Minggu, 12 Januari 2014

Antara Laki-Laki dan Wanita, Apa Itu Puber Kedua?





Ilustrasi

MuslimahZone.com – Pernahkah Anda bertemu dengan orang-orang paruh baya yang hidupnya berubah 180 derajat setelah mereka mengambil keputusan penting yang tiba-tiba dengan alasan yang tak masuk akal?
Pada usia tertentu, sebagian besar di akhir usia tiga puluhan sampai awal usia lima puluhan, baik pria maupun wanita memiliki kemungkinan mengalami perasaan kehilangan identitas, depresi, perubahan mood, dan ketidakpuasan tentang pilihan hidup mereka. Gejala ini menunjukkan bahwa orang ini sedang melewati kurva penting dalam hidupnya yakni krisis paruh baya (midlife crisis) atau biasa disebut puber kedua.
Namun sebanarnya hal ini belum tentu juga menjadi krisis; ini merupakan masa transisi dalam hidup, yang menurut beberapa faktor mungkin merupakan fase penting untuk menjadi sepenuhnya matang. Ini adalah waktu untuk menyeberang jalan untuk melakukan perubahan radikal dalam kehidupan pribadi dan profesional seseorang.
“Pertama-tama, krisis paruh baya bukanlah sebuah terminal kehidupan dimana setiap orang harus melewatinya, beberapa orang menjalani keseluruhan hidup mereka tanpa mengalami hal itu”, papar Samar Abdo, seorang konselor sosial.
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa krisis ini berbeda dalam pemicu, gejalanya, dan konsekuensinya antara satu orang dengan yang lain dan antara pria dengan wanita.
Yang terburuk adalah ketika dipicu oleh kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di masa kehidupan sebelumnya yang kemudian muncul ke permukaan dengan krisis.

Keluarga Muslim harus sepenuhnya menyadari penyebab, gejala, dan konsekuensi; mereka harus tahu bagaimana menangani transisi ini sebelum mengancam kehidupan seluruh keluarga pada saat ini dan masa yang akan datang.
“Untuk waktu yang lama, komunitas-komunitas Muslim memiliki tradisi masing-masing dan nilai-nilai yang membuat masalah-masalah sosial berbeda satu dengan yang lain, tapi setelah globalisasi, kita tidak dapat menentukan karakteristik tertentu dari krisis -paruh baya- ini di negara-negara Muslim”, komentar Abdo.
Beberapa orang memiliki persepsi yang salah tentang krisis paruh baya ini dengan pemahaman yang sangat terbatas, padahal fenomena yang terjadi cukup luas. Mereka membatasi fase ini pada pria yang menikah dengan wanita lain atau pria yang memiliki affair.

Gejala
Tanda-tanda khas dan gejala yang mungkin termasuk:
  • Ketidakpuasan dengan gaya hidup yang disenangi.
  • Berkurangnya keinginan berhubungan dengan teman.
  • Mempertimbangkan dan mempertanyakan keputusan yang telah diambil, yang  biasanya dikaitkan dengan kebingungan tentang masa depan.
  • Berpikir lagi untuk memiliki pasangan –baru-.
  • Insomnia, kelelahan, mengubah kebiasaan makan.
  • Dilanda kecemasan dan mudah tersinggung.
Krisis atau transisi ini cenderung terjadi bersamaan dengan peristiwa kehidupan yang signifikan dan cukup berat, seperti penderitaan karena kehilangan sesuatu yang berharga atau masalah keuangan.
Ini mungkin menjadi gejala umum bagi pria dan wanita, namun, memahami bagaimana krisis ini berlangsung secara berbeda pada masing-masing personal pria dan wanita menjadi pendekatan yang sangat penting untuk dapat menangani fase kehidupan yang satu ini.

Krisis Pada Pria
Pada usia ini, pria biasanya merasa takut terhadap penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan;  mereka memiliki pikiran seperti menjadi kurang menarik dan menjadi khawatir tentang akhir masa depan mereka. Mereka juga mengalami:
  • Menderita kehilangan identitas.
  • Mencoba bisnis dan hobi baru dan membeli gadget baru.
  • Melakukan hubungan baru baik melalui pernikahan atau tidak, tanpa memikirkan secara realistis hubungannya terhadap naik turunnya kehidupan perkawinan yang mereka jalani saat ini.
  • Memiliki kecenderungan untuk menikahi wanita muda.

Krisis Pada Wanita
Bagi wanita, mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan apapun yang mereka suka, mencapai hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan sebelumnya semasa mengurus anak-anaknya.
Tanda-tanda umum dan gejala lain meliputi:
  • Kesepian.
  • Depresi.
  • Merasa tidak cantik lagi, gejala ini megakibatkan ia senang mencoba gaya baru, menggunakan Botox untuk menghapus keriput, memakai make-up tebal atau mengenakan pakaian remaja.
  • Perceraian.
  • Memiliki hubungan baru dengan laki-laki yang memenuhi syarat yang mungkin berlanjut ke pernikahan.
Wanita umumnya menjadi lebih banyak berharap pada tahap ini.

Konsekuensi
Konsekuensi dari midlife crisis ini mulai dari yang ringan, seperti mengubah gaya hidup atau karir sampai dengan konsekuensi terberat seperti depresi yang parah yang sampai berpikir tentang bunuh diri atau benar-benar melakukannya.
Baik pria maupun wanita mungkin keliru berpikir, mereka mempertimbangkan kembali pilihan mereka untuk anak-anak mereka, sehingga mereka memilihkan apa yang mereka pandang sebagai karier yang tepat untuk anak-anak mereka, atau pasangan yang cocok.
Orang yang tidak berbicara dan menyimpan masalah mereka sendiri mungkin akan menarik diri dari keluarga mereka, dan ini merupakan keputusan yang sangat salah dalam fase kehidupan ini.
Beberapa wanita mungkin mengambil paksa anak-anak lelaki mereka sebagai pengganti kurang terpenuhinya kebutuhan emosi mereka dengan suaminya, yang biasanya mewujud sebagai  kendali ibu mertua yang menghancurkan hidup anaknya!
Jalan Keluar
Mengingat fakta-fakta sebelumnya, kita dapat dengan mudah menyatakan bahwa semakin seseorang tidak menerima kenyataan hidupnya –bahwa ia sedang mengalami krisis ini-  atau disebut mengalami periode penolakan, semakin dalam masalah, dan lebih buruk akibatnya.
Hanya orang-orang bijak memanfaatkan periode ini dalam hidup mereka untuk perbaikan diri dan kematangan mereka.
  • Jangan beri orang lain kesempatan untuk memberitahu Anda bahwa Anda tidak punya hak untuk bersedih atau tidak puas, tentu saja, itu hakmu dan hak setiap orang untuk berpikir apapun yang mereka suka.
  • Pria dan wanita harus benar-benar jujur ​​tentang emosi mereka, ketakutan mereka dan harapan mereka.
  • Menerima dan melakukan : menerima kenyataan bahwa Anda memiliki masalah dan berkomitmen untuk menanganinya sebanyak yang Anda bisa.
  • Jangan melompat pada solusi sementara, cobalah untuk percaya pada proses perbaikan yang permanen atau berkelanjutan pada keluarga Anda meski jika itu bukan gambaran sempurna yang sesuai ambisi Anda.
  • Jika Anda merasa krisis akan terlalu jauh dan berubah menjadi depresi, Anda harus mencari bantuan segera .
“Baik pria maupun wanita harus selalu percaya bahwa tidak pernah terlambat dan tidak memalukan untuk mencari bantuan”, Abdo menyarankan.
Anda dapat menghubungi para ahli dalam kasus ini seperti psikiater, psikolog, atau pelatih. Atau jika Anda tidak ingin nasihat seorang ahli, Anda harus berbagi emosi dan keputusan bersama keluarga atau teman dekat .
  • Selalulah ada untuk pasangan Anda, dan coba untuk memahami apa yang dia inginkan tanpa menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah.
  • Cobalah untuk melakukan hal-hal baru sebagai bagian dari keluarga daripada individu.
  • Tetapkan tujuan baru dalam hidup, dan pecahkan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil sehingga Anda dapat mencapai tujuan baru Anda.
  • Jangan terlalu khawatir tentang kesehatan Anda, pekerjaan dan karir, lakukan apa yang berhak Anda dilakukan.
  • Cobalah makanan baru, hobi baru, pergi ke liburan di tempat yang berbeda dengan kegiatan yang berbeda pula.
  • Jangan mengambil keputusan yang tak terukur tanpa evaluasi menyeluruh.
  • Cobalah untuk menjalani hidup Anda dan menikmati hal-hal sederhana sambil pergi keluar dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini akan berpengaruh jauh lebih baik daripada mengubur diri dengan gadget yang lebih banyak sepanjang waktu .

Diterjemahkan bebas dari artikel Rasha Dewedar dalam situs onislam.net. Ia adalah seorang penulis lepas yang berbasis di Kairo, merupakan ibu dari 3 orang anak dan tertarik pada isu-isu seputar perempuan dan gender .
 (esqiel/muslimahzone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...