Dengan nama Allah yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang
Kepada
Yang Mulia Tuan Gorbachev, Ketua Presidium Uni Soviet
Dengan
keinginan demi kebahagiaan dan kesejahteraan Anda dan rakyat Uni Soviet.
Semenjak Anda memegang kekuasaan, timbul kesan bahwa Anda, dalam menganalisa
masalah politik dunia, khususnya yang timbul menyangkut Uni Soviet, telah
mendapati diri dalam era baru penafsiran kembali, peralihan dan tantangan.
Keberanian dan keteguhan Anda menghadapi kenyataan internasional tersebut
nampaknya akan membawa perubahan pertimbangan kekuasaan di dunia sehingga saya
merasa perlu meminta perhatian Anda pada beberapa hal berikut ini.
Meskipun
sikap dan keputusan Anda yang baru itu hanya terbatas pada bagaimana cara
mengatasi problema kepartaian selain dilema bangsa Anda, namun keberanian Anda
meninjau kembali ideologi yang selama bertahun-tahun telah memenjarakan kaum
revolusioner dunia dalam tirai besi, pantas mendapat pujian. Tetapi jika Anda
mau berfikir lebih jauh dari itu, masalah pertama yang pasti menolong Anda
mencapai keberhasilan adalah meninjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan
pendahulu Anda dalam meneguhkan ateisme dan ketidakberagamaan.
Ketahuilah,
inilah satu-satunya jalan realistis untuk mengatasi masalah-masalah dunia.
Mungkin saja kebijakan dan praktek-praktek menyimpang para pemimpin komunis
terdahulu dalam bidang ekonomi menyebabkan dunia Barat menjadi tampak menarik,
padahal tidak demikian. Jika Anda ingin mengakhiri luka ekonomi
sosialisme-komunisme Barat. Bukan saja Anda tidak mampu menyembuhkan
penderitaan masyarakat Soviet, tapi juga akan mengundang orang lain mengatasi
kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan. Karena jika Marxisme telah mengalami
jalan buntu dalam aspek ekonomi dan sosialnya, maka Barat pun mengalami
problema yang sama, tentu dengan cara yang berbeda.
Yang
Mulia Tuan Gorbachev, seharusnya kita menyerahkan diri kepada kebenaran. Masalah
utama negara Anda tidaklah bersumber dari kepemilikan atau ekonomi atau
kebebasan; namun masalah Anda yang sebenarnya berasal dari tiadanya keimanan
yang hakiki kepada Tuhan, masalah sama yang juga menyeret Barat kepada
kehancuran dan jalan buntu. Problema Anda berasal dari perang yang
berkepanjangan dan sia-sia terhadap Tuhan, sumber hakiki makhluk dan alam
semesta. Yang Mulia Gorbachev, sangatlah jelas bagi semua orang bahwa mulai
sekarang dan seterusnya, kehendaknya orang mencari komunisme dalam museum
sejarah politik dunia, karena Marxisme tidak mampu memenuhi kebutuhan hakiki
manusia.
Marxisme
adalah aliran materialistis, dan hanya dengan materialisme, seseorang tidak
akan mampu menyelamatkan manusia dari kriris ketiadaan kepercayaan dalam
spiritualitas. Yang merupakan penderitaan terparah menimpa masyarakat manusia
di Timur dan Barat.
Yang
Mulia Tuan Gorbachev, boleh jadi dalam beberapa aspek, Anda tidaklah berpaling
dari Marxisme dan bahkan di masa depan Anda mungkin saja menyuarakan keyakinan
teguh terhadap Marxisme dalam wawancara-wawancara di depan umum; bagaimanapun,
Anda sendiri tahu betul bahwa yang benar bukan itu.
Pemimpin
Cina memberikan pukulan pertama kepada komunisme dan Anda memberikan pukulan
kedua yang nampaknya merupakan pukulan terakhir. Dewasa ini tidak ada lagi yang
bernama komunisme di dunia ini. Namun, secara tulus saya mengharapkan kiranya
Anda untuk tidak terperangkap dalam penjara Barat dan Setan Besar ketika Anda
mendobrak tirai-tirai besi idealisme Marxis. Saya harapkan Anda memperoleh
kehormatan, menghapus sisa-sisa terakhir dari tujuh puluh tahun penyelewengan
komunisme dunia dari lembaran sejarah dan tanah air Anda.
Dewasa
ini, bahkan negara-negara yang biasanya dianggap sekutu Anda, yang sangat
berhasrat untuk melindungi kepentingan rakyat dan negerinya, tidak lagi mampu
meyakinkan diri mereka untuk menggunakan kekayaan nasionalnya. Baik yang di
atas maupun yang di bawah tanah, untuk membuktikan kebenaran komunisme, yang
gemeretak keruntuhannya telah terdengar oleh para penganutnya. Yang Mulia Tuan
Gorbachev, ketika seruan “Allah Maha Besar” dan pernyataan kesaksian akan
kerasulan Nabi terakhir SAW, terdengar kembali setelah tujuh puluh tahun dari
menara-menara mesjid pada sebagian Republik Soviet, bergetarlah hati seluruh pengikut
sejati Islam yang dibawa Muhammad SAW.
Karena
itu, saya merasa perlu menyebutkan hal ini kepada Anda agar Anda sekali lagi
mempertimbangkan pandangan dunia materialis maupun ilahi. Kaum materialis
menganggap indera sebagai kriteria pengenalan mereka dan segala sesuatu yang
berada di luar jangkauan indera tidaklah termasuk dalam wilayah pengetahuan.
Mereka berpendapat, keberadaan (eksistensi) sama dengan wujud material,
karenanya segala sesuatu yang bukan materi dianggap tidak berada. Dengan
demikian, mereka memandang alam gaib, seperti eksistensi Allah yang Maha Kuasa,
wahyu Ilahi, Misi Kenabian dan Hari Kebangkitan sebagai dongeng semata-mata.
Dasar
pengetahuan dalam pandangan dunia Ilahi terdiri dari “indera” dan “akal”, dan
segala sesuatu yang “rasional” termasuk dalam wilayah pengetahuan, walaupun
tidak terjangkau indera. Karena itu yang terlihat dan tak terlihat dapat
berada. Sebagaimana pengetahuan tentang hal-hal-material bergantung pada
nonmaterial, pengetahuan empiris bersandar pada pengetahuan rasional. Al-Quran
al-Karim mengkritik dasar-dasar pandangan dunia kaum materialis dan argumen
yang menganggap Tuhan itu tidak ada, dengan asumsi bahwa sekiranya Tuhan ada,
tentu bisa dilihat; atau orang-orang yang berkata: “Kami tidak akan percaya kepada
engkau sebelum kami melihat Allah dengan nyata.” (QS, al-Baqarah, 2:55).
Al-Quran menolak mereka dengan mengatakan: “Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’aam, 6: 103)
Kita
juga dapat membuktikan hal-hal Wahyu Ilahi, Misi Kenabian dan Hari Akhirat
tanpa menggunakan argumen-argumen yang diajukan oleh Al-Quran Suci yang dalam
pandangan Anda merupakan perkara yang masih diperdebatkan. Pada prinsipnya,
saya cenderung untuk tidak melibatkan Anda dalam kepelikan-kepelikan para
filosof khususnya para filosof Islam. Saya cukupkan dengan dua contoh
sederhana, mudah dipahami secara fitri serta bermanfaat bagi para politisi
sekalipun.
Jelaslah
bahwa materi dan jasa, apapun adanya, tidaklah sadar akan dirinya. Telah
merupakan ciri khas benda fisik bahwa ia tak sadar dan tak mengetahui apa-apa,
padahal kita lihat dengan jelas bahwa dan manusia dan makhluk hidup menyadari
lingkungannya. Mereka mengetahui di mana mereka berada dan merasakan apa yang
terjadi di sekeliling mereka. Jadi, manusia dan makhluk hidup memiliki sesuatu
yang melampaui benda dan berbeda dari benda, yang tak bersama kematian.
Diketahui
pula bahwa menurut fitrahnya manusia cenderung kepada kesempurnaan tanpa batas.
Dan Anda sangat mengetahui bahwa manusia pencari kekuasaan berhasrat menjadi
mahakuasa di dunia. Dari itu ia tidak tertarik kepada suatu kekuasaan yang tak
sempurna. Sekalipun, misalnya ia menguasai alam semesta dan dikatakan kepadanya
bahwa ada suatu dunia lain maka secara alami ia akan berhasrat untuk menguasai
dunia lain itu pula. Manusia penuntut ilmu, betapa pun terpelajarnya, jika ia
mendengar ada ilmu lain, secara alami akan ingin mendapatkan ilmu itu pula.
Maka
tentulah ada kekuasaan yang mutlak dan pengetahuan mutlak sebagai sifat-sifat
suatu wujud yang merupakan objek cinta dan pencarian manusia. Itulah Tuhan yang
Mahakuasa yang kepada-Nya kita semua berusaha menuju, sekalipun kita tidak
menyadarinya. Manusia pada galibnya berhasrat untuk mencapai Yang Mutlak dan
larut di dalam-Nya. Pada prinsipnya, gairah besar akan kehidupan yang kekal,
yang merupakan fitrah semua orang, adalah petunjuk akan kehidupan yang kekal
dan kekekalan terhadap maut.
Jika
Anda bermaksud melakukan penyelidikan tentang masalah-masalah tersebut, Anda
dapat memerintahkan para ahli untuk mengkaji, selain buku-buku para filosof
Barat, karangan-karangan al-Farabi dan Ibu Sina (semoga Allah melimpahkan
kedamaian atas mereka) dalam filsafat peripatetik (masysy’iyyin), karena
pengkajian tersebut akan membuktikan bahwa hukum sebab-akibat yang ada padanya
segala pengetahuan berpijak didasarkan pada pengetahuan rasional dan bukan
pengalaman inderawi serta pemahaman universal maupun hukum-hukum umum yang ada padanya
bersandar setiap argumentasi, juga bersifat rasional yang tidak inderawi.
Sekaitan dengan ini, mereka dapat menelaah karya-karya Suhrawardi dalam
filsafat Iluminasi (Isyraqi). Secara ahli dia menjelaskan kenyataan bahwa
setiap benda dan objek material membutuhkan “cahaya” murni yang sepenuhnya tak
dapat diindera, dan bahwa konsepsi intuitif manusia tentang hakikat manusia
juga sama sekali jauh melampaui dari persepsi inderawi.
Anda
juga dapat meminta para ahli untuk menelaah karya terkenal Sadra al-Muta’aliyyin
(semoga Allah melimpahkan rahmat baginya dan membangkitkannya bersama para nabi
dan orang-orang yang saleh) dalam filsafat Transendental (al-Hikmah
al-Muta’aliyah) sehingga akan jelas bagi Anda bahwa realitas pengetahuan
sesungguhnya adalah entitas yang terpisah dari materi, karena itu ia juga tidak
diatasi hukum-hukum materi. Saya tidak ingin menjemukan Anda lebih jauh dengan
detail-detail, karena itu saya tidak sebutkan judul dari kitab-kitab para
pemikir besar lainnya, khususnya Muhyiddin ib Arabi.
Jika
Anda ingin mendalami seluk-beluk pemikiran sarjana besar ini, silahkan kirim
beberapa ahli pikir Soviet yang berkualitas tinggi dan dipersiapkan dengan baik
dalam bidang ini ke Qum, supaya beberapa tahun, dengan karunia Allah, mereka
akan memperoleh pengetahuan tentang hal-hal subtil tersebut dan tanpa
perjalanan ini kesadaran yang demikian takkan menjadi kenyataan.
Yang
Mulia Tuan Gorbachev, sekarang, setelah menyebut hal-hal pokok di atas dan
mukaddimah dalam masalah ini, saya menyeru kepada Anda untuk secara serius
mengkaji Islam, bukan karena Islam dan kaum Muslimin membutuhkan pengkajian
Anda, tetapi karena nilai-nilai Islam yang tinggi dan universal yang dapat
memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa dan memecahkan
problem-problem mendasar yang menghadang manusia.
Suatu
penyelidikan yang mendalam tentang Islam akan membebaskan Anda selamanya dari
masalah Afghanistan dan masalah sejenis lainnya. Kami senantiasa memperlakukan
kaum muslimin di seluruh dunia sebagai kaum muslimin Iran, lebih jauh lagi kami
merasa senasib. Dengan memberi kesempatan beribadah yang relatif bebas, secara
praktis Anda membuktikan bahwa Anda tidak lagi berfikir bahwa agama itu candu
masyarakat. Jika begitu, apakah agama yang telah menjadikan Iran seteguh gunung
dalam berhadapan dengan adikuasa adalah candu rakyat? Apakah agama, yang
menghendaki terlaksanakannya keadilan di muka bumi dan kebebasan manusia dari
segala belenggu materi dan ruhani adalah candu masyarakat?
Memang
ada agama yang menjadi alat untuk menyerahkan kekayaan material dan spiritual
negara-negara Islam dan non-Islam ke tangan para adikuasa dan kekuasaan
lainnnya dan menyeru rakyat penganutnya untuk menghindari politik, itulah yang
oleh orang Iran disebut agama sponsoran Amerika. Akhirnya, saya nyatakan dengan
terus terang, bahwa Republik Islam Iran sebagai tonggak terbesar dan terkuat
dunia Islam mampu mengisi kekosongan iman yang menimpa sistem Anda.
Bagaimanapun, sebagaimana di masa lampau, Iran meyakini dan menghormati
hubungan-hubungan bilateral dan bertetangga baik. Wassalamu’ala man ittaba’
al-huda. Salam Sejahtera atas mereka yang mencari kebenaran.
Ruhullah
al-Musawi al-Khomeini 1 Januari 1989. (LiputanIslam.com)
—-
Surat
Ayatullah Khomeini ini dipublikasikan pertama kali oleh Muhammad Ibnu Choldun
Rachmatullah, kemudian dikutip oleh Alfatri Adlin dan dipublikasikan di akun Facebooknya.