Jumat, 27 Januari 2012

Bedil – bedilan……….

Salah satu permainan favorite dikampung waktu masih kecil adalah : bedil – bedilan atau perang – perangan. Barang kali permainan tersebut menjadi salah satu bentuk pengenalan akan sejarah yang telah diwariskan turun-temurun. Karena sejarah mencatat bahwa kemerdekaan negara kita “Indonesia” ini diraih dengan penuh perjuangan & pengorbanan. Satu diantaranya adalah dengan peperangan melawan penjajah. Dengan perang kita dikenalkan dengan tokoh – tokoh sejarah yang gagah berani melawan penjajah dengan bermodalkan senjata ala kadarnya. Pangeran Diponegoro di tanah Jawa, Cut Nya’ Dien di tanah Rencong, Sultan Hasanuddin di bumi Makasar.
Sekedar bernostalgia dengan masa kecil dulu, saya bersama temen-temen dengan fasilitas Perusahaan CSM mencoba menjajal permainan perang-perangan tersebut. Bahasa kerennya mah “Paint Ball” kalau di bahasa Indonesiakan berarti “bola Cat” . Even Organization (EO) yang kami pakai adalah “Zona Tempur 269”. Lokasi permainannya ada di daerah Cikole Lembang, beberapa puluh meter sebelum pintu gerbang masuk tempat wisata Tangkuban Perahu. Perjalanan dari Cimahi sekitar 1 Jam dengan rute : Jalan Kolonel Masturi – Lembang – Cikole.
Paint ball ini adalah permainan perang-perangan dengan menggunakan alat berupa : senapan khusus yang berpelurukan bola-bola kecil seukuran kelereng dengan warna terang yang berbahan dasar cat. Alat keselamatan berupa Helm & kaca mata, juga pakaian ala militer. Paket yang ditawarkan ada 2, yaitu perang-perangan terbuka dengan medan hutan belantara dan Penembak tepat sasaran. Tembak tepat sasaran dilakukan sebelum perang terbuka. Instruktur mengajari bagaimana menggunakan sejata & sekaligus melatih tembakan agar tepat sasaran. Berseragam ala militer dengan khas “Doreng” dan bergaya lagaknya pasukan “Kopissus” satu persatu pasukan mulai menembak sasaran yang berupa papan yang di tengahnya ada gambar lingkaran. Agar pasukan lebih bergairah maka diberikan hadiah berupa “Kaos” bagi yang nilainya ketiga tertinggi.
Seumur-umur baru kali ini pegang senjata yang hampir mirip dengan senjata beneran, agak grogi juga. Suaranya yang lumayan keras & hentakannya yang cukup membuat kerepotan bagi kelas pemula. Jatah peluru yang diberikan 10 pcs, yang mengenai sasaran hanya beberapa gelintir & itu pun di luar lingkaran……, kebanyakan pelurunya nyasar entah kemana. Untuk perang-perangan di hutan belantara Cikole lembang ini, pasukan dibagi menjadi 2 kelompok. Ceritanya mah, pasukan tempur ini akan memperebutkan sebuah lokasi yang ditandai dengan sebuah bendera. Ada berapa rambu yang harus ditaati sebelum perang, antara lain : 1. Tidak boleh menembak musuh dari jarak dekat, minimal 15m 2. Tidak boleh menembak dari arah belakang. 3. Di larang menembak musuh yang sudah menyerah atawa “angkat tangan” dan 4. Di larang menembak “burung” apalagi burungnya pasukan yang lagi tidur………hehehe…
Pasukan yang berhasil mengambil bendera tanpa tertembak oleh musuh, itulah yang menang. Dan ternyata seru juga, suara dar…..der…..dor bunyi senapan yang menyalak mencari sasaran tembak. Bagi pasukan yang kena tembak dilarang melanjutkan peperangan atau berarti gugur dan harus keluar dari arena pertempuran. Medan yang alami berupa semak-semak dan pohon pinus bisa dipakai sebagai tameng atau tempat “ngumpet” pasukan sebelum bergerak merangsek ke depan untuk mendekati sasaran tiang bendera.
Namanya juga baru pertama kali dan belum pernah belajar perang sebelumnya. Maka terjadilah pertempuran yang hebat sekali, bak perang dunia ke-2. Banyak pasukan yang “ngeyel” masih hidup padahal udah kena tembak, ada juga yang ngumpet terus nggak berani keluar dari lubang persembunyian karena takut ketembak, bahkan tidak sedikit yang salah sasaran, kawan sendiri di bombardir dengan sangat antusias karena dikiranya musuh. Ternyata sakit juga rasanya kena peluru cat ini yang akan pecah setelah mengenai sasaran. Ada sebagian pasukan yang kulitnya sampai memerah setelah kena tembak. Walhasil setelah sekian lama terjadi pertempuran yang hebat, dan akhirnya tidak ada pemenang karena keburu pelurunya habis.
Untuk menyelesaikannya ditempuhlah jalur diplomasi, setelah dilakukan perundingan dengan cukup a lot, perdamaian-pun bisa diwujudkan diantara pasukan yang berperang itu. Untuk merayakan tercapainya perdamaian, semua pasukan di kerahkan ke sebuah tempat wisata pemandian, yaitu pemandian air panas Ciater…………….. untuk diduduki selama kurang lebih 2 jam. Pokonya mah seeeeruuuuuuuuu & rame…………………….. Hoyong deui ah……………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...