Minggu, 12 Januari 2014

PUBER KEDUA : DIALAMI LELAKI ATAU JUGA PEREMPUAN?




Jadi seperti serial cinta ya?
Awalnya hanya ingin berbagi masalah Jatuh Cinta (lagi) Bukan Dengan Pasanganmu, Menawarkan Poligami pada Suamiku; lalu berlanjut ke Puber Kedua. Banyak yang menanyakan masalah ini. Bagaimana sebetulnya puber kedua yang dicemaskan perempuan dan membuat lelaki berhasrat menyala kembali? Betulkah puber kedua ada? Kalau puber kedua selalu dikaitkan dengan percintaan baru, kaum adam yang lebih genit, dimana perempuan sebetulnya?

MAKNA PUBER

Puber berasal dari kata pubbish (maaf..) artinya bulu halus pada organ dalam, yang mulai muncul saat anak mulai remaja. Puberty is a stage during which sexual functions reach maturity, which marks the beginning of adolescence. Pubertas adalah tahapan ketika fungsi seksual mencapai kematangan, yang merupakan penanda permulaan masa dewasa.
Dari makna ilmiah, jelas terlihat bahwa pubertas sebetulnya merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, yang sering diterjemahkan sebagai masa remaja. Beberapa teori lain mengatakan pubertas adalah masa sebelum masa remaja, selama 2 tahun dan merupakan masa yang penuh badai pemberontakan sebab anak-anak cemas, bingung, dengan perubahan hormonal tubuh termasuk beberapa fungsi primer seksual yang berubah baik di anak lelaki maupun anak perempuan. Lelaki ditandai mimpi basah, perempuan menstruasi. Diikuti dengan tanda-tanda sekunder seperti berubahnya suara, panggul dan dada membesar, juga emosi yang berubah terhadap orangtua, lingkungan dan lawan jenis.
Jadi, secara ilmiah puber kedua tentunya kurang tepat.
Baik lelaki atau perempuan hanya sekali megalami perubahan dari anak-anak ke dewasa. Tetapi perlu kemudian diadakan tinjauan ulang, bila dalam tahapan perkembangan terdapat missing link (seperti teori evolusi ya?)
Mazhab Gestalt berpaham, selalu ada unfinished business pada diri manusia yang akan menagih suatu saat nanti. Istilah masa kecil kurang bahagia, masa remaja kurang foya-foya, bila tidak ditangani tepat akan ‘menagih’ di suatu era tahapan dimana seharusnya tidak terjadi. Timbullah stigma : sudah tua , kok masih belagu kayak anak muda? Padahal sesugguhnya orang tersebut hanya melengkapi bagian dari tahapan kehidupannya yang hilang.

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA
Erik Erikson menyusun teorinya yang sangat terkenal dalam Psikologi Perkembangan/ Kepribadian yang dikenal dengan 8 Tahap Perkembangan Manusia, dimana Erikson melengkapinya dengan psychososcial crisis, setiap tahapan yang tidak terpenuhi aka memunculka krisis psikososial, alias kehidupan interaksinya dengan orang lain terganggu. Hal yang membuat teori Erikson terkenal adalah versus atau kebalikan yang muncul.
1. Trust versus mistrust (1 tahun)
2. Autonomy versus shame & doubt ( 2-3 tahun)
3. Initiative versus guilt (4- 6 tahun)
4. Industry versus inferiority ( 6 – pubertas)
5. Identity versus confusion (remaja)
6. Intimacy versus isolation (awal dewasa)
7. Generativity versus self absorption (tengah dewasa)
à 40 tahun
8. Integrity versus despair (akhir dewasa)
Kita fokuskan pada masa dewasa. Ada pertanyaan-pertanyaan krusial yang muncul di tiap tahapan perkembangan :
Keintiman VS Isolasi : apalah aku akan hidup bersama atau selamanya sendiri?
Generatif VS Keasyikan sendiri : apakah aku telah menghasilkan sesuatu yang bernilai?
Integritas VS Keputus asaan : apakah hidupku telah utuh sempurna?

MIDLIFE CRISIS
Krisis paruh usia midlife crisis diartikan sebagai a difficult, turbulent period of doubts and reappraisal of one’s life. Periode sulit, bergolak, keraguan, dan menilai kembali hidup seseorang.
Jika periode intimacy seseorang ingin menikah (biasanya 20-30 tahun); maka di usia 40 an pertanyaan-pertanyaan yang muncul banyak yang bernilai kesangsian atau penilaian kembali.
jangan-jangan aku salah milih suami/istri?
jangan-jangan pekerjaan yang selama ini kutekuni sesungguhnya nggak sesuai minat dan bakatku?
mengapa ekonomi orang lain berhasil, aku masih stagnan?
Cinta, hubungan intim, bukan hanya satu-satunya masalah yang muncul pada era midlife crisis. Banyak hal megalami kebuntuan, kekecewaan. Sebab usia 40an seharusnya menjanjikan kematangan yang dalam tahapan perkembangan seharusnya sudah Generativity : memproduksi sesuatu, mewariskan sesuatu, mempersiapkan geerasi dan estafet berikutnya. Ketika bayak hal belum terpenuhi, manusia gusar.

LELAKI , PEREMPUAN?
Midlife crisis dialami lelaki dan perempuan.
Kebosanan, stagnan, kekecewaan mudah hinggap. Apalagi di era informasi bebas seperti ini dimana kita bisa mengakses berita dengan mudah via FB, blog, tweet: lho, teman SMP ku dulu sudah sukses? Ini teman SMA ku yang dulu gak punya prestasi apa-apa, kok bisa kaya dan serig banget ke luar negeri? Istri si Budi keren banget : cantik, energik, pintar lagi.
Jangan dikira hanya lelaki. Perempuan pun demikian.
”Ah, dulu, kami sepakat berjuang bersama membangun mahligai. Nyatanya aku mengalah terus, aku berkorban. Aku juga kerja, tapi lihat, sampai sekarang juga gak punya apa-apa. Trasportasi hanya sepeda motor, boro-boro mobil atau kosmetik. Baju aja kudu nyicil sendiri. Beli sepatu aja diprotes suami.”
Perempuan dalam stagnansi, kebosanan, sama berbahayanya dengan lelaki. Ia juga bisa jatuh cinta dan kasmaran dengan lelaki lain yang menjanjikan kewibawaan, kedewasaan, pegetahuan lebih dari suami.
Midlife crisis.
Inilah saatnya kita menilai pasangan.
Lebih tajam. Lebih menguliti.
Hidup yang telah terlampaui separuh usia seolah berlalu dalam kehampaan, tanpa mengukir prestasi apapun. Dilengkapi anak-anak remaja yang tengah memberontak, kedua orangtua yang juga semakin membutuhkan perhatian, pekerjaan yang hanya berubah sedikit dari waktu ke waktu, lengkaplah midlife crisis menjadikan orang mejadi berubah ke arah tak terduga.

CARI KEHIDUPAN BARU?
Kehidupan pola baru harus diupayakan, untuk menyalaka kembali semangat yang mulai punah. Tidak selalu harus dengan pasangan baru, pasangan lama pun dapat dibangkitkan kembali gairahnya untuk menemukan hal-hal menakjubkan dalam hidup.
career development peaks : puncak perkembangan karir, bisa dalam pengertian positif atau negatif. Perlu diperbaharui pandanga umum tentang karir. Selalu menghasilkan uang, atau mengahsilkan kebaikan? Mungkin tidak sekaya tema-teman, tetapi keberkahan bukan berada pada banyak, tetapi kemanfaatan.
 
wisdom : kebijaksanaan perlu dipertajam. Di masa lalu bolehlah gampang berperilaku buruk, sekarang dikurangi. Hubungan transendental harus lebih fokus, kehidupan semakin bergerak maju dan tua, bukan semakin muda. Perbaiki sedikit demi sedikit ibadah, persepsi, kerja hati.
long time memory decline : nah! Inilah guna hafalan Quran! Mempertajam memori!
intellectual productivity & problem solving skill : yang lain boleh menurun, tetapi intelektual dan skill insyaAllah stabil. Mengapa tidak kuliah atau kursus lagi? Bahasa Arab, Ma’had, olahraga? Pelajari bagaimana Al Ghazali, Ibnu Sina, bahka Yusuf Qordhowi tetap produktif di usia 80 tahun dalam prestasi dan kebijaksanaan.

relationship : perbaiki hubungan dengan orangtua, saudara, teman-teman, sahabat, lingkungan. Terutama anak-anak dan pasangan harus mendapatkan porsi sepesial Relationship membutuhkan pembahasan khusus. Jangan lupakan hubungan sosial kemasyarakatan (termasuk dakwah). Semakin kuat interaksi, semakin kuat self esteem atau perasaan berharga, semakin puas terhadap hidup ini.

family concern : keluarga sebagai pelabuhan, tempat berteduh, tempat mengobati kelelahan harus mendapatkan porsi perhatian. Ajak pasangan melihat apa yang kurang dalam keluarga. Hal-hal kecil dapat kembali dijadikan komitmen : bagaimana masalah sampah, pakaian kotor, tugas rumah sampai persoalan lain yang lebih spesifik

attraction to a partner : mengapa tidak menjadikan pasangan terpesona saat pulang ke rumah? Ganti potongan rambut, facial sendiri, rok dan kaos, scrubbing; bukanlah barang mahal yang tidak bisa diupayakan.

by : Sinta Yudisia
Fak. Psikologi Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...