Peristiwa besar dan bersejarah di sebuah agama atau aliran menjadi indikasi kebenaran agama itu sendiri. Selain itu, peristiwa besar ini dapat menjadi daya tarik bagi manusia untuk memeluk atau mengikuti aliran tertentu. Peristiwa Ghadir Khum dalam hal ini juga tak mendapat pengecualian. Ghadir Khum juga menunjukkan keagungan sejarah Islam dan menjadi penentu kepemimpinan serta masa depan umat Islam.
Sheikh Mufid, salah satu ulama besar Islam di bukunya al-Irsyad menulis, "Setelah peristiwa pertemuan Rasulullah dengan ulama Nasrani Najran dan perisitiwa mubahala, kemudian disusul dengan haji Wada. Tak lama sebelumnya, Rasulullah mengutus Imam Ali bin Abi Talib as ke Yaman untuk mengambil hadiah dan uang yang dijanjikan umat Nasrani Najran. Imam Ali pun kemudian berangkat ke Yaman untuk melakukan tugasnya. Rasulullah tidak menaruh kepercayaan besar kepada selain Imam Ali untuk menjalankan misi tersebut dan tidak ada yang layak kecuali Ali bin Abi Talib...
"...Di hari-hari seperti ini, Rasulullah mengumumkan kepada umat Islam untuk melakukan ibadah haji. Pada tanggal 25 Zulka'idah, Rasul bersama rombongan besar keluar meninggalkan Madinah menuju Mekah. Bersamaan dengan itu, Rasulullah menulis surat kepada Imam Ali dan memintanya langsung menuju Mekah. Namun Rasul tidak menjelaskan bentuk hajinya kali ini. Ali bin Abi Talib yang menerima surat Nabi, bersama pengawalnya langsung bertolak ke Mekah. Ali sangat rindu untuk bertemu dengan junjungannya dan dengan tak sabar memacu kudanya menuju Mekah. Bahkan ia meninggalkan pasukannya dan menuju Mekah dengan cepat sehingga berhasil menyusul rombongan Nabi sebelum memasuki Mekah...
"...Seraya terlihat kegembiraan di wajah Nabi ketika menyaksikan kedatangan Imam Ali, Rasulullah bertanya kepadanya, Wahai Ali! Dengan niat apa kamu memakai baju ihram? Ali menjawab, karena tidak mengetahui niat Anda, maka di dalam hatiku aku berkata, Ya Allah! Aku memakai baju ihram sesuai dengan niat Nabimu. Rasulullah kemudian meneriakkan takbir dan berkata, Wahai Ali! Kamu bersama-sama saya dalam menunaikan ibadah haji dan kurban." Ini merupakan haji terakhir Nabi dan awal berliku dari penetapan Imam Ali as sebagai pengganti Rasulullah Saw.
Hidayah umum adalah ketentuan paten dan urgen. Berdasarkan ketentuan ini, sarana bagi kesempurnaan setiap makhluk sejak pertama kali diciptakan telah ditentukan. Dengannya setiap makhluk akan meniti jalan menuju kesempurnaan. Manusia pun tak luput dari ketentuan ini. Namun umat manusia terdiri dari sekumpulan besar individu, di mana pengaturannya membutuhkan seorang pemimpin. Sebuah masyarakat tanpa pemimpin akan berantakan dan kacau balau. Oleh karena itu, Islam tidak membiarkan masyarakat muslim hampa dari seorang pemimpin yang layak.
Al-Quran di berbagai ayatnya telah mengisyaratkan masalah imamah dan pemimin yang ditentukan oleh Allah Swt. Di ayat 124 surat al-Baqarah Allah Swt terkait Nabi Ibrahim as berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Di ayat lain, ketika Nabi Musa as memohon kepada Allah Swt untuk menunjuk Harun, saudaranya menjadi penggantinya, Allah Swt di surat Taha ayat 36 berfirman, "Apa yang kamu minta tela Kami kabulkan." Nabi Dawud as termasuk salah satu nabi yang diangkat menjadi pemimpin makhluk di dunia. Di ayat 26 surat as-Sad, Allah berfirman, "Wahai Daud! Kami telah menganugerahimu kedudukan khalifa di bumi di antara makhluk, maka jalankan kepemimpinanmu dengan benar." Allah swt di berbagai ayat ini menjelaskan bahwa Ia menunjuk seorang pemimpin untuk membimbing masyarakat dengan izin-Nya.
Wilayah dan kepemimpinan di Islam tidak hanya berarti mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat. Kepemimpinan di Islam adalah pemimpin fisik dan hati serta menajemen kalbu manusia. Islam memberikan ajaran pasti untuk mengatur kehidupan manusia. Selain mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat, Islam juga menentukan misi lain bagi seorang pemimpin yakni membimbing manusia untuk menggapai kesempurnaan hakiki. Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Wilayahyang menjadi simbol pemerintahan, sistem sosial dan politik Islam memiliki arti mendalam...jelas dan spiritual yang diambil dari wilayah Allah Swt. Olehl karena itu, di pemerintahan Islam, Wali (pemimpin) tidak dapat dipisahkan dari rakyat.... Ghadir adalah hari raya Wilayah (kepemimpinan), politik dan partisipasi rakyat di pemerintahan."
Sejatinya peristiwa Ghadir adalah upaya Rasul untuk mencegah gelombang instabilitas menerpa masyarakat Islam dan menyelamatkan umat dari perebutan kekuasaan. Di sisi lain, Rasul mendapat perintah dari Allah Swt untuk mengumumkan penggantinya setelah beliau meninggal kepada umatnya. Nabi Saw di Ghadir Khum, usai menunaikan ibadah haji Wada mengangkat Imam Ali sebagai penggantinya dan pemimpin umat.
Rasul berkata :" Wahai Kaum Muslim! Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan aku adalah Maula semua orang-orang beriman," Lalu ia merengkuh tangan Ali dan mengangkatnya ke atas. la berseru: "Barang siapa mengangkatku sebagai Maula, maka Ali adalah Maulanya pula (ia mengulang sampai tiga kali) Ya, Allah! Cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya. Bantulah orang-orang yang membantunya. Selamatkanlah orang-orang Yang menyelamatkannya, dan jagalah kebenaran dalam dirinya ke mana pun ia berpaling! (artinya, jadikan ia pusat kebenaran).
Ali adalah putra Abu Thalib, saudaraku, Washi-ku, dan penggantiku (khalifah) dan pemimpin sesudahku. Kedudukannya bagiku bagaikan kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku. la adalah pemimpin kalian setelah Allah dan Utusan-Nya."
"Hai, kaum Muslimin! Sesungguhnya Allah telah menunjuk dia menjadi pemimpin kalian. Ketaatan padanya wajib bagi seluruh kaum Muhajirin dan kaum Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan dan penduduk kota dan kaum pengembara, orang-orang Arab dari orang-orang bukan Arab, para majikan dan budak, orang-orang tua dan muda, besar dan kecil, putih dan hitam."
"Perintahnya harus kalian taati, dan kata-katanya mengikat serta perintahnya menjadi kewajiban bagi setiap orang yang meyakini Tuhan yang satu. Terkutuklah orang-orang yang tidak mematuhinya, dan terpujilah orang-orang yang mengikutinya, dan orang-orang yang percaya kepadanya adalah sebenar-benarnya orang beriman. Wilayahnya (keyakinan kepada kepemimpinannya) telah Allah, Yang Maha kuasa dan Maha tinggi, wajibkan."
Rasul selama hidupnya juga kerap menjelaskan kepada umat Islam keutamaan Imam Ali bin Abi Talib. Riwayat dari Ibnu Abbas, Khuzaifah dan Aisyah menunjukkan bahwa Ali bin Abi Talib di zamannya adalah paling utamanya makhluk setelah Rasulullah. Dalam hak ketakwaan, keberanian dan kecerdasan tidak ada yang mengalahkan Ali.
Rasulullah Saw bersabda, "Saya bersumpah demi jiwaku yang berada di tangan-Nya! Ali dan pengikutnya akan beruntung di Hari Kiamat kelak." Saat itu, turunlah ayat ketujuh surat al-Bayyinah yang menyebutkan, "Orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh adalah paling baiknya makhluk Tuhan." Setelah turunnya ayat ini, para sahabat ketika melihat Ali bin Ali Talib mengatakan, Khairul Bariyyah.
Dengan demikian Ghadir kian penting dengan diangkatnya Imam Ali sebagai pengganti Nabi dan hari itu menjadi hari raya umat Islam. Karena di hari ini Allah Swt telah menyempurnakan agama Islam dan nikmat-Nya. Oleh karena itu, umat Islam harus bersyukur atas nikmat besar ini dan saling mengucapkan selamat atas diangkatnya Imam Ali sebagai pengganti Nabi. (IRIB Indonesia)
Sabtu, 03 November 2012
Kamis, 06 September 2012
Satria Muhammad saw Dalam Wasiat Jihad Pangeran Diponegoro:
~ Dari status rekan Vera Sherevia.
Ahmadsamantho.blog (bayt al-hikmah institute)
Terjemahannya: Wahai kalian satria Mataram, negara Jawa tersimpan dalam pemahaman kalian. Pada kalian tersimpan Watak prilaku, kebijaksanaan Sayyidina Ali dan Sayyidina Hasan. Tersimpan keberanian al Husain, perhatikanlah pada waktu Suro Belanda akan kalian hilangkan dari tanah Jawa, karena terdorong kekuatan para satria Muhammad yaitu Ali, Hasan dan Husain. Berperanglah teriring takbir dan shalawat, jika kalian syahid maka akan tercatat seperti syahid nya para sahabat al Husain di Nainawa. Engkau yang bijaksana dalam peperangan, pantas mendapat julukan “Ali Basya”. (Babad Perang Dipanegara, karya pujangga Yasadipura II, Surakarta).
Den sira para satria nagari Mentaram, nagari Jawi heng dodotira sumimpen, watak wantune Sayyidina Ngali, sumimpen kawacaksane Sayyidina Ngali, sumimpen kawacaksane Sayyidina Kasan, sumimpen kakendale Sayyidina Kusen, den seksana hing wanci Suro Landa bakal den sira sirnaake saka tanah Jawa, krana sinurung pangribawaning para satrianing Muhammad yaitu Ngali, Kasan, Kusen. Sira padha lumaksananna yudha kairing takbir lan shalawat, yen sira gugur hing bantala, cinandra, guguring sakabate Sayyidina Kusen hing Nainawa,sira kang wicaksana hing yudha,pinates tampa sesilih Ali Basya.
Terjemahannya: Wahai kalian satria Mataram, negara Jawa tersimpan dalam pemahaman kalian. Pada kalian tersimpan Watak prilaku, kebijaksanaan Sayyidina Ali dan Sayyidina Hasan. Tersimpan keberanian al Husain, perhatikanlah pada waktu Suro Belanda akan kalian hilangkan dari tanah Jawa, karena terdorong kekuatan para satria Muhammad yaitu Ali, Hasan dan Husain. Berperanglah teriring takbir dan shalawat, jika kalian syahid maka akan tercatat seperti syahid nya para sahabat al Husain di Nainawa. Engkau yang bijaksana dalam peperangan, pantas mendapat julukan “Ali Basya”. (Babad Perang Dipanegara, karya pujangga Yasadipura II, Surakarta).
Jumat, 31 Agustus 2012
Kisah Hikmah Nabi Musa (as) dan seorang gembala.
Chen Chen Muthahari
Alkisah, ada seorang gembala berjiwa bebas yang tidak memiliki baik uang atau pun keinginan untuk mempunyai uang. Segala yang dimilikinya hanyalahh hati yang murni dan baik, hati yang mengalahkan apapun, yang berdenyut dengan cinta hanya untuk Tuhannya.
Sepanjang hari ia berjalan riang dengan gembalaannya melintasi padang rumput, dataran hijau, dan hamparan bunga, bernyanyi dan berbicara sepanjang waktu kepada Tuhan Kekasihnya:
“Oh, Tuhan, dimanakah gerangan Engkau?
Kepada siapa gerangan aku mengabdikan hidupku?
Oh Tuhan, untuk siapa aku hidup dan bernafas,
karena kasih karunia-Mu lah aku ada,
betapa aku rela mengorbankan dombaku untuk berjumpa denganMu.”
Arakian, pada suatu hari Nabi Musa as melewati padang rerumputan yang luas terhampar dalam perjalanannya ke kota. Baginda melihat gembala, yang sedang duduk bersama gembalaannya dengan wajahnya menengadah ke langit, memuja Allah:
“Ooo, Di manakah Engkau sehingga aku bisa menjahit pakaianMu, memperbaiki kaus kakiMu, dan merapikan tempat tidurMu? Dimana Engkau sehingga aku bisa menyisir rambutMu dan mencium kakiMu? Dimana Engkau sehingga aku dapat menyemir sepatuMu dan membawakan kepadaMu susu untuk Kauminum? “
Musa as mendekati gembala itu dan bertanya, “Siapakah yang kau ajak bicara?”
“Aku bicara pada Dia yang telah menciptakan kita. Dia Tuhan pencipta siang danmalam, bumi dan langit. “
Musa as marah dengan jawaban gembala tersebut. “Beraninya kau bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kau katakan adalah penghujatan.Kau harus sumpal kapas di mulutmu jika kamu tidak dapat mengontrol lidahmu. Maka, setidaknya, tidak ada yang akan mendengar kata-kata keterlaluan penuh hina dariMu yang telah meracuni atmosfir di sini. Kamu harus berhenti berbicara seperti itu sekaligus, supaya Yang Mahakuasa tidaklah menghukum seluruh umat manusia karena dosa-dosamu! “
Sang gembala, yang telah muncul setelah menyadari bahawa Baginda adalah Sang Nabii, berdiri terguncang. Dengan air mata mengalir di pipinya, ia mendengarkan kata-kata lanjutan Musa as: “Apakah Allah SWT seorang manusia biasa sehingga Dia harus memakai sepatu dan kaus kaki? Apakah Dia bayi membutuhkan susu untuk membuat Dia tumbuh? Tentu saja tidak! Allah tak terbatas dan tak perlukan itu semua! Dengan berbicara kepadaTuhan seperti yang kau lakukan, aibmu tidak hanya bagi diri sendiri tapi semua makhluk Allah. Kamu tidak lain hanyalah sebuah penghancur agama dan musuh Allah. Pergi dan bertobatlah, jika kamu masih memiliki akal sehat! “
Gembala yang sederhana tidak benar-benar mengerti apa yang ia katakan kepada Allah SWT itu sebagai kasar seperti menurut Nabi Musa, atau mengapa Nabi telah memanggilnya musuh. Namun ia tahu bahwa seorang nabi Allah pastilah tahu lebih baik daripada orang lain. Hampir tidak bisa menahan isak tangis, ia mengatakan kepada Musa as, “Anda telah membakar jiwaku. Mulai sekarang mulutku disegel “Dengan menarik napas panjang, maka ia pun berpaling dari domba-dombanya dan berjalan menuju padang pasir.
Nabi Musa sambil melanjutkan perjalanannya pun bersyukur bahwa ia telah memperbaiki seseorang. Lalu, nabi Musa as melanjutkan perjalanannya menuju kota sambil kemudian Allah SWT berkata kepadanya:
“Kenapa kau datang antara Kami, di antara hamba setiaKu? Mengapa Engkau memisahkan kekasih dari Kekasih? Aku telah mengirimMu sehingga Engkau bisa menyatukan satu sama lain, tidak memutuskan hubungan mereka.”
Musa mendengarkan kata-kata Illahi tersebut dengan kagum dan kerendahan hati.
“Kami tidak menciptakan dunia ini dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan dari itu, penciptaan adalah untuk kepentingan makhluk. Kami tidak membutuhkan pujian atau penyembahan, jamaah makhluklah yang mendapatkan manfaat darinya. Ingat bahwa dalam Cinta, kata-kata hanyalah kulit luar dan tak berarti apa-apa. Aku tidak memperhatikan keindahan frase atau komposisi kalimat. Aku hanya melihat bagian yang terdalam dalam batin. Dengan cara yang demikian Ku-tahu ketulusan makhluk, meskipun kata-kata mereka mungkin polos (tak bermakna). Bagi mereka yang terbakar dengan Cinta maka telah terbakar pula kata-kata mereka.”
Allah SWT melanjutkan:
“Mereka yang terikat oleh kepatutan tidak seperti orang-orang yang terikat dalam Cinta, dan bangsa agama bukanlah bangsa Cinta, sebab kekasih tidak mengenal agama selain Sang Kekasih sendiri.”
Tuhan mengajarkan demikian, mengajarkan kepada Nabi Musa as rahasia Cinta, dan sekarang ia mengerti kekurangannya, maka Nabi menyesali ucapannya. Dan sehingga ia bergegas untuk menemui gembala itu lagi dan meminta maaf.
Selama berhari-hari Baginda as berjalan-jalan di padang rumput dan gurun, bertanya kepada orang-orang apakah mereka melihat sang gembala. Masing-masing menunjuk ke arah yang berbeda. Tampaknya pencarian sia-sia, tetapi akhirnya Musa tiba juga berjumpa dengan sang gembala, pakaiannya telah robek dan berantakan. Dia dalam keadaan meditasi yang mendalam dan tidak melihat Musa, yang menunggu waktu yang lama untuk menyapanya.
Akhirnya sang gembala mengangkat kepalanya dan memandang Nabi.
“Aku memiliki pesan penting bagiMu.” Kata Musa. “Tuhan telah berbicara, dan Dia mengatakan kepadaku bahwa tidak perlu etiket bagimu berbicara kepada Tuhan. Kau bebas untuk berbicara kepada-Nya dalam cara apapun yang Kau suka, dengan kata-kata yang Kau dapat memilihnya. Apa yang aku tadinya kira adalah penghujatanmu, sebenarnya adalah iman dan kasih yang menyelamatkan dunia.”
Sang gembala hanya menjawab: “Saya telah melewati tahap kata-kata dan frase. Hatiku kini diterangi dengan kehadiran-Nya. Saya tidak bisa menjelaskan kondisi saya kepada engkau. Juga tak dapat menggambarkan kata-kata untuk orang lain.” Gembala itu kemudian bangkit dan memulai perjalanannya lagi..
Nabi Musa as menatap menyaksikan sosok gembala sampai ia tak bisa melihatnya lagi. Kemudian ia berangkat meneruskan perjalanan ke kota terdekat, mengagumi pelajaran yang diterimanya dari seorang penyembah buta huruf yang sederhana.
(Posted on August 31, 2012, Bayt al-Hikmah Institut)
Selasa, 28 Agustus 2012
Menunggu Mati di Sampang
Oleh: Agnes Hening Ratri
Aku mendekap anak-anak siang ini, tepat pukul 11 siang. Sementara suara teriakan untuk membunuh dan membakar rumah terus mendekat. Suara-suara itu terus mendekati rumahku, tepatnya bekas rumah yang di bakar orang akhir tahun lalu. Di sisa puing-puing ini, aku tetap bertahan hidup dan menghidupi anak-anakku, sementara suamiku berada di penjara.
Siang tadi dentum kematian itu kian mendekati rumahku, di Nangkerenang, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, suara teriakan berpadu dengan gemuruh batu terus mendekat. Makin dekat..aku merasa kematian sudah menjemputku dengan amat riuh.
Tubuhku menggigil membayangkan semua itu, sementara tangis anakku berpacu seiring detak jantungku yang kian cepat. Aku memeluk mereka erat, meskipun tanganku terasa dingin dan menggigil.
Hari ini kampungku diserang lagi, aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang aku tahu, siang ini anak-anak akan kembali ke pesantren diluar desa, mereka akan bersiap untuk sekolah lagi. Tapi rombongan mereka kembali ke kampung dengan ketakutan. Anak-anak perempuan yang berada di angkutan itu menangis, memanggil orang tua, menjerit karena di kejar oleh orang-orang yang membenci kami.
Aku hanya mampu mengintip dari celah dinding bambu yang masih gosong. Ketika mereka masuk ke kampung ini, mereka berhamburan, berlarian mencari persembunyian yang aman. Namun dapat dibayangkan, tak ada celah sedikitpun untuk mereka bersembunyi. Rumah-rumah yang tinggal puing mulai terlihat berasap, suara jerit beradu dengan kobaran api. Siang tadi kampungku begitu mencekam, lebih miris dari kejadian Desember tahun lalu.
Ribuan orang terus merangsek masuk kempung, mereka menuju ke arah rumahku, mereka semakin dekat dan terus mendekat. Tubuhku kian lunglai ketika membayangkan ibu mertuaku yang sudah tua berada di dapur sendirian..kemudian anak-anakku terus menangis memanggil nama bapaknya. Duh Gusti..aku sangat kacau hari ini.
Tetangga depan rumah sudah berlarian entah kemana, sementara asap sudah mulai mengepung kampungku. Aku harus meyelamatkan anak-anak dan mertuaku. Harus..kekuatan itulah yang mendorongku berlari menyeret anak-anak dan mertuaku untuk keluar rumah, biarlah rumahku dibakar, asal keluargaku selamat. Biarlah…
Mereka terus memburuku dan meneriakkan nama suamiku, mereka ingin membunuh kami. Itu yang terbayang hari ini. Sungguh aku tak pernah tahu apa sebenarnya yang terjadi, yang menyeret suamiku ke dalam penjara, kemudian membakar kampung dan membunuh beberapa orang. Aku tak pernah tahu alasan mereka.
Yang aku tahu bahwa suamiku mengajari kami untuk tidak membunuh dan membalas kekerasan yang dilakukan oleh orang lain. Hal itulah yang akhirnya membuat ia masuk penjara dengan tuduhan penistaan agama. Aku juga tidak tahu, apa maksud dari tuduhan itu. Sejak aku menikah, suamiku telah menjadi guru ngaji dan apa yang diajarkan itu tidak pernah menyimpang dari apa yang aku ketahui selama ini. Tapi entahlah aku tidak tahu…
Tubuhku mengejang, ketika aku akhirnya dapat bersembunyi agak jauh dari rumahku. Ibu mertuaku terduduk lemas dalam usia yang tak lagi muda, ia terenggah mengumpulkan nafasnya. Sementara anakku memeluk kakiku. Aku tidak tahu pasti berapa lama kami bersembunyi, mataku begitu perih menyaksikan api terus membakar rumah-rumah termasuk rumahku. Sementara jerit minta tolong dan mengaduh terus terdengar. Suara kematian itu telah menjemput di desaku hari ini…meskipun aku tahu bahwa tiap orang akan mati, tetapi apakah harus dengan cara seperti ini?
Aku tidak tahu harus mengadu pada siapa. Suamiku pelindung keluarga, masih harus di penjara 2 tahun lamanya. Kepada polisi, aku takut untuk berbicara, jika nasibku apes bisa jadi aku menyusul masuk penjara. Kepada pemerintah, aku tak tahu mana yang baik, yang bisa melindungi atau justru menyalahkan kami. Kepada pimpinan agama, aku takut bertemu mereka..karena mereka menganggap kami sesat. Mungkin pada nasib saja kami terus menunggu…menunggu mati..seperti kematian yang menjemput Muhammad Kosim danThohir sementara , Mat Siri dan Abdul Wafi masih dalam kondisi kritis.(IRIB Indonesia / Kompasiana / SL)
Jogja, 27 Agustus 2012
Buat keluarga Muslim Syiah di Sampang Madura
Rabu, 15 Agustus 2012
Hikmah Ramadhan; Shalat Kunci untuk Menyingkap Tabir Hijab yang Menjauhkan Kita dari Allah
Sabtu, 2012 Agustus 11 09:45
Rasulullah Saw berpesan kepada sahabat beliau, Abu Dzar al-Ghifari, "Wahai Abu Dzar, Allah menjadikan shalat sebagai cahaya mataku dan menjadikannya kecintaanku, sebagaimana rasa lapar mencintai makanan dan rasa haus mencintai air. Bedanya, rasa lapar ketika dipertemukan dengan makanan akan menjadi kenyang dan rasa haus ketika diberikan air akan terpuaskan, namun, aku tidak pernah merasa kenyang dengan shalat."
Deskripsi terbaik tentang betapa seseorang mencintai sesuatu adalah menyerupakan sesuatu itu sebagai cahaya matanya. Nabi Muhamamd Saw dalam hadis ini menyebut shalat sebagai cahaya matanya. Hal itu menggambarkan betapa beliau sangat mencintai shalat. Sebagaimana kita ketahui, bila kita selama beberapa kita waktu tidak makan, tentu kita akan merasa kelaparan. Pada saat rasa lapar benar-benar menyiksa, yang benar-benar kita inginkan saat itu tentu saja adalah makanan. Begitu pula, ketika rasa haus benar-benar sedang menyiksa kerongkongan, sudah pasti yang sangat kita inginkan dalam hidup ini adalah air pelepas dahaga. Namun, ada perbedaan besar antara makanan dan sholat. Ketika seseorang lapar, setelah dia menyantap makanannya, dia pun akan merasa kenyang dan tidak lagi menginginkan makanan. Namun orang yang mencintai shalat, tidak akan pernah merasa kenyang oleh shalat. Dia akan terus merindukan saat-saat indah yang dirasakannya ketika menunaikan shalat.
Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar, "Ketika engkau sedang melakukan shalat, anggaplah dirimu sedang mengetuk pintu gerbang rumah seorang raja, setiap orang yang banyak mengetuk pintu raja itu, maka pintu itu akan dibukakan untuknya." Tentu saja, pesan yang diungkapkan Nabi Muhammad itu adalah sebuah perumpamaan sederhana yang mudah dipahami oleh orang-orang awam. Namun sesungguhnya, hubungan antara makhluk dan Tuhannya adalah hubungan yang sangat dekat, bukan sekedar hubungan antara raja dan rakyat. Namun, kedekatan hubungan antara Tuhan dan hamba-Nya seringkali tertutupi oleh dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya itu. Dosa-dosa adalah bagaikan hijab atau tirai pembatas yang menjauhkan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Berbagai bentuk ibadah, terutama shalat, adalah kunci untuk menyingkap tabir hijab yang menjauhkan kita dari Allah Swt. Shalat akan membuka pintu-pintu rahmat ilahi agar tercurahkan kepada kita. Nabi Muhamamd bersabda, jika seseorang ingin mendapatkan rahmat dan kasih sayang ilahi, dia harus pergi mengetuk pintu rumah Allah dengan cara menunaikan shalat secara konsisten. Nabi Muhammad juga berpesan kepada Abu Dzar sebagai berikut, "Wahai Abu Dzar, manusia yang beriman ketika dia berdiri untuk shalat, maka rahmat Allah akan meliputinya hingga ke Arasy. Malaikat akan didatangkan kepadanya dan berseru, "Wahai anak Adam jika engkau mengetahui apa yang akan diberikan kepadamu ketika engkau melakukan shalat dan mengetahui dengan siapa engkau sedang bercakap-cakap dalam shalatmu itu, maka engkau tidak akan pernah berhenti melakukan shalat."
Jika seseorang benar-benar menginginkan pertolongan dan rahmat dari Allah, maka dia harus berusaha sebisa mungkin mengenali Allah. Ketika menghadapi kehidupan sehari-hari yang penuh persoalan, kita jangan pernah melupakan kehadiran Allah Swt dan selalu menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Ketika melaksanakan shalat, sesungguhnya manusia sedang bercakap-cakap dengan Alalh Swt, Tuhan yang menguasai alam semesta, Tuhan yang mengatur kehidupan dan kematian semua makhluknya, Tuhan yang mencurahkan nikmat dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya. Dengan kesadaran seperti ini, kita akan menunaikan shalat dengan penuh kekhusyukan dan keyakinan.
* * *
Tidak diragukan lagi, kesehatan adalah hal yang paling berharga dalam kehidupan manusia, yang dianugerahkan oleh Allah Swt. Sebagaimana banyak disebutkan oleh ahli kesehatan, dalam tubuh yang sehat juga terdapat akal yang sehat pula. Imam Sajjad juga menyebut pentingnya kesehatan ini dalam doa yang beliau ajarkan, yaitu doa Abu Hamzah Tsumali, sebagai berikut, "Ya Tuhanku, karuniakanlah keselamatan dan kekuatan badan kepadaku." Keselamatan dan kesehatan jasmani adalah sumber dari kenyamanan hidup. Tanpa keselamatan tubuh, kita tentu tidak bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Salah satu cara terpenting dalam menjaga kesehatan adalah dengan mengatur makanan sebaik mungkin. Dalam surat al-‘Araf ayat 31 Allah berfirman, "Makanlah dan minumlah namun jangan berlebihan." Makan berlebihan adalah sumber dari segala macam penyakit. Hal ini disebabkan karena kelebihan makanan yang masuk ke tubuh kita tidak bisa diserap oleh badan, sehingga akan tertumpuk begitu saja sebagai lemak atau gula. Kelebihan lemak dan gula di dalam tubuh ini akan mengakibatkan munculnya berbagai bentuk penyakit, antara lain penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau kolesterol.
Salah satu manfaat puasa adalah membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan dalam jumlah yang seperlunya saja. Makanan yang cukup gizi dan tidak berlebih-lebihan akan membuat tubuh kita sehat. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita berbuka dan sahur dengan makanan yang sehat dan seperlunya saja, jangan berlebih-lebihan. Bila kita mempraktekkan pola makan yang sehat ini, insya Allah kehidupan kita akan lebih terasa indah karena kita akan terjauhkan dari penyakit. (IRIB Indonesia)
Manusia di Mata Imam Ali as
Jumat, 2012 Agustus 10 05:20
Allamah al-Qunduzi dalam kitabnya Yanabi' al-Mawaddah menukil bahwa pada malam terjadinya pemukulan atas diri beliau oleh Abdurrahman bin Muljam, Imam Ali as berkali-kali keluar dari rumahnya dan memandang ke arah langit. Berulang kali beliau mengatakan, "Demi Allah aku tidak berbohong dan aku tidak menerima berita yang bohong. Malam ini adalah malam yang dijanjikan untukku."
Dengan langkah perlahan Imam Ali berjalan menuju masjid. Saat memasuki Masjid beliau melihat Ibnu Muljam sedang tertidur. Imam Ali membangunkannya lalu berjalan menuju ke mihrab untuk melaksanakan shalat Subuh. Masjid telah dipenuhi oleh jamaah yang berbaris rapi membentuk shaf-shaf. Ali memuji Tuhannya dengan mengangkat tangan. Allahu Akbar!
Pujian itu diikuti oleh jamaah shalat yang telah siap. Tak lama kemudian Ali ruku lalu meletakkan dahi di atas tanah seraya mengagungkan Tuhannya. Tiba-tiba saat mengangkat kepala dari sujud, pedang Ibnu Muljam yang beracun mendarat tepat di kepalanya. Gema Allahu Akbar yang keluar dari mulut Ali membubarkan barisan shalat. Ibnu Muljam ditangkap massa. Darah segar mengucur dari kepala Ali yang terbelah. Meski demikian, putra Abu Thalib ini sempat melarang massa menghakimi orang yang berniat membunuhnya itu. Beliau meminta Ibnu Muljam dibawa ke hadapannya.
Kepadanya beliau berkata, "Mengapa engkau lakukan ini padaku? Apakah aku pemimpin yang buruk bagimu?"
Ali memerintahkan orang-orang untuk membawa Ibnu Muljam namun melarang mereka menyakitinya. Masjid Kufah mendadak tenggelam dalam tangis dan duka.
Untuk mengenang syahadah Imam Ali as, ada baiknya kita membahas pandangan beliau mengenai hakikat manusia. Imam Ali AS adalah orang yang mendapat gelar pintu kota ilmu dan tahu benar hakikat manusia yang sebenarnya. Mengenai orang-orang zalim dan congkak yang berbuat kerusakan di muka bumi dengan segala kesombongannya Imam Ali as berkata, "Bukankah manusia adalah mahluk yang pernah Allah tempatkan di kegelapan rahim seorang ibu?"
Menurut Washi dan Khalifah Rasul ini, manusia adalah mahluk yang melewati berbagai periode kesempurnaan. Periode terpentingnya adalah pengenalan hakikat. Manusia seperti ini akan sadar dan mengetauhi aib dan cela yang ada padanya, tidak mudah terpengaruh oleh polusi yang ada di sekitarnya, dan dengan keimanan serta tekad yang kuat berhasil melepaskan diri dari sifat sombong.
Beliau lebih lanjut mengarahkan manusia untuk mengenali potensi yang ia miliki. Menurut Imam Ali, keselamatan manusia ada pada keseimbangan perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Amirul Mukminin Ali as menyebutkan bahwa pengembangan sifat-sifat mulai hanya bisa dilakukan dengan memperkuat pondasi ilmu dan akal. Karenanya beliau menganjurkan kepada seluruh manusia untuk menghidupkan pelita makrifat di dalam diri mereka dan memanfaatkan potensi akal. Semua itu supaya diri manusia mampu melawan godaan hawa nafsu. Sebab dengan akal dan ilmu, manusia bisa mengekang nafsunya. Beliau berkata, "Carilah jalan kebenaran dengan akalmu dan lawanlah hawa nafsumu tentu engkau akan sukses."
Hal inilah yang saat ini ramai dibicarakaan oleh para pakar psikologi. Mereka mengatakan, "Orang yang sehat secara akal akan memiliki jiwa yang sehat." Pernyataan para psikolog ini hanyalah penemuan yang mereka dapatkan melalui berbagai eksperimen. Namun Imam Ali as yang mengenal hakikat manusia menerangkan lebih jauh dan mendalam. Beliau menegaskan bahwa kepercayaan akan alam akhirat adalah periode awal yang harus menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dengan kepercayaan ini, orang akan yakin bahwa apa yang dilakukannya di dunia sebelum kematian akan sangat menentukan nasibnya di alam akhirat sana. Keimanan inilah yang mendorong manusia untuk melakukan kebaikan.
Saat ini, kebersihan diri seseorang dilihat dari hubungan sosialnya. Artinya, manusia memiliki hubungan erat dengan masyarakat. Selayaknya dia menyintai masyarakatnya dan sebaliknya, masyarakat juga menyintainya. Mengenai hubungan dengan masyarakat Imam Ali AS menekankan bahwa sebelum segala sesuatunya, manusia harus menjaga tindak tanduknya di tengah masyarakat dan menghindari perbuatan dosa. Beliau juga menganjurkan hubungan baik dengan keluarga, yang disebutnya sebagai penguat mental dan spiritual. Sayangnya pada zaman ini, manusia telah menjauh dari tujuan asli penciptaan-Nya dan tenggelam dalam krisis etika kemanusiaan.
Imam Ali as menyebutkan beberapa sifat terpuji yang ada pada insan mulia. Di antaranya tanggungjawab, cinta terhadap sesama, tepat janji, dan tidak enggan untuk bermusyawarah dengan orang lain. Tindakan membela diri dan kehormatan masyarakat juga dipandang oleh Ali sebagai sifat terpuji yang dimiliki oleh orang yang sehat di tengah masyarakatnya. Orang semacam ini sudah tentu tidak memiliki sifat congkak, riya, dan kemunafikan. Sikap mengambil hikmah sejarah masa lalu disebut oleh satu-satunya manusia yang lahir di dalam Kabah ini sebagai faktor yang penting dalam menekan kesalahan bertindak dan bersikap. Hal ini juga disinggung dalam wasiatnya kepada putranya Imam Hasan as.
Di mata Imam Ali as, orang yang sukses adalah mereka yang memiliki hubungan baik dengan diri, masyarakat dan Tuhannya. Untuk mengenal diri sendiri hendaknya manusia memahami arti kehidupan dan tujuannya. Karena itu, Imam Ali as menghimbau semua orang untuk mengenal posisinya di dunia ini dan tidak melakukan perbuatan yang bisa menurunkan derajatnya. Imam Ali AS berkata, "Siapa yang tidak mengenal dirinya maka ia binasa." Dalam ungkapan lain beliau mengatakan, "Sebaik-baik makrifat adalah pengenalan diri sendiri."
Satu hal lagi yang dipandang penting pada diri manusia adalah hubungannya dengan Tuhan. Hubungan inilah yang membentuk jati diri seseorang. Dalam hal ini, Imam Ali as menyebutkan bahwa Tuhan yang hidup dan kekal ada di semua tempat dan selalu memantau tingkah laku seluruh hamba-Nya. Orang yang mengikat kehidupannya dengan masalah ketuhanan akan mampu menundukkan hawa nafsunya dan bergerak menuju kepada kesempurnaan.
Di mata Imam Ali as, manusia adalah mahluk yang memiliki kehendak sendiri dan melakukan semua perbuatan dengan kehendaknya. Beliau menghimbau manusia untuk memanfaatkan kehendak ini di jalan yang benar yang dapat menghantarkannya ke dejarat tertinggi kesempurnaan. Ali as adalah contoh nyata dari manusia sempurna yang berhasil mencapai derajaat tertinggi kesempurnaan dengan iman dan kekuatan tekadnya. Karena itu kata-kata yang beliau ucapkan ketika pedang Ibnu Muljam menghantam kepalanya adalah, "Demi Pemilik Kabah Aku beruntung." Tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriah manusia sempurna ini meninggalkan dunia yang fana.
Innaa Lillaahi wa Innaa Lillaahi Raji'uun. (IRIB Indonesia)
Hari Quds Sedunia, Peluang Menjalin Persatuan Islam
Selasa, 2012 Agustus 14 22:30
Forum Dunia Pendekatan Antarmazhab Iran dalam statemennya menyebutkan, "Hari Baitul Maqdis Sedunia, merupakan kesempatan terbaik dalam menjalin persatuan antarbangsa Muslim, mengingat proses globalisasi yang berasaskan pada kebangkitan Islam dan kesadaran duni dalam melawan imperialisme dan zionisme internasional."
Fars News (14/8) melaporkan, Forum Dunia Pendekatan Antarmazhab menyatakan, "Hari Baitul Maqdis Sedunia adalah hari revivalisasi Islam dan hari seruan pembebasan Palestina dari cengkeraman rezim Zionis perampok. Dan penentuan hari Jumat terakhir di bulan Ramadan sebagai Hari Quds Sedunia merupakan inisiatif historis Imam Khomeini ra, adalah kesempatan untuk mewujudkan ikatan permanen antarumat Islam sedunia dan para penuntut kebenaran untuk bangsa Palestina, sehingga nama Palestina dan cita-cita pembebasan Baitul Maqdis itu tidak akan terlupakan dalam liuk rutinitas kehidupan."
Saat ini, adalah era Kebangkitan Islam dan pencerahan islami, dan Palestina berada di titik pusat kebangkitan tersebut. Kebangkitan Islam di kawasan dan krisis ekonomi di dunia Barat, protes terhadap pemerintahan Barat, serta demonstrasi di dalam negeri rezim Zionis, membuat pelaksanaan Hari Quds Sedunia tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan terciptanya persatuan antarbangsa Muslim, akan terbentuk front kokoh di hadapan musuh Islam dan kita semua harus mempersiapkan ruang bagi kerjasama dan persatuan antar Muslim bersamaan dengan gelombang revolusi regional dan Kebangkitan Islam.
Oleh karena itu, partisipasi proaktif semua pihak dalam peringatan ini, menjadi tugas dan kewajiban setiap insan bebas dan penuntut keadilan. Seperti yang ditetakankan oleh Rahbar (Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei), masalah Palestina dari sudut pandang Islam untuk seluruh Muslim di duni adalah masalah esensial dan kewajiban, dan satu-satunya jalan untuk melenyapkan tumor berbahaya ini adalah dengan muqawama dan perjuangan.(IRIB Indonesia/MZ)
Kamis, 09 Agustus 2012
Sekelumit dalam Pulsar 135 LS
Barangkali berkah bagi produsen kendaraan bermotor di indonesia umumnya atau khususnya di kota Bandung adalah karena tidak tersedianya sistem transportasi masal yang konferehanship. Tidak adanya tata kelola perumahan yang terintegrasi dengan sistem transportasi menyebabkan penduduk kelabakan tatkala harus keluar rumah untuk tujuan kerja maupun keperluan lain misal mengantar anak ke sekolah. Tiada pilihan lain kecuali harus memiliki kendaraan pribadi baik itu roda 2 (motor) ataupun roda 4 (mobil).
Begitupula halnya dengan yang saya alami. Tempat tinggal yang terletak di pinggiran kota, sungguh sangat sulit anak pergi sekolah ke kota dengan menggunakan kendaraan umum. Disamping waktu yang panjang maka ongkosnya juga lumayan mahal karena harus gonta-ganti angkot & bahkan ojeg.
Pilihan akhirnya, harus membeli motor untuk keperluan tersebut. Jaman sekarang produk motor sungguh sangat melimpah, penjualan kendaraan roda 2 ini bak kacang goreng, saking banyaknya permintaan di negeri ini. Mulai yang produk Jepang dengan berbagai merk, maupun produk eropa & bahkan yang baru mencoba peruntungan dari pabrikan India.
Singkat cerita, saya akhirnya pingin mencoba yang berbeda, produk Jepang hampir semua merk sudah pernah pakai. Produk Eropa juga pernah walaupun hanya scooter/vespa. Yang belum pernah ya produk India dengan merk Bajaj. Dan pilihan jatuh pada “Pulsar 135 LS”
Inilah Spseifikasi-nya :
MESIN
Type 4 Tak, Pendingin Udara
DTS-i (Hak Paten Bajaj)
4 Katup (Pertama di Dunia : 4 Katup DTS-i)
SOHC
Volume Langkah 134.66 cc
Perbandingan Kompresi 9.8 : 1
Tenaga Maksimal 13.5 HP @ 9000 rpm
Torsi Maksimal 11.4 Nm @ 7500 rpm
Starter Kick + Electric Starter,
SUSPENSI
Depan Teleskopik dengan pelapis anti-gesek (Stroke 130)
Belakang NitroX,
BAN
Depan 2.75 x 17.41 P
Belakang : 100/90 x 17.55 P,
REM
Depan 240 mm Cakram
Belakang : 130 mm Tromol,
TANGKI
Kapasitas 8 Liter
Reserve, Useable : 2.5 Liter, 1.6 Liter,
ELEKTRIK
Aki : 12 V Full DC
Lampu Depan : 35/35 W dengan 2 Lampu Pilot,
DIMENSI
Panjang : 1995 mm
Lebar : 765 mm
Tinggi : 1045 mm
Jarak Sumbu Roda : 1325 mm
Jarak Terendah ke Tanah : 170 mm
Berat Kosong : 122 Kg,
FITUR ISTIMEWA
Auto Choke : Ya
ExhausTEC : Ya
Stang Jepit : Ya
Speedometer : Digital
Tachometer : Tipe Digital dengan Tampilan Analog
Indikator Bensin : Digital
Tripmeter : Digital,
GARANSI
3 Tahun Atau 36000 Km **
Kalo ini motornya :
Pengalaman setelah 2 bulan menggunakan Pulsar, tidak jauh beda dengan motor sekelas yang pabrikan Jepang, baik tongkrongannya maupun akselerasinya. Bahkan produk India ini mempunyai nilai tambah pada harga yang lebih murah. Pulsar dengan teknologi terbaru temuan sendiri “India” yaitu DTSI bisa dikatakan sebuah kebanggan nasionalisme.
Kapan Indonesia bisa berbuat banyak ya……..? sekedar untuk mengikutinya saja kelihatannya sulit, apalagi mememukan inovasi teknologi terbaru………………? Tapi denger-denger ada lho nanti produk Indonesia asli yang akan mengejutkan dunia. Ngga percaya………? Tunggu aja…….., halah koq malah ngelantur ya.
Kembali ke “Pulsar 135 LS” tapi apa yang mau diceritakan? Lha wong udah banyak yang cerita di milis/ blog sebelah baik yang suka maupun yang tidak suka, tinggal baca aja kan.
Tapi yang jelas, saya salut sama India-nya, sama orng-orangnya, sama tokoh-tokoh pahlawan-nya sama semangat kemandirian-nya.
Kapan hal tersebut bisa terwujud di bumi pertiwi Nusantara ini………? (ASTo'0812)
Kamis, 26 Juli 2012
Imam Mahdi, Sang Juru Selamat
Kamis, 2012 Juli 05 07:39
Malam 15 Sya'ban 255 Hijriah atau dikenal dengan malam Nisfu Sya'ban, Hakimah, bibi Imam Hasan Askari as berkunjung ke rumah Imam untuk bersilaturahmi. Di saat Hakimah hendak minta izin untuk pulang, Imam berkata kepadanya, "Bibi! Malam ini menginaplah di rumah kami."
Hakimah berkata, "Hari ini, saya sudah cukup merepotkan kalian."
Imam menjawab, "Malam ini akan lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga kami yang akan menerangi bumi dengan ilmu, iman dan petunjuknya setelah bumi diliputi kezaliman dan kegelapan."
Hakimah dengan heran bercampur gembira bertanya, "Bayi tersebut anak Nargis?"
Imam menjawab, "Benar anak tersebut dilahirkan Nargis."
Setidaknya ada dua versi ihwal jatidiri juru selamat dunia ini. Sebagian besar golongan Ahlusunnah menganggap bahwa Imam Mahdi itu bernama Muhammad bin Abdullah, yang akan muncul menjelang Hari Kiamat tiba. Ini berdasarkan sebuah hadis dari Nabi Saw yang mengatakan bahwa nama Imam Mahdi itu sama dengan namaku, ayahnya sama dengan nama ayahku.
Sementara, di pihak lain, kalangan Syiah Imamiyah meyakini bahwa Imam Mahdi itu adalah gelar untuk Muhammad bin Hasan Askari bin Ali Hadi bin Muhammad Jawad bin Ali Ridha bin Musa Kazhim bin Jafar Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah saw. Ulama Sunni yang mengurutkan dua belas imam dari jalur Ahlulbait ini adalah Syekh Qanduzi al-Hanafi dalam kitab Yanabi al-Mawaddah.
Telah berabad-abad umat manusia menanti datangnya penyelamat yang dijanjikan. Orang-orang yang terzalimi pun mengharap penuh kedatangan sang penyelamat untuk mengentas mereka dari kezaliman. Penantian dan harapan ini dari satu sisi meniupkan ruh segar ke hati manusia dan dari sisi lain, perdamaian serta kebahagiaan segera terwujud dengan kedatangannya.
Imam Mahdi, anak dari Imam Hasan Askari as merupakan anak cucu dari Rasulullah Saw (Ahlul Bait). Ibunda beliau masih cucu dari raja Romawi yang menjadi istri Imam Hasan melalui proses yang menakjubkan. Setelah Imam Mahdi lahir, ayah beliau, Imam Hasan merawat sang bayi dan menjaganya secara ketat. Imam keduabelas umat Syiah ini lebih banyak disembunyikan karena ancaman yang datangnya dari pemerintah zalim saat itu.
Sejak masa kanak-kanak, Imam Mahdi telah dianugerahi oleh Allah swt hikmah dan ilmu pengetahuan serta menjadikannya sebagai tanda bagi umat manusia. Namun karena selalu mendapat ancaman dari pemerintah saat itu, Imam Mahdi tidak tampil ke publik dan dijaga dengan ketat oleh ayah beliau. Untuk beberapa waktu, umat Islam jika ingin berhubungan dengan Imam Mahdi melalui orang-orang kepercayaan beliau. Setelah membimbing umat dalam waktu yang singkat di zaman ghaibah shugra (kegaiban kecil), Imam Mahdi kemudian mengalami ghaibah kubro (kegaiban besar).
Kegaiban pertama dimaksudkan, di antara beberapa alasan, untuk menghindari terjadinya pembunuhan pada diri Imam Mahdi, yang kabar tentang kelahirannya telah masyhur di kalangan umat Islam, termasuk penguasa Bani Abbasiah saat itu. Mereka memata-matai rumah Imam Hasan Askari yang dinubuatkan sebagai tempat kelahiran Imam Mahdi. Alasan lain adalah untuk mempersiapkan umat Syiah dalam menerima otoritas ulama yang kompeten selama kegaiban beliau.
Pada masa kegaiban pendek, umat Syiah menyampaikan masalah-masalah mereka kepada wakil khusus Imam as, yang terkenal sebanyak empat orang. Empat wakil ini kemudian menyampaikan permasalahan tersebut kepada Imam Mahdi as. Pasca kegaiban pendek, yang ditandai dengan berakhirnya perwakilan khusus Imam, akhirnya umat Syiah terbiasa untuk menerima kepemimpinan ulama mereka dalam kegaiban panjang ini.
Kabar tentang datangnya juru selamat dunia telah dikenal manusia sepanjang sejarah. Berita gembira ini dan isyarat kedatangan juru selamat dapat ditemukan disabda dan ajaran para Nabi. Konsep soal datangnya juru selamat ketika dunia mendekati hari Kiamat merupakan ideologi agama Samawi termasuk, Yahudi, Kristen, Zoroaster dan khususnya Islam.
Di dalam Alquran yang mulia tidak terdapat ayat-ayat yang jelas dan tegas tentang imamah, khilafah, dan kepemimpinan al-Imam al-Mahdi ‘alaihissalam, tetapi isyarat-isyarat ke arah itu ada, misalnya, saja dalam firman-firman Allah Azza wa Jalla berikut ini :
"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya." (QS At-Taubah, 9 : 32)
"Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya." (QS At-Taubah, 9 : 33)
"Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya." (QS Ash-Shaff, 61: 9)
"Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkannya atas ajaran seluruhnya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. " (QS Al-Fath, 48 : 28)
Di kitab suci Zoroaster disebutkan musnahnya kezaliman dan kegelapan serta munculnya pewaris orang saleh. Di kitab ini diisyaratkan peperangan perkepanjangan antara kebaikan dan kejahatan. Di kitab agama Hindu juga menyebutkan juru selamat yang dijanjikan. Pengikut agama Yahudi yang menganggap dirinya pengikut Nabi Musa as juga memiliki keyakinan soal konsep juru selamat. Mereka senantiasa menunggu kedatangan sosok yang dijanjikan ini. Di kitab suci mereka seperti Taurat dan kitab lainnya ditekankan soal juru selamat tersebut. Adapun agama Kristen melalui kitab Injilnya baik itu Injil Matius, Lukas, Markus dan Barnabas serta injil Yohanes juga menyebutkan banyak isyarat tentang juru selamat akhir zaman.
Keyakinan akan konsep juru selamat di akhir zaman ketika dilontarkan Islam memiliki dimensi khusus. Dalam pandangan Islam juru selamat dunia memiliki kriteria khusus. Juru selamat ini termasuk janji Islam untuk mengakhiri kezaliman yang memenuhi bumi. Islam senantiasa menjanjikan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dibarengi dengan keadilan, kebebasan serta keamanan. Dan ini bukan sekedar mimpi dan pasti terwujud.
Salah satu kriteria penting Imam Mahdi adalah menghancurkan diskriminasi, ketidakadilan dan penyelewengan. Di sisi lain, juru selamat ini akan mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kehidupan yang penuh keadilan serta kebebasan dan keamanan. Ia akan membangun tatanan dunia baru yang dipenuhi keamanan dan keadilan. Pada akhirnya kekuasaan dunia akan diperintah oleh orang-orang saleh.
Sementara itu, harapan dan penantian (intizar) kemunculan Imam Mahdi selain memberikan spirit bagi manusia juga mempersiapkan jalan masa depan. Penantian mampu memberi manusia kekuatan stabil dan spirit ini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya hingga masa kemunculan Imam Mahdi. Hal inilah yang membuat manusia memiliki semangat kuat untuk menentang kezaliman sepanjang masa.
Sejatinya, penantian berarti tidak puas akan kondisi yang ada. Manusia menanti kebaikan menguasai dunia. Ketika manusia memiliki keyakinan seperti ini. Penantian adalah sebuah kondisi psikologis yang memunculkan persiapan terhadap sesuatu yang dinantikan dan lawan kata dari hal itu adalah putus asa. Setiap kali penantian meningkat, maka persiapan semakin banyak. Tidakkah Anda merasakan jika menanti seseorang yang akan datang, maka akan bertambah pula persiapan Anda ketika kedatangan seseorang itu semakin dekat.
Dari sisi ini, setiap kali tingkatan penantian mengalami perbedaan maka terjadi pula perbedaan kecintaan terhadap orang yang Anda nantikan. Manakala kecintaan semakin besar maka bertambah besar pula persiapan menyambut kedatangan orang yang dicintai. Perpisahan dengan sang kekasih membuatnya sedih. Sampai-sampai orang yang menanti melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjagaan dirinya, dia tidak lagi merasakan apa yang menimpa dirinya dari rasa sakit ataupun tekanan yang menyayat.
Seorang mukmin yang menanti pemimpinnya, manakala penantiannya semakin besar maka semakin besar pula upaya dirinya untuk mempersiapkan baik dengan berbuat warak, berupaya sungguh-sungguh, melakukan pembenahan diri, menghindari akhlak-akhlak yang buruk, menghiasi dengan akhlak-akhlak yang terpuji sehingga ia berhasil menjumpai pemimpinnya, menyaksikan keindahannya di masa kegaibannya. Sebagaimana hal ini terjadi pada sejumlah besar orang saleh. Karena itu, para imam maksum memerintahkan para pengikut mereka, sesuai dengan yang tercantum dalam riwayat-riwayat, untuk melakukan upaya pembenahan diri dan melaksanakan segala bentuk ketaatan. (IRIB Indonesia)
Antara Cetho & Prambanan
Antara haru dan bangga berkecamuk dalam diri ini. Haru karena sekian puluh tahun lahir dari daerah yang memiliki peninggalan sejarah tinggi, tapi baru kali ini bisa melihat langsung. Bangga karena ternyata nenek moyang kita dulunya sudah mempunyai peradaban yang tinggi dengan bukti peninggalannya berupa Candi Cetho & Candi Prambanan ini.
Candi Cehto berada di arah Timur laut sekitar 30 km dari rumah kelahiran saya. Rute dari desa saya Ngunut ke lokasi candi Cetho bisa melalui 2 jalur. Pertama bisa melalui Karangannyar kemudian Ngargoyoso terus ke Cetho. Kedua bisa melalui Matesih terus ke Ngargoyoso - Cetho. Kedua rute ini sama enaknya baik jarak maupun kondisi jalan.
Candi Cetho terletak di dataran tinggi 1470m DPL, sehingga jalan untuk sampai ke sana medanya sangat menanjak. Apalagi kalo sudah mendekati lokasi, kendaraan yang tidak begitu prima dihimbau untuk tidak memaksakan naik, karena dikhawatirkan mogok atau malah bisa mundur lagi. Sulitnya medan ke lokasi, akan terbayar dengan pemandangan yang indah setelah sampai pintu gerbang candi. Kita akan merasa di atas awan begitu membalikkan badan atau membelakangi candi.
Menurut beberapa ahli sejarah, dari prasasti yang ada, menunjukkan bahwa berdirinya candi Cetho 1468 – 1475 M. Lebih muda sedikit dibanding Candi Sukuh yang dibangun pada tahun 1416 - 1459 M. Kedua candi dibangun secara punden berundak dan menghadap ke barat, mengarah ke gunung Merapi.
Kami sekeluarga sungguh menikmati pemandangan yang indah sambil mengelilingi pelataran candi yang berundak-undak. Bangunan yang berundak dengan relief tertentu itu, sebenarnya menggambarkan perjalanan diri manusia itu sendiri. Dari tingkatan paling bawah atau yang paling rendah yang bersifat fisik jasmani hingga tingkatan berikutnya semakin menaik, hingga ke tingkatan paling atas yang bersifat ruhani.
Sedangkan candi Prambanan berada di arah Barat laut dari desa saya sekitar 50km, dengan rute Karanganyar – Solo – Klaten. Prambanan ini hampir tiap 3 bulan sekali saya lewati dari perjalanan pulang Bandung – Karanganyar. Tapi baru kali ini seumur-umur saya masuk ke dalamnya. Ternyata sungguh menakjubkan. Bangunan batu yang begitu tinggi dan megah telah berhasil dibangun oleh nenek moyang bangsa Indonesia ini. Byuh…..byuh……, pokoknya mah hueeeeeeebat pisan……….
Kebetulan pada saat saya sekeluarga ke sini, udah menjelang sore sehingga menambah pemandangan lebih mak nyos lagi. Di tambah dengan hadirnya para turis manca negara baik yang dari eropa maupun dari asia timur, jepang dll… Jadianya kami pingin datang lagi kapan-kapan kalau ada kesmpatan……………… Kalau sampean gimana………………..?
Cipageran – Cikajang – Drajat Pass – Cipageran
Sabtu 5 Mei 2012, jam 7.30 WIBB malam kami berangkat dari Puri Cipageran Indah II RT 02 RW 21 – Tanimulya – Ngamprah Kab. Bandung Barat. Tujuan yang kami tuju adalah, undangan dari salah satu keluarga warga kami yang punya hajat mantu di Cikajang Garut. Cuaca langit di atas Cipageran alhamdulillah sangat cerah, Rembulan malam bersinar terang karena hampir mendekati bulan Purnama.
Begitu keluar dari jalan Puri Cipageran I, jalan Sangkuriang lalu lintasnya terlihat macet. Ternyata kemacetan lumayan panjang juga (tidak biasanya) terjadi kemacetan seperti ini. Selidik punya selidik kemacetan menjalar sampai jalan raya cimahi – padalarang. Akan tetapi apa sumber kemacetan yang sebenarnya kami juga tidak mengetahui. Hanya ada gelagat dari banyaknya bobotoh persib yang lewat jalan raya Cimahi setelah pulang dari menonton pertandingan ISL antara Persib Bandung Vs Persiwa Wamena. Mungkin salah satu luapan kegembiraan yang berlebih setelah persib bisa meraih kemenangan pertama setelah secara tragis kalah 5 kali berturut-turut memasuki putaran ke-2.
Kurang lebih 30 menit kami bisa keluar dari benang kusut kemacetan. Setelah lewat Alun-alun Cimahi, lalu lintas kembali lancar. Sebelum memasuki Tol Baros, kendaraan di isi bahan bakar dulu. Memasuki Tol Purbaleunyi atau tepaatnya di daerah Kopo hujan lumayan deras, sampai sekitar daerah Buah Batu. Selewat itu cuaca kembali cerah. Disepanjang jalan menuju Garut lalulintas tidak begitu padat, mungkin karena waktu yang beranjak malam.
Sekitar jam 9:00 WIBB kami sampai di Samarang, tepatnya pertigaan Sampireun. Beristirahat sebentar sambil menunggu salah satu warga yang mau ikut ke undangan. Setelah datang yang dijemput, perjalanan kembali diteruskan. Terlihat kondisi baru selepas hujan, karena kondisi jalan yang basah & banyak air yang mengalir di jalan.
Satu jam perjalanan dari Samarang ke Cikajang tidak terasa, karena sepinya malam dan kondisi jalan yang relatif bagus. Udara dingin khas pegunungan begitu terasa saat rombongan turun dari mobil. Sambutan hangat tuan rumah diringi segelas kopi susu panas dan makanan kecil mengusir dinginya malam yang menembus daun telinga. Setelah ngobrol sebentar, untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit maka kami terus istirahat.
Subuh dah harus bergegas bangun walaupun air terasa sangat dingin. Panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat harus dipenuhi. Selesai shalat kami sempatkan untuk jalan-jalan. Menyusuri jalan Raya yang cukup besar & bagus, dengan di kanan kiri berdiri bangunan Pemerintahan di sambung dengan sekolahan, toko-toko, bank-bank sampai ke terminal & pasar mejadikan kota kecamatan ini nampak begitu maju. Cikajang memang merupakan kota terakhir yang menjadi tumpuan perekonomian bagi warga Garut Selatan, sebelum sampai pada daerah pantai yaitu Pamengpeuk.
Acara berikutnya, kami mengadiri undangan pernikahan. Jam 11.an rombongan kembali ke Bandung dengan menempuh rute yang sama, yaitu lewat Samarang. Karena penasaran katanya ada obyek wisata baru di daerah tersebut maka rombongan menyempatkan diri untuk sekedar mampir melihat kondisi sebenarnya dari keindahan wisata tersebut. Pemandian Air panas Drajat, begitulah nama dari obyek wisata itu. Berada di lokasi penambangan gas alam Kawah Drajat gunung Papandayan.
Jalan ke lokasi yang cukup bagus walaupun kecil dan berkelok-kelok lumayan nyaman untuk dilewati. Di tambah hamparan tananman sayuran, yang menghijau di kanan kiri jalan menjadikan pemandangan begitu elok untuk dinikmati. Perjalanan 10 km dari pertigaan Sampireun – Samarang ke Puncak Drajat sungguh tidak membosankan. Hari itu bertepatan dengan hari Ahad, maka pengunjung lumayan banyak, baik yang pakai kendaraan roda dua, mobil keluarga bahkan tidak sedikit rombongan yang menggunakan Bus Besar.
Setelah Puas menikmati pemandangan Drajat Pas, kami meneruskan perjalanan menuju bandung Cimahi. Alhamdulillah jam 20 WIBB kami sampai di rumah dengan lancar dan selamat. (AsTO)
Rabu, 25 Juli 2012
Lahirnya Sang Mentari, Imam Mahdi as
Rabu, 2012 Juli 04 16:22
Bulan Syaban telah tiba, bulan penuh berkah ini juga menjadi saksi dari kelahiran sang juru selamat dunia, Imam Mahdi as. Manusia suci ini lahir di hari Jum'at, pertengahan bulan Syaban tahun 255 H di kota Samarra, Irak. Ayah beliau Imam Hasan Askari as dan ibunya bernama Nargies. Keturunan suci Rasulullah ini dipenuhi berbagai keajaiban, mulai dari proses kelahiran hingga masa ghaibnya.
Kelahiran manusia suci ini sangat menakjubkan di mana sang ibunda tidak tampak tanda-tanda kehamilan. Rahasia hal ini cukup jelas karena khalifah Bani Abbasiyah mengetahui dari berbagai riwayat Rasulullah Saw dan para Imam bahwa Imam Hasan Askari akan memiliki seorang putra yang mengikis sendi-sendi pemerintahan zalim. Sosok yang akan menumbangkan pemerintahan arogan dan zalim serta memenuhi dunia dengan keadilan.
Oleh karena itu, mata-mata Bani Abbasiyah diperintahkan mengawasi penuh setiap gerak-gerik keluarga suci ini dengan harapan mampu mencegah kelahiran bayi yang dijanjikan oleh Allah Swt tersebut. Dengan demikian tak heran jika proses kehamilan hingga kelahiran Imam Mahdi tidak biasa dan masyarakat tidak menyadarinya. Sejatinya apa yang terjadi dengan Imam Mahdi di proses kelahirannya merupakan pengulangan dari kelahiran Nabi Musa as. Musuh-musuh Imam Mahdi juga kembali mengulang strategi Firaun.
Firaun Mesir melakukan tindakan sadis dan biadab dengan mengawasi para wanita yang tengah hamil dan membunuh setiap bayi laki-laki. Tindakan Firaun tersebut tak lebih ditujukan untuk menghancurkan Musa yang nantinya diprediksikan akan meruntuhkan pemerintahan sang Firaun. Namun di sini, Firaun tidak memahami kekuasaan Allah Swt, Sang Pencipta Alam Semesta. Allah menjaga Musa dari pembantaian dan menyelamatkannya. Prosesnya pun tak berbeda dengan kehamilan ibunda Imam Mahdi. Nabi Musa dilahirkan secara rahasia. Sementara itu, penguasa Bani Abbasiyah pun berencana membunuh Imam Mahdi. Untuk mensukseskan ambisinya ini mereka tak segan-segan mengerahkan mata-mata dan pasukan untuk mengawasi penuh Imam Hasan Askari beserta keluarganya. Namun kekuasaan Allah membuyarkan angan-angan mereka.
Saat ini Imam Mahdi telah berusia 1178 tahun. Sebagian orang mungkin tidak mempercayai hal ini, bahwa ada seseorang yang berusia hingga sedemikan lama. Namun jika kita merujuk pada kekuasaan Allah yang tidak terbatas serta Tuhanlah yang menguasai usia manusia, maka hal ini sepenuhnya dapat diterima. Ini bukan suatu mukjizat atau sesuatu yang luar biasa. Karena baik menurut rasio atau sains, Allah Swt mampu memberikan usia manusia 60 tahun menjadi 200 tahun atau lebih.
Sementara itu, menurut sains usia manusia tergantung dengan kondisi lingkungan di mana mereka hidup. Jika seseorang hidup dalam kondisi yang tepat maka ia akan berusia cukup panjang. Uniknya lagi saat ini para ilmuwan berusaha mempersiapkan kondisi seperti ini bagi manusia serta membuat usia mereka bertambah beberapa kali lipat dengan teknologi genetik.
Selain itu, sepanjang sejarah kita menemukan manusia yang berusia panjang. Berbagai ayat suci al-Quran menceritakan usia panjang sejumlah umat terdahulu. Dengan bersandar pada ayat tersebut, maka kondisi Imam Mahdi yang berusia panjang pun secara ilmiah mampu dibuktikan. Ayat-ayat tersebut seperti ayat yang berkenaan dengan Nabi Nuh as. Allah Swt di surat al-Ankabut ayat 14 berfirman,"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim."
Saat menceritakan kehidupan Nabi Yunus as, Allah Swt di surat As-Saffat berfirman,"Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." Ayat ini membuktikan bahwa Allah Swt mampu mempertahankan hidup manusia sekalipun di tempat yang tidak terdapat sarana kehidupan, seperti di perut ikan. Selain itu, umat terdahulu rata-rata berumur panjang. Dengan demikian wajar jika Allah Swt Yang Maha Mampu dan Perkasa dapat melindungi khalifah serta penggantinya di bumi dari incaran kematian yang datangnya dari penguasa zalim Bani Abbasiyah. Untuk merealisasikan hikmahnya, Allah Swt juga memberikan usia panjang kepada Imam Mahdi as.
Tak dapat diragukan bahwa tujuan dari pengutusan para Nabi dan pemimpin Ilahi adalah membimbing dan memberi hidayah kepada manusia. Namun demikan hidayah ini akan sukses jika masyarakat telah memiliki kesiapan untuk menerimanya. Jika sebuah masyarakat tidak memiliki kesiapan tersebut maka misi para Nabi pun tidak terlalu berhasil. Pembatasan ekstra ketat terhadap Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as membuat beliau tidak leluasa menyampaikan misinya.
Oleh karena itu, hikmah Ilahi mengharuskan Imam keduabelas (Imam Mahdi as) harus ghaib dari masyarakat hingga umat memiliki kesiapan untuk menerima beliau. Kini muncul pertanyaan, apa fungisnya Imam selama masa ghaib ? Apa faedah yang dapat diraih masyarakat dari seorang Imam yang ghaib ? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus dipahami bahwa arti dari keghaiban Imam Mahdi bukan berarti beliau berubah menjadi ruh yang tidak kasatmata atau sesuatu yang misteri. Namun sebaliknya Imam Mahdi hidup secara normal, tidak ada perubahan dalam fisik beliau menjadi sesuatu yang lain.
Imam Mahdi as hidup secara normal di tengah-tengah masyarakat, namun beliau tidak dikenal. Beliau tidak hidup di satu tempat tertentu, Imam Mahdi hidup di berbagai belahan dunia. Di saat Rasulullah Saw ditanya mengenai usia panjang Imam Mahdi as, beliau menjawab,"Saya bersumpah atas nama Allah Swt yang mengutusku sebagai Nabi, di masa keghaiban Mahdi, umat manusia dapat memanfaatkan keberadaannya dan menikmati cahaya keimamahannya sama seperti matahari ketika berada di balik awan."
Manfaat matahari tidak terbatas ketika sinarnya lansung menyinari bumi. Ketika sang menteri berada di balik awan pun masih memberikan manfaat besar bagi kehidupan alam seperti produksi panas, pertumbuhan tumbuh-tumbuhan serta produk energi untuk menggerakkan mata rantai kehidupan. Oleh karena itu, pancaran religius keberadaan Imam Mahdi meski berada di balik keghaiban memiliki berbagai dampak yang dapat dirasakan. Salah satunya adalah harapan atas kemunculan sang juru selamat yang menjadi motor penggerak bagi manusia untuk meraih masa depan yang gemilang.
Keyakinan akan konsep juru selamat di akhir zaman mampu menjadi faktor pencegah perbuatan merusak hingga munculnya Imam Mahdi.Harapan dan penantian (intizar) kemunculan Imam Mahdi selain memberikan spirit bagi manusia juga mempersiapkan jalan masa depan juga memberi manusia kekuatan stabil dan spirit ini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya hingga masa kemunculan Imam Mahdi. Hal inilah yang membuat manusia memiliki semangat kuat untuk menentang kezaliman sepanjang masa.
Sejatinya, penantian berarti tidak puas akan kondisi yang ada. Manusia menanti kebaikan menguasai dunia. Ketika manusia memiliki keyakinan seperti ini. Penantian adalah sebuah kondisi psikologis yang memunculkan persiapan terhadap sesuatu yang dinantikan dan lawan kata dari hal itu adalah putus asa. Setiap kali penantian meningkat, maka persiapan semakin banyak. Tidakkah Anda merasakan jika menanti seseorang yang akan datang, maka akan bertambah pula persiapan Anda ketika kedatangan seseorang itu semakin dekat.
Dari sisi ini, setiap kali tingkatan penantian mengalami perbedaan maka terjadi pula perbedaan kecintaan terhadap orang yang Anda nantikan. Manakala kecintaan semakin besar maka bertambah besar pula persiapan menyambut kedatangan orang yang dicintai. Perpisahan dengan sang kekasih membuatnya sedih. Sampai-sampai orang yang menanti melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjagaan dirinya, dia tidak lagi merasakan apa yang menimpa dirinya dari rasa sakit ataupun tekanan yang menyayat.
Seorang mukmin yang menanti pemimpinnya, manakala penantiannya semakin besar maka semakin besar pula upaya dirinya untuk mempersiapkan baik dengan berbuat warak, berupaya sungguh-sungguh, melakukan pembenahan diri, menghindari akhlak-akhlak yang buruk, menghiasi dengan akhlak-akhlak yang terpuji sehingga ia berhasil menjumpai pemimpinnya, menyaksikan keindahannya di masa kegaibannya. Sebagaimana hal ini terjadi pada sejumlah besar orang saleh. Karena itu, para imam maksum memerintahkan para pengikut mereka, sesuai dengan yang tercantum dalam riwayat-riwayat, untuk melakukan upaya pembenahan diri dan melaksanakan segala bentuk ketaatan.
Henry Corbin, guru besar filsafat di Universitas Sorbonne Perancis dan orientalis terkenal asal Perancis mengatakan,"Menurut saya mazhab Syiah merupakan satu-satunya mazhab yang tetap menjaga interaksi hidayah antara Tuhan dan makhluk serta senantiasa menghidupkan imamah." Ia pun melakukan riset di antara Yahud dan Kristen serta menyebut imamah (hidayah Ilahi) merupakan kekhususan mazhab Syiah. "Yahudi berkeyakinan bahwa kenabian yang menjadi jembatan antara Tuhan dan alam semesta terputus dengan berakhirnya kenabian Musa as. Adapun umat Kristen meyakini al-Masih sebagai nabi terakhir. Sementara di antara umat Islam terdapat berbagai kelompok. AhlulSunnah meyakini setelah berakhirnya kenabian Muhammad Saw maka terputus pulalah hubungan antara pencipta dan makhluk. Hanya mazhab Syiahlah yang selain meyakini Muhammad sebagai nabi terakhir, masih mengakui pula wilayah (hidayah Ilahi) tidak terputus dan untuk selamanya terus terpancar," tandas Corbin.(IRIB Indonesia)
Hikmah Ramadhan; Hasil Puasa Adalah Sedikit Makan dan Bicara!
Rabu, 2012 Juli 25 06:24
Pada malam Mikraj, yaitu malam ketika Rasulullah Saw dinaikkan ke langit, Allah Swt bertanya kepadanya, "Wahai Ahmad, apakah engkau tahu hasil dari puasa?" Rasulullah menjawab, "Tidak"
Allah Swt berfirman, "Hasil dari puasa adalah sedikit makan dan sedikit bicara.Hal ini akan menimbulkan kebijaksanaan. Dari kebijaksanaan, lahirlah makrifat dan keyakinan. Ketika seorang hamba mencapai keyakinan, dia tidak lagi memiliki kekhawatiran bagaimana hidupnya akan dilalui, baik dalam kesusahan maupun kemudahan. Dalam kondisi seperti ini, dia telah mencapai keridhaan Kami."
Hikmah atau kebijaksanaan adalah sebuah kemampuan yang tinggi, yang tidak mudah untuk dicapai. Orang-orang yang berpuasa, ketika menahan haus dan lapar, mereka juga akan terlatih pula untuk mengontrol hawa nafsunya. Sebaliknya, rasa kenyang dan berlebih-lebihan dalam makan akan menyebabkan matinya cahaya makrifat dan pikiran. Rasulullah Saw bersabda, "Janganlah mengenyangkan diri, karena akan mematikan cahaya makrifat di dalam jiwa kalian."
* * *
Suatu hari, kaum Muslimin di kota Mekah berkumpul dan saling membicarakan sebuah ayat yang baru diwahyukan kepada Rasulullah Saw, yaitu ayat mengenai janji Allah Swt bahwa kaum Muslimin akan dimasukkan ke dalam surga. Ayat ini menimbulkan kegembiraan di hati mereka. Dalam membicarakan ayat ini, sebagian di antara mereka saling bercanda dan tertawa terbahak-bahak. Suara tertawa yang sedemikian keras itu terdengar oleh Rasulullah dan beliau pun mendatangi sekelompok kaum Muslimin itu. Melihat kedatangan Rasulullah, merekapun terdiam. Rasulullah dengan lembut bersabda, "Janganlah kalian tertawa seperti itu." Lalu Rasul pun melangkah pergi.
Tiba-tiba, Rasulullah menghentikan langkah beliau dan kemudian kembali menemui kelompok kaum Muslimin itu. Rasulullah bersabda, "Ketika aku menjauh dari kalian, Jibril datang kepadaku dan berkata, "Wahai Muhammad, Allah berfirman, mengapa kau membuat hambaku menjadi putus harapan?" Lalu, turunlah ayat ke-49 surat al-Hijr, "Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
* * *
Maurice Meterlink, seorang ilmuwan Belgia, mengatakan, "Manusia di zaman yang lampau hidup secara lebih bersahabat dan lebih saling memperhatikan satu sama lain. Dewasa ini, bila dibandingkan dengan orangtua kita dahulu, kita lebih sedikit merasa terpengaruh oleh musibah atau kesusahan yang menimpa orang lain. Satu-satunya faktor yang dapat menyebabkan perasaan persabahatan ini menjadi lebih kuat dan mendorong manusia ke arah kebaikan dan kecintaan terhadap orang lain, adalah agama. Jika keyakinan terhadap agama telah lenyap, rasa cinta dan empati kepada sesama pun akan lenyap pula.
Dalam masalah ini, William James dalam bukunya "Agama dan Psikologi" menyatakan, "Agama adalah keyakinan terhadap sebuah sistem yang tidak kasat mata di antara berbagai fenomna yang ada di alam, dan pekerjaan terbaik untuk kita lakukan adalah berjalan selaras dengan sistem ini. Dasar dari doa dan munajat adalah peningkatan secara teratur manusia ke arah Tuhan. Tujuan pertama dari doa adalah menghapuskan rasa cinta dunia dalam hati karena keterikatan dengan dunia menghalangi pemusatan pikiran. Agama memberikan kepada kita perasaan untuk memahami hakikat ketuhanan yang secara langsung memiliki hubungan dengan kita. Jika pengelihatan terhadap hakikat ini tidak kita miliki, tidak ada satupun kemampuan kita yang memiliki manfaat bagi kita."
Para dokter meyakini bahwa manusia yang berpuasa sedang bergerak dalam jalan yang sehat dan selamat. Penyebab utama dari sebagian besar penyakit adalah ketidakseimbangan pola hidup dan makan. Puasa merupakan salah satu obat yang terbaik bagi berbagai penyakit, melalui penciptaan keseimbangan dalam tubuh manusia. Robert Thompson seorang ahli tanaman obat, mengatakan, "Nabi Muhammad kepada para pengikutnya memerintahkan agar mereka melakukan puasa selama tiga puluh hari dalam setahun. Isa al-Masih juga menasehati pengikutnya agar melakukan puasa demi kesehatan mereka. Tujuan dari kebijaksanaan Tuhan ini adalah menciptakan kesempatan bagi organ-organ tubuh untuk beristirahat setelah sebelumnya selalu bekerja keras untuk mencerna makanan."
Atas dasar itulah, Robert Thomson menggunakan puasa sebagai salah satu metode pengobatannya. Selanjutnya Thomson mengatakan, "Sebagian orang bertanya-tanya, bagaimana mungkin orang yang tidak makan bisa bertahan hidup? Namun, berbeda dengan pandangan sebagian besar orang, konsep puasa merupakan cara mendasar untuk semua orang yang ingin terjauh dari penyakit. Orang yang sehari dalam seminggu berpuasa secara bertahap akan memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang berpuasa seminggu dalam setahun. Pada hakikatnya badan sebagai sebuah mekanisme alami berusaha untuk menciptakan keseimbangan dalam tubuh dan puasa dapat membuat keseimbangan ini menjadi lebih bagus." Thomson bahkan mengutip salah satu hadis Rasulullah, yaitu "Perut adalah tempat berbagai penyakit dan puasa adalah dasar dari obat yang menyembuhkan." (IRIB Indonesia)
Imam Ali as dan Musafir Non Muslim
Selasa, 2012 Juli 24 16:22
Pada hari itu udara kota Kufah sangatlah nyaman. Angin sepoi bertiup perlahan dari arah kota memberikan ketenangan bagi jiwa dan semangat manusia. Seorang musafir bergerak ke arah kota Kufah. Dia telah melewati perjalanan yang jauh untuk mencapai suatu tempat di sekitar Kufah dan kini ia merasa kelelahan. Dia berpikir sendirian, alangkah menyenangkannya jika dia mempunyai teman seperjalanan, supaya dia punya teman untuk berbicara dan tidak merasa lelah akan perjalanan tersebut. Ketika itu pula, tampak sesosok tubuh dari kejauhan. Sang musafir merasa gembira dan berkata sendirian, "Aku akan bersabar sampai orang itu datang menghampiriku. Mungkin saja dia bisa menjadi teman seperjalananku."
Sosok dari kejauhan itu akhirnya mendekat. Ternyata seorang lelaki itu berwajah menarik dan bercahaya. Terlihat senyum terukir di bibir lelaki itu. Ketika keduanya berdekatan, mereka saling bertanya khabar. Ternyata, lelaki itu juga akan pergi ke Kufah. Sang musafir yang kesepian tadi merasa gembira karena kini dia memiliki teman seperjalanan.
Lelaki yang baru tiba itu tidak lain dari Imam Ali as. Tetapi, Imam Ali menyembunyikan identitasnya kepada musafir tersebut. Keduanya sama-sama meneruskan perjalanan. Mereka lalui perjalanan bersama itu sambil berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Imam Ali as mengetahui bahwa teman seperjalanannya itu bukan Muslim. Namun, Imam Ali tetap memprlakukannya dengan baik, sampai-sampai lelaki non Muslim itu merasakan persahabatan dan kecintaan terhadap Ali as. Tutur kata dan akhlak Imam Ali sedemikian baiknya sehingga telah meninggalkan kesan kepada lelaki itu, sampai-sampai dia melupakan rasa lelahnya.
Dia lalu berhenti sejenak dan berkata kepada Imam Ali, "Sungguh menakjubkan, kebetulan sejam yang lalu aku memohon teman seperjalanan untuk menemaniku agar beratnya perjalanan ini tidak terasa. Lihatlah betapa Allah telah mengabulkan permintaanku. Sampai kini, aku tidak pernah menemui orang sebaik dan sepintar engkau dalam berbicara."
Imam Ali hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata lelaki ini dan mereka kembali meneruskan perjalanan mereka. Perjalanan itu berakhir dengan dua arah. Satu jalan ke Kufah yang menjadi tempat tujuan Imam Ali as dan jalan kedua merupakan arah yang dituju lelaki non Muslim itu. Imam Ali tidak mengambil jalan ke arah Kufah dan terus berjalan mengikuti teman seperjalanannya. Lelaki itu sibuk berbicara sehingga tidak menyadari hal tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menyadarinya dan bertanya, "Sahabatku, engkau telah salah memilih jalan, sewaktu di persimpangan tadi engkau seharusnya memilih jalan ke Kufah."
Imam Ali, "Aku tahu. Tetapi aku ingin mengiringimu sampai engkau menyelesaikan pembicaraanmu." Lelaki itu merasa takjub mendengar ucapan Imam Ali tersebut, lalu berkata, "Akhlakmu sungguh baik sekali. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dirimu. Sebutkanlah namamu dan apakah pekerjaanmu?"
Imam Ali menjawab, "Sahabatku, aku adalah Ali bin Abi Thalib." Lelaki non Muslim itu yang sudah sering mendengar nama Ali dan mengetahui dia adalah pemimpin umat Islam, amat terkejut. Kebimbangan menyelimuti dirinya. Dia berkata sendirian, "Ya Tuhanku, sejak tadi hingga kini, ternyata aku sedang bersama khalifah umat Islam dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.
Lalu, dia berkata kepada Imam Ali as, "Ketawadhu'an dan kebaikan akhlak Anda memang layak mendapat pujian. Apakah mereka yang dididik dengan ajaran Islam memiliki akhlak seperti Anda?"
Pada saat itu jendela ke arah cahaya dan hakikat terbuka di hadapan matanya. Imam Ali as kemudian menyampaikan ajaran Islam kepada musafir itu. Tidak berapa lama kemudian, dengan bimbingan Imam Ali, dia memeluk agama Islam dan bergabung dengan barisan kaum Mukmin. Dengan demikian, kebaikan, kelembutan, dan sifat baik Imam Ali as telah membuka hati lelaki non Muslim itu untuk menerima kebenaran ajaran Islam.
Rasulullah Saw bersabda, "Berlaku baiklah kepada sesama manusia. Mereka menyukai kalian selagi kalian hidup dan menangisi kalian ketika kalian meninggalkan dunia ini." (IRIB Indonesia)
Selasa, 24 April 2012
MENSYUKURI PEKERJAAN
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 11 April 2012
Author, Trainer, & Public Speaker ”Natural Intelligence”
Tiba-tiba semua orang keluar sambil bersorak.
Ada yang sambil bersuit-suit segala. Tapi semuanya tertawa lepas. Kecuali satu orang. Jeanice. Dia terjebak diantara kebingungan. Dan kekesalan.
Orang-orang pada memeluknya. ”Selamat!” kata mereka. ”Anda masuk dalam Cubical Candid Camera.....!”
”Dassssar....” umpat Jeanice. ”Elo ngerjain gue ya!!!” makinya.
Rasa kesalnya sudah mulai mencair setelah tahu jika kejadian yang membuatnya kesal tadi itu hanyalah kejailan teman-temannya di kubikal.
Gimana nggak kesal. Soalnya satpam tidak mengijinkan masuk kedalam kantor. Tanpa alasan yang jelas, gitu deh. ”Pokoknya, Anda tidak diizinkan masuk ke kantor kami!” beraninya satpam-satpam itu bilang begitu.
”Kenapa gue nggak boleh masuk kantor?!” protesnya.
”Maaf, Bu,” jawab satpam. ”Tidak sembarangan orang diperkenankan masuk ke kantor kami.”
”Elu pikir gue siapa, heh?” sewot Jeanice. Semuanya terekam dalam kamera. ”Buka pintunya!!”
”Mohon maaf Bu, kami hanya menjalankan tugas,” jawab satpam.
”BUUKA PINTUNYA!!!” sekarang Jeanice sudah berteriak. Kemarahannya mulai memunca
Pada saat kritis itulah teman-teman kubikal pada keluar sambil bertepuk tangan. Puas sekali rasanya telah ngerjain temannya.
”Dasssar udah pah gila, elo pade ya,” Jeanice masih bersungut-sungut. ”Matikan tuch kamera. Emangnya gue ini artis, apa?” dia berusaha untuk menerobos lari ke kubikalnya.
Teman-temannya mengikutinya di belakang. Opri yang masih dengan gigihnya merekam ekspresi wajah Jeanice.
”Oke teman-teman.” teriak Aiti. ”Mari kita berikan ucapan terima kasih kepada teman kita Jeanice,” lanjutnya.
”Terima kaaaasih, Jeaniiiiiiice....” semua orang di kubikal merunduk.
Jeanice kembali keungungan. Ini orang-orang udah pada kesambet apa ya? Anehnya udah diluar kebiasaan. Selama ini pun mereka sudah aneh. Hari ini. Anehnya udah nggak jelas gitu deh.
Sekris maju dengan membawa sebuah bungkusan. ”Jean...,” katanya dengan gaya gemulai khas bodi bongsornya. ”Ini hadiah dari teman-teman, buat elo... thanks ya....”
”Apa-an lagi nih.” Jeanice menarik badannya. ”Elo belum puas ngerjain gue, eh?” Matanya melotot. Pipinya merah. Mulutnya manyun. Tapi ya dasar Jeanice. Biar mukanya kayak begitu ya tetep aja kelihatan cantiknya.
”Nggak Jean,” Fiancy mendekatinya. ”Udah selesai kok...” bujuknya.
Tadi itu orang-orang di kubikal sedang melakukan eksperimen soal menu hari ini dari Natin. Natin menulis di whiteborad pantry begini: ”BERSYUKURLAH KARENA BISA MASUK KANTOR HARI INI”
Mereka berusaha untuk membayangkan bagaimana seandainya mereka tidak diizinkan masuk ke kantor ini. Faktanya. Nggak semua orang boleh keluar masuk kantor ini. Sedangkan mereka yang setiap hari keluar masuk dengan bebasnya sering kali tidak melihat hal itu sebagai sebuah anugerah.
Bisa masuk ke kantor. Bekerja. Berinteraksi. Dan dibayar pula. Apa bukan nikmat yang indah tuch? Kitanya saja yang sering kehilangan rasa syukur. Jadinya ya nggak heran kalau kita masih sering mengeluhkan soal ini dan itu. Kerja mah. Dikantor manapun. Nggak bakal 100% oke semuanya.
Lirik kantor orang lain mungkin indah. Tapi kalau sudah masuk kesana? Kita akan tahun the in-and out-nya. Segala sesuatunya. Dan kita juga akan tahu enak dan tidaknya.
Natin bilang. Syukuri anugerah pekerjaan itu. Syukuri. Hari ini kita masih bisa berkantor.
Mereka membayangkan. Benarkah kata-kata Natin itu. Namun mereka sangat sulit untuk sekedar membayangkannya. Makanya itu. Mereka sepakat untuk melakukan eksperimen. Dan korbannya adalah... Jeanice.
Hari itu mereka baru merasakan kebenaran kata-kata Natin. Dia benar. Bahwa bahkan sekedar bisa melewati pintu kantor tanpa dicegat satpam pun sudah merupakan anugerah. Yang patut kita syukuri. Apalagi dengan pekerjaan ini. Raya syukur kita. Harus lebih besar dari itu.
Tiba-tiba terdengar suara seperti kunci pintu yang tidak bisa dibuka.
Pak Mergy. Sedang berusaha memutar kunci ruang kerjanya. Macet. Nggak bisa dibuka. Mungkin kuncinya karatan.
”Nggak bisa dibuka Pak?” kata Opri. Sambil menawarkan bantuan. Gagal.
Sekris nggak mau ketinggalan. Dicobanya. Gagal juga. Aiti. Begitu juga. Semua orang mencoba. Dan tidak ada yang berhasil. Lalu mereka menyerah. Kasihan Pak mergy. Nggak bisa masuk ke ruang kerjanya hari ini.
Tiba-tiba saja Pak Mergy beteriak. ”O, iyya.” Katanya. ”Maaf anak-anak,” lanjutnya. ”Ketuker. Itu kunci lemari pakaian saya......”
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa selama ini mereka sering lupa untuk mensyukuri anugerah pekerjaan yang dimilikinya hari ini. Bukan soal kita tergantung kepada pemberi kerja. Atau menyerah kepada perusahaan. Bukan soal itu. Melainkan soal betapa hidup kita menjadi lebih bermakna. Ketika kita mendapatkan pekerjaan yang layak. Yang kita sukai. Yang kita cintai. Dan yang memberi kita. Kehidupan sejahtera. Maka benar kata Natin. Bersyukurlah. Karena bisa masuk kantor. Hari ini.
Kaderisasi Bisnis Gaya Si Mantan Anak Bandel
Posted on May 12, 2011 by Eddy Dwinanto Iskandar
Pernah dipenjara saat remaja, Yacob Kusmanto ternyata mampu mengubah jalan hidupnya. Kini, jebolan kelas 2 SMA itu sukses membangun 16 perusahaan tekstil dan distribusinya. Misi hidupnya kini: mencetak 2.000 pemimpin bisnis!
“Maaf, saya terlambat turun. Tadi saya ditelepon orang yang saya beri mentoring bisnis. Dia dan keluarganya habis dipukulin warga di rumahnya di Tangerang.” Kalimat yang membuat SWA agak terkejut itu diucapkan dengan nada biasa oleh seorang pria separuh abad yang hendak diwawancarai SWA, penghujung Februari lalu, di Apartemen CBD Pluit, Jakarta.
Itulah Yacob Kusmanto, pengusaha handuk, tirai, gorden, perlengkapan dapur, dan perlengkapan bayi yang berbasis tekstil di Bandung. Bagi pengusaha yang kenyang makan asam-garam kehidupan dan mengalami jatuh-bangun kodisi perekonomian Indonesia ini, tidak ada lagi peristiwa yang membuatnya kaget. “Karena, memang semua situasi itu netral. Tidak ada kepahitan, tidak ada kesusahan. Kecelakaan pun punya kesan yang baik, yang positif. Semua kondisi menarik,” ujarnya.
Hal yang sama diajarkannya kepada mentee-nya atau orang yang diberi mentoring olehnya, yang dipukuli warga itu. “Saya bilang ke dia, bersyukurlah bahwa kamu dan ketiga anakmu yang masih kecil dan remaja itu sudah belajar kepekaan hidup sejak dini. Mereka kan digebukin karena meledakkan petasan kencang-kencang sehingga warga sekitar marah. Ya sudah. Anggap saja itu pelajaran agar mereka lebih peka lingkungan ke depannya,” ungkap Yacob.
Demikian juga di ranah bisnis. Saat salah seorang karyawannya hengkang dengan membawa banyak karyawan kunci, Yacob hanya tersenyum menceritakannya. “Itulah pilihannya,” ujar pria kelahiran Bandung, 13 Januari 1961, ini tanpa kesan mendendam.
Yacob memang tidak patut bersedih atas hilangnya karyawan ataupun hadirnya pesaing. Toh, perusahaan miliknya kini berjumlah total 16 buah. Jadi, roda bisnisnya tidak akan goyah hanya karena ada satu pesaing baru.
Yacob bercerita, separuh perusahaannya digunakan untuk berproduksi dan separuhnya lagi untuk mendistribusikan produknya. PT Tirai Pelangi Nusantara memproduksi selimut, tas, handuk dan perlengkapan bayi bermerek Snobby. PT Tegar Prima Nusantara membuat perlengkapan bayi berbasis tekstil bermerek Dialogue. PT Harmoni menghasilkan tirai dan kelambu bermerek Harmoni. PT Imanuel memproduksi taplak meja. PT Adiguna membuat gorden tebal. CV Duta Baby menghasilkan tas gendong, kasur dan kelambu bayi. PT Kota Pelangi memproduksi perlengkapan dapur seperti kain penutup air mineral. PT Garmindo Utama mendistribusikan merek Dialogue. Lalu, PT Rabat dan PT Putra Raja Sejahtera mendistribusikan merek Snobby. “Saya lupa sisa nama perusahaan saya, ha-ha-ha,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Wajar bila Yacob, yang mempekerjakan kurang-lebih 2.000 karyawan, lupa. Sebab, ia mengaku kini hanya babat alas alias sekadar membuka jalan demi pendirian perusahaan. Setelah didirikan, perusahaan itu langsung dipercayakan kepada anak buahnya yang dirasanya kompeten dan berintegritas tinggi. “Kalau tidak begitu, kapan kita ada waktu memikirkan yang lain,” ujarnya santai. Ia tidak khawatir bisnisnya hancur dengan pola demikian. ”Saya kan juga kontrol sesekali. Kalau ada yang salah, ya saya tegur. Kalau tidak ada, ya silakan saja teruskan.”
Bagi Yacob, yang utama adalah integritas dan militansi seseorang dalam bekerja. Dia menyukai orang yang tidak hitung-hitungan dalam bekerja. Atas dasar itulah, ia kini memiliki seorang lulusan STM yang memimpin produksi merek Dialogue; seorang lulusan SMA yang notabene mantan pramuwiswa di rumahnya kini menjadi manajer pabrik perlengkapan bayi bermerek Snobby, dan seorang lulusan SMEA Akuntansi yang memimpin CV Duta Baby, pabrik perlengkapan bayi miliknya yang lain. Mudah saja dicari alasannya mengapa Yacob berprinsip demikian. Sebab, ia juga menerapkan perilaku serupa semasa menjadi karyawan dulu. “Itulah yang saya alami di masa lalu.”
Di ruang apartemennya yang jauh dari kesan mewah, Yacob pun mengajak SWA menelusuri masa lalunya. Ia melewati masa kecilnya dengan penuh perjuangan. Sebagai anak pasangan sopir taksi 4848 di Bandung dan penjual kue, ia terbiasa dengan kondisi ekonomi pas-pasan. “Kami lahir dari keluarga miskin di Bandung. Kami miskin sekali,” ungkapnya. Tak ada kesan berupaya menarik simpati dengan pengulangan itu. Malah, yang terdengar justru nada ceria.
Yacob mengaku bersyukur atas masa kecilnya. Dari kondisi yang penuh keterbatasan itulah justru dirinya diperkenalkan dengan kerja keras, pemahaman bisnis, dan pengelolaan keuangan yang cermat sejak dini. “Saya diajari bisnis sejak umur 4-5 tahun,” ungkapnya. Ketika itu, ia terbiasa mendapat uang jajan jika membantu memarutkan kelapa untuk usaha kue semprong, telur asin dan tauge yang dibuat ibunya. Berhubung “upah” yang diterimanya sangat kecil, ia jadi terbiasa berhemat dan menabung. Bahkan, untuk sekolah, ia hanya membawa bekal nasi hangat yang dikepal-kepal dengan “lauk” garam.
Namun, perjalanan hidupnya sempat memasuki masa kelam saat remaja. Ketika bersekolah di SMA Santa Maria, Bandung, ia kerap berkelahi dengan sesama siswa di sekolahnya. “Saya lemah di sekolah. Maka, untuk eksis, saya berusaha menonjolkan diri dengan cara lain. Saya berkelahi dengan kakak kelas yang lebih besar agar saya populer,” tuturnya seraya tersenyum. Akibatnya, ia kerap mendapat perlakuan tidak enak. Bahkan, pernah karena kenakalannya, ia dipenjara di Bandung dan merasakan “kenikmatan” saat kakinya ditekan dengan kaki meja dan tulang keringnya digetok pistol. Akibat itu juga, ia terpaksa hengkang dari rumahnya dan terdampar di lingkungan yang penuh dengan minuman keras dan narkotika.
Untung saja, pada suatu ketika Yacob sadar. Ia lantas meminta pekerjaan kepada Yamin Haryanto, teman sekampung orang tuanya, dari Cilacap, yang berbisnis tekstil di Bandung. Bahkan, sebelum memutuskan keluar saat kelas 2 SMA di usia 18 tahun, ia membolos seminggu untuk menjajal suasana kerja. Akhirnya, ketika mantap bekerja, ia langsung izin dari kantornya untuk pamit kepada pihak sekolah. “Setelah itu, saya fokus bekerja di CV Wiska milik Pak Yamin,” ujarnya seraya menyebut produk-produk CV Wiska seperti handuk, gorden dan tirai.
Di sinilah titik balik seorang Yacob terjadi. Ia yang bertekad berubah lantas bekerja sangat keras melebihi jam kerja normal. Ia selalu masuk pukul 6 pagi dan pulang di atas pukul 5 sore. Selalu mematuhi perintah atasan dan tidak pernah membantah saat dikritik atasan. “Saya mendapat pelajaran di keluarga untuk menghormati pemimpin, bagaimanapun kondisinya. Dan saya selalu berprinsip memberi lebih dari gaji yang saya terima,” katanya.
Setelah lewat enam bulan bekerja, ia memberanikan diri membeli handuk-handuk reject dari CV Wiska. Ternyata, permintaannya dikabulkan. Beragam handuk cacat produksi itu lantas dipermaknya menjadi sapu tangan kecil dan wash lap sehingga cacatnya terbuang. Lebih jauh lagi, melihat ada tetangganya yang berbisnis printing, ia pun memberikan motif cetak di produknya. Ia lantas menjualnya di pasar tradisional Cibangkong, Bandung, tidak jauh dari kontrakannya saat itu di Gang Warta, Jalan Gatot Subroto, Cibangkong. Ternyata, hasilnya bagus. Ia pun mengangkat temannya sebagai tenaga penjualan untuk membantu pekerjaannya.
Yacob kemudian menjajal peruntungannya di luar kota, Purwokerto tepatnya. Dengan kecerdikannya, ia bisa mengirim produknya dengan nyaris gratis ke luar kota. Pasalnya, ia kerap mencucikan kendaraan-kendaraan milik travel yang juga berlokasi tidak jauh dari tempat tinggalnya. Hasilnya, setiap libur kerja di Sabtu dan Minggu, ia mengirim produk ke daerah. “Maklum, orang kecil banyak akalnya,” ujarnya.
Satu tahun 10 bulan bekerja di CV Wiska, Yacob digaji Rp 75 ribu/bulan. Namun, penghasilan dari bisnis sampingannya itu justru mencapai Rp 2 juta/bulan. Karena itu, 5 tahun kemudian, pada 1987 ia memutuskan membuka pabrik sendiri. Setelah pamit kepada atasannya, ia membuka pabrik pertamanya di Leuwigajah, Bandung, dengan mengontrak lahan seluas 1 hektare selama lima tahun. Berkat hubungan baiknya dengan mantan bosnya, ia diizinkan membeli mesin bekas milik mantan bosnya itu. Bahkan, tak cuma mesin, ia juga dipinjami suku cadang dan teknisi saat mesin-mesinnya mengalami masalah.
Dari situ bisnisnya terus berkembang. Yacob mengakui, baginya sekarang lebih mudah membuka perusahaan. Sebab, pertama, selama ini ia selalu cermat mengalokasikan modalnya. Ia mengaku sebagai orang yang cukup hemat, baik dalam gaya hidup maupun pengeluaran perusahaan. Itu sebabnya, saat krisis 1997, dia justru mendapat untung besar dari pembelian aset-aset mesin perusahaan tekstil lainnya, sehingga perusahaannya bisa melakukan efisiensi biaya produksi dengan mesin-mesin yang baru tetapi bekas. Dari mana sumber dananya? “Ya, dari hasil penghematan itu,” ujarnya.
Kedua, ia memiliki perusahaan distribusi sendiri untuk produknya. Berkat strategi tersebut, ia memiliki jaringan nasional yang kuat sampai ke pasar becek. Berkat itu pula, ia merasa tidak perlu berpromosi besar-besaran. “Ada berbagai cara untuk ekspansi. Saya sendiri memilih menguatkan distribusi kami yang hingga kini sampai ke pasar modern dan pasar becek,” katanya.
Pilihan strategi ini juga yang membuat perusahaan-perusahaan Yacob tetap bernapas di saat perusahaan produk tekstil lainnya limbung dihajar produk kembaran asal Cina. Menurutnya, kebanyakan perusahaan jatuh karena terlalu mengandalkan pasar grosir. “Sektor tekstil itu dulu dipuja-puja, jadi banyak yang hanya bermain grosir. Sementara saya sudah menyasar ke pasar-pasar langsung dengan perusahaan distribusi. Jadi, begitu produk Cina menyerbu pada tahun 2000-an, saya sudah memiliki jaringan distribusi yang kuat,” ungkap suami dari Puji Binarti, atau yang akrab disapa Rosa itu.
Strategi lainnya yang menurut Yacob menjadi salah satu kunci keberhasilan pengembangan bisnisnya adalah kemampuannya mencetak kader-kader pemimpin bisnis yang gres. Ia berprinsip, jika seorang karyawan sudah 10 tahun mengikutinya, itulah saatnya dia harus menjadi pemimpin. Kalau tidak, berarti yang salah pemimpinnya karena tidak mampu memercayai bawahannya. “Kalau saya terus-menerus menaruh curiga dan memupuk ketidakpercayaan, perusahaan saya tidak akan sampai sebanyak sekarang,” ujar ayah Sylviana Kusmanto dan Naomi Kristiana Kusmanto ini.
Yacob menegaskan, bisnisnya yang sejati adalah mencetak pemimpin. Bisnis tekstil hanyalah kendaraan baginya. Dengan begitu, ia tidak sulit melepas perusahaan ke tangan orang yang dipercayainya. Bahkan, meski perusahaan itu baru didirikannya. Dengan pengalaman mengader orang, ia kini hanya menyingkat waktu kaderisasi dari 10 menjadi lima tahun saja.
Dengan kian cepatnya kemampuan mencetak pemimpin, laju ekspansi perusahaan juga kian kencang. “Dulu untuk menambah satu perusahaan bisa lima tahun, kini satu tahun bisa membuat 3-4 perusahaan,” katanya. Ia memang tak ragu mengader anak buahnya yang berkarakter jujur, gigih dan tak hitung-hitungan dalam bekerja. Mirip dirinya semasa muda dulu. “Yang terpenting bagi saya dalam menunjuk pemimpin adalah karakternya. Soal pendidikan, skill, dan lainnya itu bisa dilatih.”
Yacob mengaku prinsipmya merupakan kebalikan dari prinsip pengusaha lain yang kerap menutup rapat-rapat kondisi keuangan perusahaan. Di perusahaannya, mulai dari level kepala bagian sampai GM harus tahu kondisi keuangan perusahaan, berapa modal, berapa biaya pembelian, berapa harga jual, dan sebagainya. Ia tak takut rahasia bisnisnya dicuri pesaing atau karyawan yang berubah menjadi pesaing. Menurutnya, dari persaingan justru muncul kreativitas. Dan, Yacob lebih suka menyikapi kompetisi dengan dorongan untuk lebih kreatif ketimbang mengeluarkan sumpah serapah.
Hal itu dibuktikan saat salah satu pegawainya hengkang dari perusahaannya dengan membentuk perusahaan sejenis, plus membetot beberapa karyawan kuncinya. “Memang, dia kurang elok keluarnya. Tapi ya sudah. Kami tidak perlu cemas. Kami terus saja berinovasi,” ceritanya seraya tersenyum. Yacob pun tidak merasa perlu mengubah pendiriannya. Toh, laju perusahaannya yang masih tak terbendung seakan-akan memberikan dukungan nyata bagi prinsip-prinsipnya.
Retnowati, lulusan SMA yang menjadi Manajer Pabrik PT Tirai Pelangi Nusantara yang memproduksi Snobby, turut membuktikan implementasi prinsip bosnya. Sepuluh tahun lalu, Retno adalah pekerja di rumah Yacob yang juga dijadikan kantor. Berhubung turut tinggal di rumah Yacob di Bandung, Retno berinisiatif mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mengepel sebelum masuk kerja dan setelah jam kantor usai. Semua itu dilakukan tanpa perintah Yacob. “Soalnya, saya sejak awal berkeinginan bekerja sebaik mungkin jika mendapat pekerjaan. Semua itu saya lakukan karena saya tidak ingin gagal karena sekolah saya saja dibantu orang lain. Jadi, saya harus berikan yang terbaik saat bekerja,” ungkap muslimah kelahiran Cilacap itu.
Yacob pun ternyata memperhatikan kegigihannya. Walhasil, Retno yang awalnya bekerja di bagian pengemasan diberi keterampilan menjahit, selanjutnya menjadi pemimpin grup jahit, lalu dididik pengetahuan administrasi, kemudian diberi kepercayaan memimpin sebuah grup jahit di Kembangan, Jakarta Barat.
Tentu saja, tak semuanya berjalan mulus. Saat dipindahkan ke rumah Yacob di Kembangan yang juga merangkap kantor, Retno gagal memimpin grupnya. Ia pun kembali ditarik ke Bandung menjadi staf biasa. Meski sempat merasa kecewa pada diri sendiri, Retno tidak patah semangat. Dan ketika ada posisi lowong di PT Tirai pada 2009, ia pun kembali dipercaya Yacob menjadi manajer yang membawahkan bagian produksi. Dan, Juni 2010 ia dipercaya memegang seluruh kendali operasional, produksi dan pergudangan perusahaan tersebut dengan karyawan sekitar 500 orang. “Saya bersyukur diberi kepercayaan kembali. Saya sendiri ingin menaikkan omset perusahaan jadi dua kali lipat,” ujarnya yakin.
Di mata Felix Ferryanto Lukman, pengamat bisnis sekaligus dosen Manajemen Strategi Prasetiya Mulya Business School, Yacob mampu mengatasi salah satu masalah utama dalam bisnis keluarga, yakni delegasi kekuasaan karena minimnya kaderisasi. Umumnya, menurut Felix, perusahaan keluarga berpola one man show. Namun, tidak dengan Yacob. Ia mampu mendelegasikan hal-hal penting plus dengan tanggung jawab sepenuhnya ke calon pemimpin. “Jadi, dia tidak menitipkan pistol berpeluru hampa,” ujar Felix bermetafora.
Felix juga menyetujui langkah Yacob mendistribusikan produknya dengan memiliki perusahaan distribusi sendiri. Menurutnya, bisnis melulu bicara tentang sustainaibility. “Kalau Yacob mampu survive dengan cara ini, ya monggo,” ujarnya. Selain itu, dalam promosi tidak selalu harus mengandalkan iklan. Yacob bisa saja menggunakan word of mouth alias promosi getok tular dari para penjualnya yang terkadang bisa lebih berpengaruh ketimbang iklan di televisi.
Terkait corporate social responsibility (CSR) di bidang mentoring bisnis, Felix berpendapat seharusnya Yacob mempromosikannya ke publik. Karena, hal tersebut akan menguatkan keyakinan masyarakat bahwa orang yang berada di balik produk Dialogue, Snobby, dan sebagainya adalah orang yang kerap membantu sesama. “Dan cara terbaik melakukannya adalah dengan menggunakan strategi public relations agar penerimaan masyarakat lebih baik.”
Yacob, yang selalu enggan memaparkan omsetnya, tidak berniat berhenti di sini. Dirinya kini masih memiliki impian besar: mencetak 2.000 pemimpin, baik di lini bisnis maupun ranah masyarakat. “Saya bermimpi mencetak banyak general manager. Rumus saya untuk karyawan yang sudah saya serahi tanggung jawab sederhana: kalau mau dihancurkan, silakan; kalau mau dikembangkan, silakan. Karena ini semua juga milik Tuhan, saya hanya dipercaya jadi pengelolanya. Kalau pembantu rumah saya saja bisa jadi manajer, tentu yang lain juga. Itu yang saya katakan. Kita sebagai pemimpin bekerjanya juga jangan sampai jadi lokomotif yang terus-menerus menarik muatan. Tapi, mereka sendiri yang harus bisa mendorong dirinya. Dan, pendorong selanjutnya bukan saya, melainkan mereka. Ini saatnya mereka tampil,” kata Yacob menandaskan.(*)
Riset: Evi
Langganan:
Postingan (Atom)
NOMOR 2
Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...
-
Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (PINANDITO) dan akan senantiasa bert...
-
☼ MENUJU CAHAYA ALLAH (NUR ILLAHI) Apakah sesungguhnya cahaya Allah itu ? Perlu dipahami bahwa jika sinar matahari itu terdiri dari ...
-
18 Agustus 2017, wanci 14:30 perjalanan itu Saya lakukan. Bandung - Semarang dengan mengendarai motor Bajaj Pulsar 135. Jalur tengah Band...