Berdasarkan ayat-ayat Alquran, Nabi-nabi Allah yang bertugas untuk memberi petunjuk dan memimpin manusia memiliki fitur dan karakteristik yang istimewa. Beberapa fitur tersebut antara lain:
Memiliki hubungan dengan alam ghaib dan menerima wahyu
Salah satu dari fitur-fitur utama dan mendasar para nabi, kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan dunia gaib dan menerima pesan-pesan Allah melalui wahyu. Wahyu dalam pandangan agama adalah ajaran-ajaran khusus dan pengetahuan pasti yang diberikan Allah kepada beberapa orang pilihan-Nya. [34]
Kemukjizatan
Mukjizat, pekerjaan yang cukup mengejutkan dimana para Nabi Allah melakukan hal-hal yang keluar dari kebiasaan dan bertentangan dengan aturan-aturan alam untuk membuktikan klaimannya sebagai Nabi, pekerjaan atau hal-hal yang orang biasa tidak mampu melakukannya. [35]
Ismah
Kelaziman mengikuti
Salah satu dari fitur-fitur utama para Nabi adalah ucapan dan perilaku tanpa ada kesalahan yang disebut dengan kemaksuman. [36] Dengan adanya fitur semacam ini yang berasal dari anugrah dan karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya, para pengikut Nabi mendapat ketenangan bahwa kata-kata Nabi dan perbuatan-perbuatannya adalah sesuatu yang dikehendaki Allah dan karena itulah ia harus diikuti dan patuhi. [37]
Para Nabi
Dalam sebagian besar riwayat diyakini bahwa jumlah bilangan para nabi adalah 124 ribu orang yang mana 313 orang darinya adalah Rasul,[catatan 9] dalam sebagian hadis jumlah bilangan para nabi sampai 8000 orang. [38] Allamah Majlisi memberikan kemungkinan bahwa jumlah 8000 itu hanya untuk para nabi yang agung dan besar. [39] Yang pertama adalah Nabi Adam as bersama istrinya Hawa diciptakan di dalam surga dan dikarena memakan buah terlarang maka mereka dikeluarkan dari surga. Nabi yang terakhir juga adalah Nabi Muhammad yang dilahirkan di Mekah pada tahun 570 H/1175. Lima orang dari para nabi adalah Nabi Ulul Azmi dan mereka membawa agama dan hukum-hukum baru dan kebanyakan dari mereka mendakwahkan agama dan aturan ini. [40] kedudukkan dan derajat setiap para nabi memiliki perbedaan. [41] Di dalam Alquran hanya ada 26 nama dari para nabi yang disebut.
Para Nabi yang memiliki kitab
Sebagian dari para Nabi Allah memiliki kitab langit. Pesan Ilahi yang diterima melalui para nabi ini, ada di dalam sekumpulan kitab yang bernama kitab suci atau kitab langit. Kitab-kitab ini, adalah dasar para pengikut agama tersebut dan tolak ukurnya adalah amal dan keyakinan-keyakinan mereka. Kitab-kitab ini adalah sebagai berikut:
- Kitab, Nabi Nuh;
- Suhuf, Nabi Ibrahim;
- Zabur; Nabi Daud;
- Taurat, Nabi Musa;
- Injil, Nabi Isa;
- Quran, Nabi Muhammad. [42]
Perbedaaan Nabi dengan Rasul
Sebagian orang meyakini bahwa Rasul dan Nabi dari satu sisi memilki pemahaman yang sama yaitu Rasul adalah Nabi dan Nabi adalah Rasul, dari sisi bahwa mereka menerima dan mendapatkan pesan wahyu mereka adalah Nabi dan dari sisi bahwa mereka juga harus menyampaikannya kepada masyarakat maka mereka adalah rasul. [43] Namun dalam pandangan umum yang terkenal adalah bahwa antara Nabi dan Rasul dari sisi substansi adalah bersifat umum dan khusus mutlak, yaitu setiap Rasul adalah Nabi namun tidak semua Nabi itu Rasul. [44] Dalam hal ini ada juga tiga pendapat lain. [catatan 10]
Kenabian Perempuan
Nama-nama para Nabi yang dikutip Alquran semuanya dikhususkan untuk kaum lelaki dan tidak ada nama wanita yang disebutkan sebagai nabi.[45]Karena alasan ini, telah terjadi perdebatan di antara para mufasir tentang kebanian perempuan.[46]
Penentang Kenabian Perempuan
Baidhawi, mufassir abad kedelapan percaya bahwa kaum Muslimin sepakat secara Ijma' bahwa perempuan tidak bisa meraih kedudukan kenabian.[47] Beberapa ulama juga meyakini bahwa penentangan terhadap kenabian perempuan merupakan pendapat yang hampir disepakati oleh semua ulama.[48]
Allamah Thabathabai percaya bahwa kaum wanita tidak akan meraih kedudukan kenabian dan mereka tidak dapat menerima wahyu yang diturunkan kepada para Nabi. Tentu saja ada jenis wahyu lain yang tidak dikhusukan kepada para Nabi dan meliputi selain mereka. Oleh karena itu, wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa as[49] adalah seperti wahyu kepada lebah madu[50] dan tidak dapat membuktikan dan menetapkan kenabian.[51] Fakhrurrazi juga beragumentasi dengan ayat-ayat Alquran bahwa Allah tidak menjadikan seorang wanita pun sebagai rasul.[52]
Ayatullah Jawadi Amuli membagi kenabian menjadi dua bagian; kenabian inba'i (pemberi berita) dan kenabian tasyri'i (membawa syari'at). Dia meyakini bahwa kenabian Tasyri'i adalah risalah itu sendiri, dan karena hal ini merupakan pekerjaan oprasional, maka diserahkan kepada kaum lelaki. Adapun kenabian inba'i dimana seseorang melalui wahyu mengetahui apa yang terjadi di alam, maka ini tidak dikhususkan kepada kaum lelaki, dan kaum wanita juga bisa mencapai kedudukan ini.[53]
Salah satu dalil para penentang kenabian perempuan adalah kata rijal dalam ayat وَ ما أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ إِلاَّ رِجالاً نُوحي إِلَيْهِ [54], dimana kata tersebut bermakna laki-laki dan menunjukkan bahwa hanya kaum lelaki saja bisa sampai pada kedudukan ini.[55]
Pendukung Kenabian Perempuan
Qurtubi, mufasiir abad ketujuh percaya bahwa Sayidah Maryam sa telah mencapi kedudukan kenabian, sebab Allah melalui Malikat menurunkan wahyu kepadanya sebagaiman Ia menurunkan wahyu kepada nabi-nabi yang lain.[56]
Ibnu Hajar Asqalani menukil dari Abu al-Hasan al-Asy'ari, teolog abad ketiga, dan Ibnu Hazm, ulama abad kelima, bahwa mereka meyakini kenabian para wanita.[57] Ibnu Hazm memperkenalkan Hawa, Sarah, Hajar Ibu Nabi Musa, Asiyah dan Maryam sebagai nabi.[58] Kelompok ini bersandar kepada beberapa dalil, [59] termasuk beberapa ayat-ayat Alquran.[60]
Akhir Kenabian
Khatamiyah atau penutup kenabian adalah sebuah pemahaman teolog dan dari ajaran-ajaran yang umum bagi seluruh kaum muslim dan dalam artian bahwa setelah Nabi Muhammad saw tidak akan ada lagi nabi dan agama. Permasalahan dan topik ini diambil dari kalam Ilahi yaitu Alquran al-Karim. Dalam ayat 40 surah Al-Ahzab Alquran al-Karim secara gamblang menggunakan ungkapan khatam al-Nabiyiin untuk Nabi Muhammad saw. [catatan 11] Meyakini khatamiyah, baik pada zaman nabi atau pada zaman dan priode-priode sesudahnya, di tengah-tengah kalangan muslim merupakan perkara yang sudah jelas dan sangat diterima. [61] Ajaran ini senantiasa termasuk dari hal-hal yang sangat urgen bagi agama Islam, dengan artian bahwa siapa saja yang menerima kenabian Nabi Muhammad saw, maka ia juga harus menerima bahwa Nabi adalah sebagai nabi penutup. [62]
Imamah
Para pengikut Syiah, berdasarkan ayat-ayat Alquran dan riwayat yang tidak sedikit seperti hadis tsaqalain meyakini bahwa setelah berakhirnya kenabian, Allah swt menjaga agama terakhir ini dengan melalui perantara para imam sebagai penjaga dan penjelas agama. [catatan 12] Dan pada masa yang cocok dan sesuai, imam terakhir yang hidup dan menjalani kehidupannya secara tidak diketahui mendapatkan misi supaya dengan penguasaan Islam di seluruh penjuru dunia, menunjukkan manusia dan menyampaikan mereka ke jalan hidayah yang lurus dan sempurna. [catatan 13]
Catatan Kaki
- Baghdadi, Kitab Ushuluddin, hlm.162; juga lihat: Fadhil Miqdad, 1412, hlm, 84; Alisi, 22, hlm.34
Catatan-catatan
- وَ نُريدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثينَ Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) (QS. Al-Qashash, 5)
Daftar Pustaka
- Alusi, Mahmud bin Abdullah, Ruh al-Ma'ani, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, tanpa tanggal.
- Amadi, Ali bin Muhammad, Ghayat al-Maram fi Ilm al-Kalam, Cetakan Hasan Mahmud Abdul Latif, Kairo, 1391/1971 H.
- Baghdadi, Abdul Qahir, Ushuluddin, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1401 H.
- Bahrani, Ibnu Maitsam, Qawaid al-Maram fi Ilm al-Kalam, Maktabah Ayatullah Mar'asyi Najafi, Qum, cetakan kedua, 1406 H.
- Dehkhoda, Ali Akbar, Lughat Name, Muassasah Lughat Name Dehkhoda, Tehran, 1955.
- Hilli, Hasan bin Yusuf, al-Alfain, Muassasah al-Islamiyah, Qum, 1423 H.
- Hilli, Hasan bin Yusuf, al-Bab al-Hadi Asyar, Muassasah Muthala'at Islami, Tehran, 1986.
- Hilli, Hasan bin Yusuf, Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqad (ma'a ta'liq), Muassasah Nasyr Islami, Qom, 1413 H.
- Hilli, Hasan bin Yusuf, Manahij al-Yaqin fi Ushuliddin, Nasyr Dar al-Uswah, Tehran, 1415 H.
- Ibnu Arabi, Muhyiddin Muhammad, Tafsir Ibn Arabi, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, 1422 H.
- Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukrim, Lisan al-Arab, Dar Shadir, Beirut, 2000.
- Jauhari, Shahah al-Lughah, al-Shahah al-Lughah, shofware perpustakaan Kalam Nur, tanpa tanggal.
- Rasul adalah seorang yang diberi wahyu dalam tidur dan terjaganya dan melihat malaikat pembawa wahyu dalam dua keadaan tersebut, berbeda dengan nabi yang hanya mendapatkan wahyu ketika tidur dan hanya melihat malaikat pembawa wahyu dalam keadaan tidur. (Askari, Mu'jam al-Furuq wa al-Lughawiyah, hlm.531; Kulaini, jld.1, hlm.176.)
- Wahyu yang disampaikan kepada seorang rasul lebih tinggi derajatnya dibandingkan wahyu yang disampaikan kepada seorang Nabi, wahyu yang disampaikan kepada seorang rasul melalui malaikat Jibril, berbeda dengan seorang nabi yang mendapatkan wahyu dari malaikat lain atau melalui ilham yang diletakkan ke dalam hatinya atau dengan melalui mimpi yang benar. (Jurjani, al-Ta'rifat, hlm.105)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar