Ilustrasi
MuslimahZone.com – Pernahkah Anda bertemu dengan orang-orang paruh baya yang
hidupnya berubah 180 derajat setelah mereka mengambil keputusan penting yang tiba-tiba
dengan alasan yang tak masuk akal?
Pada usia tertentu, sebagian besar
di akhir usia tiga puluhan sampai awal usia lima puluhan, baik pria maupun
wanita memiliki kemungkinan mengalami perasaan kehilangan identitas, depresi,
perubahan mood, dan ketidakpuasan tentang pilihan hidup mereka. Gejala ini
menunjukkan bahwa orang ini sedang melewati kurva penting dalam hidupnya yakni
krisis paruh baya (midlife crisis) atau biasa disebut puber kedua.
Namun sebanarnya hal ini belum tentu
juga menjadi krisis; ini merupakan masa transisi dalam hidup, yang menurut
beberapa faktor mungkin merupakan fase penting untuk menjadi sepenuhnya matang.
Ini adalah waktu untuk menyeberang jalan untuk melakukan perubahan radikal
dalam kehidupan pribadi dan profesional seseorang.
“Pertama-tama, krisis paruh baya
bukanlah sebuah terminal kehidupan dimana setiap orang harus melewatinya,
beberapa orang menjalani keseluruhan hidup mereka tanpa mengalami hal itu”,
papar Samar Abdo, seorang konselor sosial.
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa
krisis ini berbeda dalam pemicu, gejalanya, dan konsekuensinya antara satu
orang dengan yang lain dan antara pria dengan wanita.
Yang terburuk adalah ketika dipicu
oleh kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di masa kehidupan sebelumnya yang
kemudian muncul ke permukaan dengan krisis.
Keluarga Muslim harus sepenuhnya
menyadari penyebab, gejala, dan konsekuensi; mereka harus tahu bagaimana
menangani transisi ini sebelum mengancam kehidupan seluruh keluarga pada saat
ini dan masa yang akan datang.
“Untuk waktu yang lama,
komunitas-komunitas Muslim memiliki tradisi masing-masing dan nilai-nilai yang
membuat masalah-masalah sosial berbeda satu dengan yang lain, tapi setelah
globalisasi, kita tidak dapat menentukan karakteristik tertentu dari krisis -paruh
baya- ini di negara-negara Muslim”, komentar Abdo.
Beberapa orang memiliki persepsi
yang salah tentang krisis paruh baya ini dengan pemahaman yang sangat terbatas,
padahal fenomena yang terjadi cukup luas. Mereka membatasi fase ini pada pria
yang menikah dengan wanita lain atau pria yang memiliki affair.
Gejala
Tanda-tanda khas dan gejala yang
mungkin termasuk:
- Ketidakpuasan dengan gaya hidup yang disenangi.
- Berkurangnya keinginan berhubungan dengan teman.
- Mempertimbangkan dan mempertanyakan keputusan yang telah diambil, yang biasanya dikaitkan dengan kebingungan tentang masa depan.
- Berpikir lagi untuk memiliki pasangan –baru-.
- Insomnia, kelelahan, mengubah kebiasaan makan.
- Dilanda kecemasan dan mudah tersinggung.
Krisis atau transisi ini cenderung terjadi
bersamaan dengan peristiwa kehidupan yang signifikan dan cukup berat, seperti
penderitaan karena kehilangan sesuatu yang berharga atau masalah keuangan.
Ini mungkin menjadi gejala umum bagi
pria dan wanita, namun, memahami bagaimana krisis ini berlangsung secara
berbeda pada masing-masing personal pria dan wanita menjadi pendekatan yang
sangat penting untuk dapat menangani fase kehidupan yang satu ini.
Krisis Pada Pria
Pada usia ini, pria biasanya merasa
takut terhadap penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan; mereka
memiliki pikiran seperti menjadi kurang menarik dan menjadi khawatir tentang
akhir masa depan mereka. Mereka juga mengalami:
- Menderita kehilangan identitas.
- Mencoba bisnis dan hobi baru dan membeli gadget baru.
- Melakukan hubungan baru baik melalui pernikahan atau tidak, tanpa memikirkan secara realistis hubungannya terhadap naik turunnya kehidupan perkawinan yang mereka jalani saat ini.
- Memiliki kecenderungan untuk menikahi wanita muda.
Krisis Pada Wanita
Bagi wanita, mereka merasa sudah
saatnya untuk melakukan apapun yang mereka suka, mencapai hal-hal yang mereka
tidak bisa lakukan sebelumnya semasa mengurus anak-anaknya.
Tanda-tanda umum dan gejala lain meliputi:
Tanda-tanda umum dan gejala lain meliputi:
- Kesepian.
- Depresi.
- Merasa tidak cantik lagi, gejala ini megakibatkan ia senang mencoba gaya baru, menggunakan Botox untuk menghapus keriput, memakai make-up tebal atau mengenakan pakaian remaja.
- Perceraian.
- Memiliki hubungan baru dengan laki-laki yang memenuhi syarat yang mungkin berlanjut ke pernikahan.
Wanita umumnya menjadi lebih banyak
berharap pada tahap ini.
Konsekuensi
Konsekuensi dari midlife crisis
ini mulai dari yang ringan, seperti mengubah gaya hidup atau karir sampai
dengan konsekuensi terberat seperti depresi yang parah yang sampai berpikir
tentang bunuh diri atau benar-benar melakukannya.
Baik pria maupun wanita mungkin
keliru berpikir, mereka mempertimbangkan kembali pilihan mereka untuk anak-anak
mereka, sehingga mereka memilihkan apa yang mereka pandang sebagai karier yang
tepat untuk anak-anak mereka, atau pasangan yang cocok.
Orang yang tidak berbicara dan
menyimpan masalah mereka sendiri mungkin akan menarik diri dari keluarga
mereka, dan ini merupakan keputusan yang sangat salah dalam fase kehidupan ini.
Beberapa wanita mungkin mengambil
paksa anak-anak lelaki mereka sebagai pengganti kurang terpenuhinya kebutuhan
emosi mereka dengan suaminya, yang biasanya mewujud sebagai kendali ibu
mertua yang menghancurkan hidup anaknya!
Jalan Keluar
Mengingat fakta-fakta sebelumnya,
kita dapat dengan mudah menyatakan bahwa semakin seseorang tidak menerima
kenyataan hidupnya –bahwa ia sedang mengalami krisis ini- atau disebut
mengalami periode penolakan, semakin dalam masalah, dan lebih buruk akibatnya.
Hanya orang-orang bijak memanfaatkan
periode ini dalam hidup mereka untuk perbaikan diri dan kematangan mereka.
- Jangan beri orang lain kesempatan untuk memberitahu Anda bahwa Anda tidak punya hak untuk bersedih atau tidak puas, tentu saja, itu hakmu dan hak setiap orang untuk berpikir apapun yang mereka suka.
- Pria dan wanita harus benar-benar jujur tentang emosi mereka, ketakutan mereka dan harapan mereka.
- Menerima dan melakukan : menerima kenyataan bahwa Anda memiliki masalah dan berkomitmen untuk menanganinya sebanyak yang Anda bisa.
- Jangan melompat pada solusi sementara, cobalah untuk percaya pada proses perbaikan yang permanen atau berkelanjutan pada keluarga Anda meski jika itu bukan gambaran sempurna yang sesuai ambisi Anda.
- Jika Anda merasa krisis akan terlalu jauh dan berubah menjadi depresi, Anda harus mencari bantuan segera .
“Baik pria maupun wanita harus
selalu percaya bahwa tidak pernah terlambat dan tidak memalukan untuk mencari
bantuan”, Abdo menyarankan.
Anda dapat menghubungi para ahli
dalam kasus ini seperti psikiater, psikolog, atau pelatih. Atau jika Anda tidak
ingin nasihat seorang ahli, Anda harus berbagi emosi dan keputusan bersama
keluarga atau teman dekat .
- Selalulah ada untuk pasangan Anda, dan coba untuk memahami apa yang dia inginkan tanpa menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah.
- Cobalah untuk melakukan hal-hal baru sebagai bagian dari keluarga daripada individu.
- Tetapkan tujuan baru dalam hidup, dan pecahkan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil sehingga Anda dapat mencapai tujuan baru Anda.
- Jangan terlalu khawatir tentang kesehatan Anda, pekerjaan dan karir, lakukan apa yang berhak Anda dilakukan.
- Cobalah makanan baru, hobi baru, pergi ke liburan di tempat yang berbeda dengan kegiatan yang berbeda pula.
- Jangan mengambil keputusan yang tak terukur tanpa evaluasi menyeluruh.
- Cobalah untuk menjalani hidup Anda dan menikmati hal-hal sederhana sambil pergi keluar dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini akan berpengaruh jauh lebih baik daripada mengubur diri dengan gadget yang lebih banyak sepanjang waktu .
Diterjemahkan bebas dari artikel
Rasha Dewedar dalam situs onislam.net. Ia adalah seorang penulis lepas
yang berbasis di Kairo, merupakan ibu dari 3 orang anak dan tertarik pada
isu-isu seputar perempuan dan gender .
(esqiel/muslimahzone.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar