Singkong Gajah adalah singkong yang
“berteknologi” dalam arti bahwa tanaman ini perlu campur tangan manusia dengan
“kasih sayang” atau memerlukan pemeliharaan yang serius. Walaupun tanaman ini
mempunyai daya adaptasi yang tinggi namun kemampuannya bertahan hidup dalam
mengahadapi rumput liar kurang kuat dibandingkan dengan jenis lainnya.
Namun ketika pemeliharaan dilakukan dengan baik
misalnya penggemburan tanah dengan penyiangan rerumputannya, pemupukan dan
penambahan unsur-unsur hara yang diperlukannya, dan pengurangan daun atau
cabang yang kurang diperlukan. Harus diperhatikan adalah musuh utama tanaman
ini yaitu babi hutan, tikus dan landak.
Pada dasarnya Singkong Gajah tidak memilih tempat
tumbuh, karena dapat tumbuh dan bertumbuh di daerah dataran rendah sampai
dataran tinggi namun ia tidak cukup baik di daerah rawa atau terus menerus
berair. Kelebihan dari budidaya Singkong Gajah ini adalah bibitnya mempunyai
kekebalan terhadap hama dan penyakit tanaman. Dalam hal ini umur panen pun
yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ubi kayu lainnya.
Kandungan kayunya cukup tinggi sehingga biasa
menjadi sasaran dan berakibat kropos, bahkan mati. Oleh karena itu, bibit
tanaman ini sebaliknya direndam bahan “ anti rayap” atau “ obat perangsang
tumbuh “
Petani singkong tradisional lebih menggutamakan
hasil panen pada umbi sebagai bahan pangan. Dibebrapa tempat, umbi singkong
dijadikan bahan baku bioetanol. Sekarang budidaya singkong bukan lagi
terpancang pada umbi sebagai bahan pangan melainkan sudah mulai ada petani
singkong yang menjual daunnya.
Teknik Dasar Penanaman Singkong Gajah
Jarak Tanam pada penanaman Singkong Gajah perlu
diperhatikan untuk memperoleh umbi, bibit, dan daun yang maksimal. Keteraturan
jarak tanam menghasilkan keindahan kebun dan juga mempermudah pemeliharaan
tanaman seperti pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan bedeng. Jarak tanam
pada singkong ini berdasarkan hasil penelitian yang di pimpin oleh Prof.
Ristono menunjukan adanya ketergantungan pada tingkat kesuburan tanah. Pada
tanah yang subur justru menghendaki jarak tanaman yang “longgar” karena
keinginan singkong ini untuk keleluasaan membangun umbinya menjadi panjang ,
besar serta banyak. Selain itu, percabangan batang dan pertumbuhan daun
dan batang juga akan leluasa bisa mencapai tingkat kerimbunan yang cukup padat.
Keteraturan jarak antar pohon paling tidak satu meter, bahkan ada pula yagn
menanam dengan model jarak satu meter kali dua meter. Sebaliknya, pada tanah
yang tidak subur penanaman dengan ukuran jarak yang berdekatan walaupun umbi
yang diproduksinya menjadi pendek.
Untuk memaksilmalkan produk maka tanaman ini
menginginkan tumbuh pada tanah yang digulud atau dibedeng dengan tinggi
gundukan sekitar 50 cm dan lebar bedeng paling tidak 70 cm. Dengan bedeng
sirkulasi air yang diperlukan tumbuhan ini menjadi lebih terjamin karena
Singkong Gajah tidak senang hidup pada genangan air yang berlebihan. Apabila is
terpaksa ditanam secara tumpang sari maka ia adalah tanaman yang dominan dala memperoleh
sinar matahari sedangkan tanaman yang lainnya harus berada dibawahnya dan umur
Singkong Gajah harus lebih tua daripada tanaman yang “ nebeng “ tersebut. Oleh
karena itu untuk tumpang sari sebaiknya dilakukan secara bersamaan penanaman
dengan jenis tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan singkong misalnya kacang
tanah, kacang hijau, atau kedelai.
Teknik menanam singkong oleh petani di Indonesia
bervariasi. Untuk Singkong Gajah disarankan mengikuti banyaknya mata benih yang
yang mungkin dapat tumbuh menjadi batang tanaman yaitu antara tiga hingga lima
mata. Ini berarti panjang benih dari 10 cm hingga 20 cm. Diameter benih yang
disarankan sekitar 1,5 cm yang diambil baigan yang relatif lebih muda.
Penanaman Singkong Gajah harus mengacu pada input
teknologi berupa bibit tanaman. Yaitu agar bibit yang ditanam mempunyai
keyakinan tinggi dapat hidup secara baik maka sebaiknya diamati apakah bibit
masih segar dengan cara mengupas kulitnya ( dengan kuku ) apabila masih
kelihatan segar maka bibit tersebut sehat cukup tinggi.
Teknik Dasar Pemeliharaan Tanah
Tanah yang telah dibuka untuk lahan penanaman
singkong ini harus diberi kesempatan memperoleh sinar matahari yang cukup agar
semua baigan dipermukaan tanah memperoleh oksigen yang diperlukan oleh mikroba
tanah. Penyuburan tanah menggunakan pupuk kandan atau pupuk organic
berupa Bokasi atau kompos memerlukan sekitar 2 ton / hektar. Akan lebih baik
apabila pupuk ini bersamaan dengan proses penggemburan tanah, proses ini akan
lebih cepat dan efisien apabila dibantu dengan input pupuk hayati. Penggunaan
Biotonik yang berkualitas pada awal penanaman diperlukan 2 - 4
liter/hektar yang berati pencampurannya 200 – 400 liter air. Penambahan pupuk
hayati ini perlu diulangi lagi ketika tanaman telah tumbuh dan berumur 1 bulan
dan berikutnya setelah berumur 3 bulan 5 bulan. Pada Awal tanam biasnay
tumbuh rumptu pengganggu. Untuk menagtasi gangguan ini sebaiknya dilakukan
secara manual pada waktu tanaman umur satu bulan yaitu dengan menggunakan
tangan karena tanah masih lentur dan rumptu juga masih muda dan midah dicabut.
Langkah selanjutnya dilakukan penyiangan secara manual pada umur tanam 2 bulan
dan 4 bulan. Pada singkong umur lebih dari 3 bulan rumput akan otomatis mati di
sekitar pohon karena ternaungi oleh daun singkong yang semakin rimbun. Hasil
penyiangan rumpt secara manual berupa rumput atau serasah lainnya yang sangat
baik untuk bahan pupuk organik. Pada waktu pemeliharaan tanah secara manual
dilakukan, petani juga harus memeriksa ada tidaknya gangguan hama penyakit dan
bahkan serangan hama tikus atau babii hutan.
Pemberian Pupuk Organik
Kunci keberhasilan pertanian Sinkogn Gajah
terlihat dari pengolahan laha sejak awal dan pemberian pupuk organic secara
teratur. Apabila dirasakan memang biaya yagn diperlukan cukup tinggi,
namun hasil yang diperoleh tinggi pula. Apabila pemberian pupuk hanya
menggunakan pupuk organi dan pupuk hayati dalam artian tidak menggunakan pupuk
kimia sama sekali maka umbi yang dihasilkan paling tepat untuk bahan industri
pangan rasa Singkong Gajah yang istimewa.
Penggemburan Tanah
Penggemburan tanah akan lebih efektif dengan
sekaigus menaburkan pupuk organic atau pupuk kandang sehingga percampuran bahan
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sedini mungkin telah dilakukan.
Teknik Dasar Pemanenan Singkong Gajah
Dalam memanen singkong tergantung pada teknik
pemanenan dan dalam hal ini bagaimana keberhasilan mencabut umbi tersebut dari
dalam tanah . Pada tanah yang bersifat liat atau keras biasanya berusaha
mencengkram umbi sehingga banyak yang tertinggal didalam tanah karena putus dan
bahkan apabila tercabut pun dalam keadaan rusak. Oleh karean itu teknik panen
umbi singkong perlu dipelajari. Dengan tanaman berada pada gulud atau bedng
maka proses pemanenan akan lebih mudah karena umbi yang dihasilkan sebagian
besar berada di atas permukaan tanah utama dan gundukan tersebut relatif
gembur. Apabila waktu panen ternyata laha kering atau keras maka dilakukan
penggemburan tanah dengan menyiram tanah denga pompa air dan dibiarkan selama 1
(satu) malam agar pengemburan samapai ke ujung umbi/perakaran.
Umur Panen Singkong Gajah
Penegrtian panen singkong adalah pengambilan
hasil dari tanaman singkong tersebut yang biasanya diutamakan pada pengambilan
umbi. Umur tanaman 7-11 bulan akan menghasilkan umbi segar mencapai 200 ton/ha
dengan prediksi perbatangnya 20kg.
Sumber : . Ristono, Prof. Dr. MS & SP, MP
Amarullah || Singkong Gajah Berjuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar