Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Apa yang akan Anda lakukan jika
orang-orang terdekat Anda tidak mendukung saat Anda memperjuangkan sesuatu?
Misalnya saat Anda ingin berbisnis, istri Anda tidak setuju. Sewaktu hendak
melakukan sesuatu; orang tua Anda menganggapnya tabu. Ketika akan melakukan
gagasan dalam pekerjaan, atasan Anda menganggapnya buang-buang waktu. Ada
banyak hal yang Anda inginkan dalam hidup. Tapi orang-orang disekitar Anda
tidak memiliki pandangan yang sama dengan Anda. Sehingga mereka, tidak mau
mendukung apa yang hendak Anda perjuangkan. Apa yang akan Anda lakukan
kemudian?
Hidup adalah perjuangan. Maka
beruntunglah Anda, jika memiliki orang yang selalu mendukung selama menjalani
seluruh perjuangan itu. Orang yang tidak pernah bergeming sedetikpun. Orang
yang tetap bersama kita, dalam segala situasi yang kita hadapi. Sayangnya,
kenyataan dalam hidup tidak selalu seindah itu. Misalnya saja; pasangan hidup
kita. Istri atau suami kita. Kekasih kita. Apakah benar dia selalu mendukung
kita dalam segala situasi?
Mungkin iyya. Mungkin juga tidak.
Dalam keadaan senang, tentu saja sang kekasih hati akan selalu ada untuk
mendukung kita kan. Tidak diragukan lagi deh soal itu mah. Dalam keadaan susah?
Apakah si dia masih mau mendampingi? Faktanya, banyak pasangan yang bisa saling
mendukung ketika situasinya serba indah. Tapi saat sedang susah, tidak sedikit
yang memilih berpisah. “Ini perjuangan elo. Gue oggah kayak gitu…..” Kan banyak
yang begitu ya. Apakah mereka salah? Tidak juga.
Atasan. Tugasnya adalah untuk
mendidik kita. Memberi kita kesempatan untuk terus berkembang. Hingga akhirnya
kita bisa sukses minimal seperti dirinya. Tetapi, apakah atasan selalu ada untuk
kita?. Nyatanya sih, tidak. Kalau pun ada, atasan yang benar-benar berkomitmen
untuk pertumbuhan karir kita jumlahnya tidaklah banyak. Faktanya, kebanyakan
atasan sudah pada disibukkan dengan urusan dan kepentingannya masing-masing.
Sehingga untuk mendukung kita, tidak bisa diharapkan selamanya. Apakah mereka
salah? Tidak.
Orang tua kita. Kan cinta orang tua
itu tidak pernah ada habis-habisnya katanya. Cinta sejati, kita menyebutnya.
Tetapi apakah orang tua kita akan selalu mendukung kita dalam situasi apapun
yang kita hadapi? Kenyataannya tidak demikian. Banyak orang tua yang
berseberangan gagasan dengan anaknya. Mereka mengira tahu apa yang terbaik buat
anak-anaknya. Lalu memaksakannya. Makanya, banyak mimpi anak-anak yang kandas
karena orang tuanya. Anaknya menginginkan yang ini, orang tuanya tidak setuju.
Sehingga impian itu tenggelam seiring berjalannya waktu. Apakah mereka salah?
Tidak.
Saya tidak sedang berbicara tentang
hal-hal buruk. Kalau soal hal buruk sih, kita punya tata nilai yang sama, yaitu;
tidak layak didukung. Konteks kita adalah tentang perjuangan dalam hidup yang
tentunya berkaitan dengan hal-hal baik. Sesuatu yang pantas untuk didukung.
Namun ketika kita memperjuangkan hal baik pun; tidak selalu mudah untuk
mendapatkan dukungan. Dari istri. Dari suami. Dari ayah. Dari ibu. Dari atasan.
Dari handai taulan. Makanya, sungguh beruntung jika kita memiliki pendukung.
Yang selalu ada dalam situasi apapun, ketika kita sedang berjuang. Sayangnya,
dalam kebanyakan situasi; kita mesti berjuang sendiri.
Ups! Apakah tadi saya mengatakan
‘Mesti Berjuang Sendiri’? Aha. Tampaknya kita sudah menemukan sebuah kata
kunci. Kita mesti sanggup berjuang sendirian. Kenapa? Karena hal-hal yang kita
perjuangkan itu belum tentu mendapatkan dukungan dari orang lain. Jangan
terlampau berharap Ayah-Ibu mendukung, ketika cita-cita kita berseberangan
dengan keinginan mereka. Jangan terlalu berharap atasan mendukung ketika mereka
hanya sibuk dengan jabatannya sendiri.
Jangan berharap istri mendukung
ketika kita memutuskan untuk mulai berbisnis apabila keputusan itu akan
mengurangi kebebasannya dalam berbelanja; walau hanya sementara waktu. Jangan
berharap suami mendukung jika dia mengharapkan kita terus diam saja dirumah.
Ikatan suami-istri sama sekali tidak menjamin akan selalu saling
mendukung dalam segala situasi. Boleh jadi, didepan penghulu dulu yang
diucapkan kekasih kita adalah; ‘In Good And Bed’ kan?. Kita saja yang ke-GR-an
mendengarnya ‘In Good And Bad’. Cuman beda tipis sih emang. Tapi konsekuensinya
besar banget.
Kita. Mesti berani berjuang sendiri.
Jika kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi. Mengapa? Karena, biasanya mimpi yang
berbobot tinggi juga memiliki resiko tinggi. Sedangkan orang lain – termasuk
orang tua atau pasangan hidup kita – belum tentu benar-benar bersedia
menghadapi resiko itu. Kadang-kadang, justru merekalah hambatan paling
besar yang menghalangi kita. Merekalah yang sering menghentikan langkah kita.
Merekalah yang menjatuhkah semangat dan daya juang kita. Dengan kata-katanya.
Dengan ketakutan-ketakutannya. Bahkan mungkin dengan ancamannya. “Kalau kamu
begitu, maka…..” demikian katanya.
Lantas, kita mesti berhenti mengejar
mimpi? Jika kita benar-benar yakin dengan mimpi-mimpi itu. Sayang sekali kalau
mesti berhenti. Mungkin memang impian kita berbeda dengan orang lain. Termasuk
dengan orang-orang terdekat kita. Tapi, selama itu baik; bukanlah dosa untuk
berbeda dengan mereka. Kalau sekarang mereka menghalangi kita; itu karena
mereka belum seyakin kita. Jika mereka sudah melihat hasilnya, maka mereka pun
akan bisa melihat betapa berharganya mimpi-mimpi kita. Yang kita butuhkan
sekrang adalah; kebulatan tekad. Kesungguhan hati dalam menjalaninya. Dan
ketabahan jiwa saat merasakan berat, sulit, serta sakit dan perih rintihnya.
Dengan begitu, meski tidak
mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat itu; kita masih sanggup berjuang
sendiri. Tidak benar-benar sendirian juga sih. Soalnya, setiap impian baik yang
ada dalam pikiran dan hati kita; pasti tidak datang begitu saja. Ada yang sengaja
‘mengilhamkannya’ kedalam jiwa kita. Persis seperti yang tertera dalam kitab
suci. Jika Tuhan yang mengilhamkan impian baik itu; apakah mungkin Dia
membiarkan kita berjuang sendirian? Tidak. Dia. Akan selalu menyertai kita.
Dalam senang. Dalam susah. Dalam segala keadaan.
Oleh karena itu sahabatku. Kita
tidak boleh berhenti mengejar mimpi. Sekalipun orang-orang terdekat kita tidak
mendukungnya. Kita mesti berani berjuang. Meski mesti menjalaninya sendirian.
Bismillah saja. Sambil menguatkan hati dengan dzikir ini; “Hasbunallaaah
Wani’mal wakiiil. Ni’mal maulaaa. Wani’mannashiiir”. Cukuplah Allah
yang menolongku. Dan Allah, adalah sebaik-baiknya penolong. Sebaik-baiknya
pelindung. Laaa haulaaa. Walaa quwwata Illa Billaah. In sya Allah. Perjuangan
kita. Akan sampai pada apa yang kita cita-citakan. Aamiin.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 4 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar