Jargon demokrasi kembali akan di uji, di hamparan zamrud
khatulistiwa. 9 April menjadi hari H, untuk melaksanakan hajatan demokrasi dari
sebuah pesta glamour yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengaku dirinya
pantas menjadi pemimpin. Rakyat yang kebanyakan tidak tahu apa itu demokrasi,
apa itu anggota legeslatif dijadikan sebagai alat untuk mewujudkan ambisi
kekuasaan dari satu sistem politik yang tidak jelas arah dan tujuannya.
Dalam pemilihan anggota legislatif, rakyat dipaksa untuk
memeilih wakil yang tidak jelas asal-usulnya, tidak jelas visi & misinya,
tidak jelas program kerjanya, tidak jelas prestasinya tidak jelas komitmen
moralnya. Maka bukan suatu pembangkangan kalo dalam pileg 2014 ini banyak
rakyat yang menjadi Golput., karena memang tidak ada pilihan yang benar-benar
sesuai dan mewakili aspirasinya.
Setali tiga uang dengan Pilpres, yang akan dilaksanakan
beberapa bulan berikutnya. Masing-masing partai telah mendeklarasikan
calon-nya. Ada yang sudah jauh-jauh hari mengumumkanya ada WIN-HT, ada ABR, ada
Rhoma Irama, Prabowo Subianto, Surya Paloh, Dahlan Iskan, Pramono Edi Wibowo
dll, ada juga yang mendeklarasikan
pencalonan jagoanya menjelang kampanye seperti Jokowi dari partai PDIP.
Pertanyaannya, apakah rakyat benar-benar tahu siapakah
meraka itu masing-masing para Capres? Adakah yang benar-benar tahu, Prabowo itu
siapa?, Jokowi itu siapa? Si A itu siapa?, si B itu siapa?, Silsilahnya
bagaimana?, masa lalunya kaya apa?, prestasinya apa saja? Botohnya siapa?, dananya
berapa? Kemudian kalo rakyat tidak tahu apakah sesuatu itu tempe atau bukan
lantas mau memakannya?
Dalam idiom keislaman dikenal beberapa cara untuk mengambil
keputusan terkait fenomena dalam kehidupan. Ada yang menggunakan Udzunul Yakin,
Ainul Yakin, Ilmu Yakin dan yang tertinggi Haqul Yakin. Udzunul Yakin : berani
memutuskan pilihan berdasarkan dengan apa yang di dengar. Ainul Yakin adalah
mereka yang berani menjatuhkan pilihan dengan berdasarkan apa yang dilihat.
Ilmu Yakin, ini agak sedikit lebih ilmiah : berani menentukan pilihannya
berdasarkan pada pengamatan, penelitian, survey
dls, yang dilandasi dengan ilmu yang dimilikinya. Haqul Yakin adalah
mereka yang berani memilih berdasarkan ilmu yang dimilikinya ditambah dengan
kemampuan intuisi & spiritualnya.
Kebanyakan rakyat Indonesia sekarang ini baru pada level
Udzunul Yakin & Ainul Yakin, mereka memilih berdasarkan apa yang didengar
dan apa yang dilihat. Sangat inderawi sekali. Padahal kalo kita jujur apa yang
didengar dan apa yang dilihat itu disajikan oleh media. Kemudian pertanyaanya
berapa persenkah tingkat kepercayaan rakyat kepada media? Berapa banyak media
yang tidak berafiliasi terhadap partai/politikus? Berapa banyak media yang
berani menyuarakan kebenaran & kejujuran? Berapa banyak media yang netral,
tidak membawa misi kepentingan/interest? Lantas apa yang didengar dan dilihat
itu disajikan oleh media yang tidak netral, banyak manipulasi dan kebohongan
publik kemudian dijadikan dasar rakyat untuk menjatuhkan pilihanya pada Capres
yang ada. Bagaimana jadinya bangsa dan negara Indonesia nanti?
Mungkin rakyat Indonesia harus kembali bersabar,
berhati-hati untuk tidak terjebak dalam kehancuran yang lebih dahsyat. Menunggu
datangnya pemimpin yang benar-benar mencintai dan dicintai rakyatnya, pemimpin
yang bisa mengantarkan kepada “Toto Tentrem Kerto Raharjo – Gemah Ripah Loh
Jinawi” Pemimpin yang ditunggu sekaligus dinantikan. Dan hanya pertolongan
Gusti yang Maha Kuasa saja yang bisa menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar
di bawah kepemimpinan pemimpin yang di Ridoi-Nya. Kalau itu tidak bisa terwujud
pada Pilpres 2014 mudah-mudahan bisa terwujud pada periode-periode berikutnya.
Insya Allah.
(AsTo Qoeli, Maret 19-2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar