Pagi waktu menunjukkan jam 8.00 WIBB, seperti biasa budaya kerja di perusahaan, diawali dengan ngariung bareng untuk mengirimkan do’a surat al-Fatihah kepada orang-tua, kerabat, saudara muslim dan siapapun yang dalam posisi menjadi mahluk Tuhan di muka bumi. …………. Dilanjut dengan briefing awal oleh ketua panitia touring “de jayanti-2011”. Selesai briefing, dilanjut dengan pembacaan do’a harian, do’a hari Jum’at. Mulai ke aktifitas masing-masing, sesuai dengan job & tugasnya hari itu sambil menunggu waktu menunjukkan pukul 10.00WIB.
Tak terasa waktu telah berlalu, dan saat yang ditunggu telah tiba. Tepat pukul 10.00 WIBB semua berkumpul di tempat parkir untuk melakukan briefing final dan do’a perjalanan. Setelah segala persiapan dianggap tuntas maka start pun dimulai. Rombongan motor yang berjumlah 18 motor, diawali oleh penunjuk jalan………………, diikuti rombongan yang ditutup dengan tim penyapu. Oh ya……..ada rombongan yag tidak naik motor, yaitu 1 mobil grand max pick up pembawa barang-barang, dan 1 mobil xenia pembawa penumpang.
Rute yang kami lewati adalah Cimahi – Soreang – Ciwidey – Naringgul – Cidaun/ Jayanti. Menjelang Jum’at-an rombongan sudah sampai di POM Bensin Jambudipa Ciwidey. Rombongan berhenti untuk melaksanakan sholat Jum’at. Selesai Jum’at-an masing-masing kendaraan mengisi bahan bakar sampai full tank, karena inilah SPBU terakhir dalam perjalanan yang akan kita lalui. Ada beberapa motor yang karena untuk persiapan kalo-kalo kehabisan premium di perjalanan, rela membeli stock premium yang diwadahi botol plastik atau kompan, terutama yang motor matic.
Untuk meng-upgrade tenaga, karena perjalanan masih panjang, maka rombongan makan siang dulu di alun-alun Ciwidey sekaligus menunggu 2 teman yang berangkatnya belakangan. Berdasar perhitungan jarak tempuh Cimahi – Jayanti yang diperoleh dari Internet (google map) sejauh 125 km akan bisa ditempuh selama 3 – 4 jam perjalan. Berarti perjalanan ke Ciwidey baru ¼ -nya. Selesai makan siang, rombongan kembali melanjutkan perjalanan dengan melewati jalur yang lumayan agak sepi, dengan kontur yang naik dan berkelok-kelok dari alun-alun ciwidey sampai tempat wisata air panas Cimanggu. Pemandangan disisi jalan yang berupa hamparan kebun sayuran dan kebun strobery menjadikan perjalanan terasa nyaman. Selepas Cimanggu baru ada jalan menurun dengan tikungan-tikungan tajam, dikelilingi hamparan kebun teh yang membuat terpesona bagi siapa saja yang melewatinya. Rancabali, itulah nama daerah kebun teh yang barusan dilewati rombongan. Juga, Situ Patenggang sebuah nama yang tidak asing lagi, tempat wisata situ atau danau alami yang begitu indah dan mempesona, hingga banyak turis-turis lokal maupun mancanegara yang datang mengunjunginya.
Tapi bukan itu yang kami tuju sekarang ini, sehingga pada pertigaan jalan di atas Situ patenggang rombongan berbelok ke kiri untuk terus mengikuti kelokan-kelokan, turunan dan tanjakan di sepanjang hamparan kebun tea. Sungguh sesuatu yang luar biasa bagi rombongan karena baru kali ini melakukan touring, sekaligus melalui medan yang sama sekali masih asing. Belokan, turunan dan tanjakannya selalu memacu adrenalin. Sampai pada saatnya rombongan tiba di suatu tempat yang paling tinggi (puncak pass) dari perkebunan Cibuni. Rombongan kembali rehat sejenak sambil berfoto ria, menikmati pemandangan yang menakjubkan dari atas bukit. Hamparan kebun teh yang nampak hijau seakan tiada bertepi di bawah sana.
Setelah merasa cukup beristirahat & berfoto ria, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini rute yang ditempuh kebanyakan jalan menurun dengan tikungan yang lumayan membuat para pengendara berdebar. Kondis jalan yang agak kurang bagus, banyak lubang dan batu-batu yang menonjol menjadikan perjalanan agak melambat.
Singkat cerita, sekitar jam 16.00 WIBB rombongan sudah memasuki gerbang pantai Jayanti, yakni berupa jembatan panjang yang melintas di atas sungai yang airnya kelihatan surut dan yang nampak hanya hamparan pasir. Ada pemamdangan yang agak elok di bawah sana, yaitu anak-anak kecil yang sedang mandi dan ibu-ibu yang lagi mencuci.
Memasuki gerbang pantai, rombongan berhenti sejenak untuk diabadikan bareng dengan menggunakan kamera. Selanjutnya rombongan langsung menuju home base, yaitu sebuah warung bilik, yang didepanya tersedia dipan panjang sebagai tempat istirahat sekaligus menyimpan barang-barang. Di depan home base ini, terhampar pasir dan pantai jayanti sejauh mata memandang. Deburan ombak yang bergemuruh susul menyusul dengan desiran angin pantai sangat terasa sekali.
Sore itu kebetulan tidak ada acara resmi, yang ada hanyalah masing-masing bebas menikmati pemandangan yang amat jarang kami lihat ini. Melihat hamparan pasir yang panjang dan agak padat, akhirnya aku mencoba touring sendiri dengan menyusuri pasir pantai menggunakan motor spacy. Sungguh suatu hal baru, bermotor dihamparan pasir yang sesekali dijilat oleh ombak air laut yang menepi, gimana gitu rasanya……amazing…, subhanallah…….luar biasa. Ditambah pemandangan disebelah barat sana, warna merah merona pertanda matahari akan tenggelam memasuki peraduan. Pokoknya mah “nendang” pisan euy.
Pada malam harinya, acara “bakar-bakaran” cukup menjadikan suasana hangat juga, karena aura api unggun yang merah menyala. Makan malam pun begitu nikmat dengan menu ikan bakar & ikan goreng hasil olehan chief lokal jayanti. Selepas makan malam acara diteruskan dengan ngobrol bebas, ada sebagian yang bermain kartu dan ada juga yang langsung berselimut ria dengan kain sarung, menjaring mimpi indah, agar esok pagi bisa segar bugar kembali.
Adzan Shubuh terdengar merdu, membangunkan semesta hidup sebagai pertanda dimulainya kehidupan baru dari episode-episode yang telah terlewati menuju episode yang akan datang menjelang. Selepas shalat shubuh rombongan banyak yang berjalan pagi menyusuri pantai menuju dermaga melihat para nelayan memanen hasil tangkapan ikan yang lumayan banyak. Sekembalinya dari jalan-jalan pagi dilanjutkan dengan bermain futsal sampai waktu menjelang dhuha.
Satu hal yang tidak terlewatkan yaitu bermain air dipantai. Walaupun ada peringatan secara tidak tertulis, bahwa pengunjung dilarang berenang dipantai, kami tetap kalau boleh dibilang “nekat” bermain dengan ombak pantai. Karena merasa tidak “mak nyus” kalau ke pantai tapi tidak bergumul dengan ombaknya, walaupun tentunya kami extra hati-hati disamping juga harus minta ijin kepada yang “mbahurekso” pantai tersebut. Type ombak pantai jayanti ini sungguh tidak beraturan, arahnya tidak hanya datang dari depan, tapi juga datang dari samping, dan air lautnya terasa tidak terlalu asin.
‘ala kulli hal…., setelah puas bemain dipantai ini, rombongan segera melanjutkan perjalanan pulang. Rute yang diambil kali ini akan melalui pantai ranca buaya, gua kelelawar dan diteruskan ke arah Pangalengan dengan jarak tempuh tidak kurang dari 200 km. Disepanjang perjalanan pulang masih banyak sekali keindahan-keindahan yang kami nikmati, hanya saja tidak cukup untuk dituliskan di lembaran ini, mudah-mudahan kali lain bisa di tuliskan dalam tema yang baru.
Rabu, 18 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
NOMOR 2
Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...
-
Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (PINANDITO) dan akan senantiasa bert...
-
☼ MENUJU CAHAYA ALLAH (NUR ILLAHI) Apakah sesungguhnya cahaya Allah itu ? Perlu dipahami bahwa jika sinar matahari itu terdiri dari ...
-
18 Agustus 2017, wanci 14:30 perjalanan itu Saya lakukan. Bandung - Semarang dengan mengendarai motor Bajaj Pulsar 135. Jalur tengah Band...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar