisi
dengan arang sekam kemudian diletakkan di dalam greenhouse dengan alas bata merah atau batako. Sehari sebelum
penanaman, dilakukan penjenuhan media tanam dengan pupuk AB Mix pH 5,8 dan EC
2. Media tanam dibasahi dengan larutan pupuk tersebut hingga merata. Penanaman
dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00, karena pada saat itu suhu dalam greenhouse sudah relatif rendah sehingga
tanaman tidak layu.
Bibit paprika dapat
dipindahkan untuk ditanam di greenhouse
setelah memiliki 5-8 helai daun atau sekitar enam minggu setelah semai. Jarak
antar polybag yang digunakan adalah
1,2 m x 0,5 m. Selain menggunakan polybag
dengan diameter 30 cm, penanaman paprika dapat pula dilakukan di dalam slab
dengan panjang 1 m dan lebar 0,25 m dan di setiap slab dibuat lubang tanaman
dengan jarak 50 cm. Masing-masing lubang tanaman ditanami dua tanaman paprika.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal
maka tanaman paprika perlu dipangkas (T.K. Moekasan, dkk. 2008). Pada umur
tanaman sekitar 1-3 minggu setelah tanam (MST), tanaman paprika biasanya
membentuk dua sampai tiga cabang. Pada titik ini dipilih dua cabang/batang
utama yang dipelihara dalam satu tanaman. Biasanya tanaman dapat mencapai
sampai 4 m tingginya sehingga diperlukan tali untuk menyangga agar tanaman
tetap tegak berdiri. Pemangkasan tunas air atau sering disebut pewiwilan juga
dilakukan. Pemangkasan juga dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara
sekitar tanaman dan membantu mengurangi serangan penyakit. Pemangkasan tunas
air dilakukan satu sampai dua minggu sekali tergantung keadaan tanaman.
Walaupun budidaya tanaman paprika
sudah dilakukan di dalam greenhouse
yang menggunakan kasa pada tiap sisinya, hama dan penyakit masih tetap ada dan
menyerang tanaman paprika yang tumbuh di dalamnya. Hama yang banyak menyerang
tanaman paprika adalah thrips.
Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan pemasangan perangkat lekat
berwarna kuning atau biru. Jika serangan hama tetap ada dapat dilakukan pengendalian
secara mekanik, yaitu dengan mengumpulkan serangga hama tersebut secara manual.
Untuk mencegah serangan penyakit, menjaga kebersihan kebun merupakan salah satu
faktor utama. Jika serangan hama dan penyakit tetap ada baru dilakukan
pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida.
Menurut
T.K. Moekasan, dkk. (2008), pemberian air
dan pupuk yang diberikan secara bersamaan disebut sistem fertigasi. Agar
perolehan hasil pertumbuhan tanaman optimal, fertigasi harus difokuskan pada
pemberian air dan pupuk yang dibutuhkan sesuai dengan tahap perumbuhan tanaman.
Fertigasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
budidaya paprika.
Pada
umumnya ada dua sistem fertigasi yang digunakan petani paprika Indonesia, yaitu
sistem fertigasi manual dan sistem fertigasi tetes (drip fertigation system). Pada sistem fertigasi manual, pemberian
larutan pupuk dilakukan dengan cara menyalurkan larutan pupuk tersebut ke dalam
polybag satu per satu secara manual
menggunakan selang atau gayung. Pada sistem fertigasi tetes, pemberian larutan
pupuk secara otomatis disalurkan melalui pipa-pipa dan selang Polyetilene dengan bantuan pompa air
atau gaya gravitasi ke dalam tiap polybag
atau slab.
Di
tingkat petani, frekuensi fertigasi dalam satu hari disesuaikan dengan kondisi
cuaca. Pada kondisi panas dan tidak ada hujan, umumnya 4-5 kali dalam satu
hari, sedangkan pada kondisi hujan dan mendung sebanyak 3-4 kali.
Banyaknya
volume fertigasi pada tanaman paprika tergantung pada umur tanaman. Menurut T.K.
Moekasan (2003), volume fertigasi pada tanaman paprika pada fase vegetatif
(1-< 6 MST) rata-rata adalah sebanyak 600 ml/tanaman/hari. Pada fase
berbunga dan mulai berbuah (6-8 MST) volume fertigasi yang diberikan adalah
sebanyak 900 ml/tanaman/hari, sedangkan fase pematangan buah sampai panen
adalah sebanyak 1.500 ml/tanaman/hari.
Dalam
pengelolaan fertigasi, dua faktor yang perlu diperhatikan adalah EC dan pH
larutan fertigasi. EC atau Electro
Conductivity berarti penghantaran listrik di dalam suatu larutan. Nilai EC
merupakan indikator kepekatan hara dalam suatu larutan dan satuan ukurannya
mS/cm (atau mmho/cm). Nilai EC yang digunakan untuk tanaman paprika tergantung
pada tingkat pertumbuhan paprika tersebut. Tanaman kecil yang relatif belum
membutuhkan hara yang banyak, biasanya diberi EC 1 dan mulai membesar diberi EC
1,2-1,5. Bila lebih besar lagi diberi EC 1,8-2 atau lebih tinggi lagi. Untuk
tanaman paprika, sering ditingkatkan menjadi 2,5-3. Aturan umum dalam
pengelolaan tingkat garam terlarut di daerah perakaran adalah EC keluar tidak
boleh lebih daripada EC masuk. Apabila perbedaan EC masuk dan EC keluar sudah
melebihi 1, maka dilakukan pencucian media tanam dengan menggunakan larutan
nutrisi EC yang lebih rendah misalnya dengan EC 1 atau 1,2 (Alberta, 2004
dikutip Nikardi Gunadi, dkk. 2006).
pH
adalah kadar keasaman dan garam alkali dalam air dan terukur dalam skala 0
sampai 14. Makin rendah nilai pH menandakan makin asam suatu larutan dan makin
tinggi pH menandakan makin basa atau alkali suatu larutan. Nilai pH normal
suatu larutan adalah 7, namun pH optimum untuk suatu larutan nutrisi agar dapat
tersedia bagi tanaman adalah 5,5 sampai 6.
Seperti
tanaman lainnya, tanaman paprika juga memerlukan unsur hara makro dan mikro
untuk pertumbuhannya dan memberikan hasil panen yang baik. Jumlah unsur hara
yang diberikan pada dasarnya harus berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar
tingkat hasil tanaman yang diharapkan dapat tercapai. Pemberian nutrisi untuk
tanaman paprika yang direkomendasikan oleh Alberta dan Morgan & Lennard
disajikan pada Tabel 2.
Unsur Hara
|
Alberta (2004)
(ppm)
|
Morgan & Lennard (2000)
|
||
Tanaman semaian (ppm)
|
Tanaman muda (ppm)
|
Tanaman berbuah (ppm)
|
||
Nitrogen
(N)
|
200
|
93
|
181
|
239
|
Fosfor
(P)
|
55
|
15
|
58
|
81
|
Kalium
(K)
|
318
|
96
|
217
|
349
|
Kalsium
(Ca)
|
200
|
96
|
171
|
72
|
Magnesium
(Mg)
|
55
|
12
|
48
|
81
|
Besi
(Fe)
|
3
|
4,9
|
4,9
|
4,9
|
Mangan
(Mn)
|
0,5
|
1,97
|
1,97
|
1,97
|
Kopper
(Cu)
|
0,12
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
Molybdenum
(Mo)
|
0,12
|
0,05
|
0,05
|
0,05
|
Seng
(Zn)
|
0,2
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
Boron(B)
|
0,9
|
0,7
|
0,7
|
0,7
|
Sumber :
Alberta(2004); Morgan dan Lennard (2000) dikutip Nikardi Gunadi, dkk. (2006)
Pada
saat ini, nutrisi untuk tanaman paprika sudah tersedia di pasaran dalam bentuk
paket yang terdiri dari dua campuran pupuk yaitu A dan B sehingga sering
disebut juga AB Mix. Campuran pupuk ini terdiri atas dua bagian, yaitu pekatan
A dan B. bagian A mengandung unsur Ca, sedangkan bagian B mengundang unsur
sulfat dan fosfat. Oleh karena itu, bagian A dan B tidak boleh dicampur dalam
keadaan larutan pekat. Jika bagian A dan B dalam keadaan larutan pekat dicampurkan,
maka ketiga unsur tersebut akan bersenyawa membentuk endapan, sehingga akan
terjadi penyumbatan pada saluran fertigasi. Di pasaran, pupuk untuk hidroponik
dijual dalam bentuk paket A dan B. Bobot masing-masing paket tersebut untuk
tiap merk dagang berbeda-beda. Namun pada umumnya satu paket pupuk pekatan A
dan B, masing-masing untuk diencerkan dalam 90 liter air, larutan ini disebut
larutan pekat. Untuk mendapatkan larutan nutrisi siap siram dari masing-masing
larutan pekat tersebut diambil 5 liter, selanjutnya diencerkan dengan 990 liter
air (T.K. Moekasan, 2003).
Waktu
panen tanaman paprika tergantung pada kondisi pertanaman, biasanya tanaman
paprika dapat dipanen mulai umur 2 sampai 2,5 bulan dengan buah paprika masih
hijau. Paprika warna hijau ini bila dibiarkan akan terus menjadi buah paprika
yang berwarna merah, kuning, orange, tergantung pada varietasnya.
Menurut
Hadinata (2004), paprika hendaknya dipanen pada pagi hari ketika suhu udara di
dalam rumah kasa masih rendah dan kelembaban udara masih cukup tinggi. Pada
umumnya buah dipanen ketika persentase warnanya sudah mencapai 80-90%.
Pemanenan hendaknya menggunakan pisau atau gunting tajam, yang sebelum
digunakan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim. Pemotongan
tangkai harus dilakukan secara hati-hati agar tangkai buah tidak cacat, karena
hal itu akan menurunkan kualitas buah. Kulit buah paprika tidak boleh tergores
oleh gunting, pisau atau benda lain. Setelah itu buah diletakkan di dalam
keranjang. Bekas potongan tangkai buah diolesi dengan larutan fungisida untuk
mencegah masuknya penyakit. Setelah dipanen buah diletakkan di tempat yang
teduh sebelum dibawa ke tempat penanganan pascapanen.
Penanganan
pascapanen paprika meliputi kegiatan sortasi, grading, pencucian, penyimpanan,
pengemasan dan pengangkutan. Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan buah
cabai paprika yang sehat dari buah paprika yang rusak (cacat) karena serangan
hama dan penyakit. Selain itu, sortasi juga diperlukan untuk memisahkan buah
cabai paprika berdasarkan keseragaman ukuran maupun tingkat kerusakannya. Dari
hasil sortasi tersebut kemudian dilakukan pengelompokan buah paprika menjadi
beberapa kelas mutu.
Pembersihan atau pencucian dapat
dilakukan dengan menggunakan Neutral Cleaner Brogdex. Setelah pencucian, buah
paprika dikeringkan menggunakan lap halus.
Pengemasan paprika dapat menggunakan
keranjang bambu, karton, kantong jala atau karung goni. Sebelum dimasukkan ke
dalam kemasan, paprika sebaiknya dikemas terlebih dahulu dalam kantong plastik Polyethylene berukuran satu kilogram
yang telah dilubangi. Jika paprika akan dikirim ke tempat yang jauh sebaiknya
menggunakan kendaraan berpendingin (7°C-12°C) agar kesegaran buah tetap
terjaga.
Sumber : http://terserahrina.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar