Selasa, 04 Maret 2014

Perjuangan Meraih Mimpi




Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Apa yang akan Anda lakukan jika orang-orang terdekat Anda tidak mendukung saat Anda memperjuangkan sesuatu? Misalnya saat Anda ingin berbisnis, istri Anda tidak setuju. Sewaktu hendak melakukan sesuatu; orang tua Anda menganggapnya tabu. Ketika akan melakukan gagasan dalam pekerjaan, atasan Anda menganggapnya buang-buang waktu. Ada banyak hal yang Anda inginkan dalam hidup. Tapi orang-orang disekitar Anda tidak memiliki pandangan yang sama dengan Anda. Sehingga mereka, tidak mau mendukung apa yang hendak Anda perjuangkan. Apa yang akan Anda lakukan kemudian?

Hidup adalah perjuangan. Maka beruntunglah Anda, jika memiliki orang yang selalu mendukung selama menjalani seluruh perjuangan itu. Orang yang tidak pernah bergeming sedetikpun. Orang yang tetap bersama kita, dalam segala situasi yang kita hadapi. Sayangnya, kenyataan dalam hidup tidak selalu seindah itu. Misalnya saja; pasangan hidup kita. Istri atau suami kita. Kekasih kita. Apakah benar dia selalu mendukung kita dalam segala situasi?

Mungkin iyya. Mungkin juga tidak. Dalam keadaan senang, tentu saja sang kekasih hati akan selalu ada untuk mendukung kita kan. Tidak diragukan lagi deh soal itu mah. Dalam keadaan susah? Apakah si dia masih mau mendampingi? Faktanya, banyak pasangan yang bisa saling mendukung ketika situasinya serba indah. Tapi saat sedang susah, tidak sedikit yang memilih berpisah. “Ini perjuangan elo. Gue oggah kayak gitu…..” Kan banyak yang begitu ya. Apakah mereka salah? Tidak juga.    

Atasan. Tugasnya adalah untuk mendidik kita. Memberi kita kesempatan untuk terus berkembang. Hingga akhirnya kita bisa sukses minimal seperti dirinya. Tetapi, apakah atasan selalu ada untuk kita?. Nyatanya sih, tidak. Kalau pun ada, atasan yang benar-benar berkomitmen untuk pertumbuhan karir kita jumlahnya tidaklah banyak. Faktanya, kebanyakan atasan sudah pada disibukkan dengan urusan dan kepentingannya masing-masing. Sehingga untuk mendukung kita, tidak bisa diharapkan selamanya. Apakah mereka salah? Tidak.

Orang tua kita. Kan cinta orang tua itu tidak pernah ada habis-habisnya katanya. Cinta sejati, kita menyebutnya. Tetapi apakah orang tua kita akan selalu mendukung kita dalam situasi apapun yang kita hadapi? Kenyataannya tidak demikian. Banyak orang tua yang berseberangan gagasan dengan anaknya. Mereka mengira tahu apa yang terbaik buat anak-anaknya. Lalu memaksakannya. Makanya, banyak mimpi anak-anak yang kandas karena orang tuanya. Anaknya menginginkan yang ini, orang tuanya tidak setuju. Sehingga impian itu tenggelam seiring berjalannya waktu. Apakah mereka salah? Tidak.

Saya tidak sedang berbicara tentang hal-hal buruk. Kalau soal hal buruk sih, kita punya tata nilai yang sama, yaitu; tidak layak didukung. Konteks kita adalah tentang perjuangan dalam hidup yang tentunya berkaitan dengan hal-hal baik. Sesuatu yang pantas untuk didukung. Namun ketika kita memperjuangkan hal baik pun; tidak selalu mudah untuk mendapatkan dukungan. Dari istri. Dari suami. Dari ayah. Dari ibu. Dari atasan. Dari handai taulan. Makanya, sungguh beruntung jika kita memiliki pendukung. Yang selalu ada dalam situasi apapun, ketika kita sedang berjuang. Sayangnya, dalam kebanyakan situasi; kita mesti berjuang sendiri.

Ups! Apakah tadi saya mengatakan ‘Mesti Berjuang Sendiri’? Aha. Tampaknya kita sudah menemukan sebuah kata kunci. Kita mesti sanggup berjuang sendirian. Kenapa? Karena hal-hal yang kita perjuangkan itu belum tentu mendapatkan dukungan dari orang lain. Jangan terlampau berharap Ayah-Ibu mendukung, ketika cita-cita kita berseberangan dengan keinginan mereka. Jangan terlalu berharap atasan mendukung ketika mereka hanya sibuk dengan jabatannya sendiri.

Jangan berharap istri mendukung ketika kita memutuskan untuk mulai berbisnis apabila keputusan itu akan mengurangi kebebasannya dalam berbelanja; walau hanya sementara waktu. Jangan berharap suami mendukung jika dia mengharapkan kita terus diam saja dirumah.  Ikatan suami-istri sama sekali tidak menjamin akan selalu saling mendukung dalam segala situasi. Boleh jadi, didepan penghulu dulu yang diucapkan kekasih kita adalah; ‘In Good And Bed’ kan?. Kita saja yang ke-GR-an mendengarnya ‘In Good And Bad’. Cuman beda tipis sih emang. Tapi konsekuensinya besar banget.

Kita. Mesti berani berjuang sendiri. Jika kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi. Mengapa? Karena, biasanya mimpi yang berbobot tinggi juga memiliki resiko tinggi. Sedangkan orang lain – termasuk orang tua atau pasangan hidup kita – belum tentu benar-benar bersedia menghadapi resiko itu.  Kadang-kadang, justru merekalah hambatan paling besar yang menghalangi kita. Merekalah yang sering menghentikan langkah kita. Merekalah yang menjatuhkah semangat dan daya juang kita. Dengan kata-katanya. Dengan ketakutan-ketakutannya. Bahkan mungkin dengan ancamannya. “Kalau kamu begitu, maka…..” demikian katanya.

Lantas, kita mesti berhenti mengejar mimpi? Jika kita benar-benar yakin dengan mimpi-mimpi itu. Sayang sekali kalau mesti berhenti. Mungkin memang impian kita berbeda dengan orang lain. Termasuk dengan orang-orang terdekat kita. Tapi, selama itu baik; bukanlah dosa untuk berbeda dengan mereka. Kalau sekarang mereka menghalangi kita; itu karena mereka belum seyakin kita. Jika mereka sudah melihat hasilnya, maka mereka pun akan bisa melihat betapa berharganya mimpi-mimpi kita. Yang kita butuhkan sekrang adalah; kebulatan tekad. Kesungguhan hati dalam menjalaninya. Dan ketabahan jiwa saat merasakan berat, sulit, serta sakit dan perih rintihnya.

Dengan begitu, meski tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat itu; kita masih sanggup berjuang sendiri. Tidak benar-benar sendirian juga sih. Soalnya, setiap impian baik yang ada dalam pikiran dan hati kita; pasti tidak datang begitu saja. Ada yang sengaja ‘mengilhamkannya’ kedalam jiwa kita. Persis seperti yang tertera dalam kitab suci. Jika Tuhan yang mengilhamkan impian baik itu; apakah mungkin Dia membiarkan kita berjuang sendirian? Tidak. Dia. Akan selalu menyertai kita. Dalam senang. Dalam susah. Dalam segala keadaan.

Oleh karena itu sahabatku. Kita tidak boleh berhenti mengejar mimpi. Sekalipun orang-orang terdekat kita tidak mendukungnya. Kita mesti berani berjuang. Meski mesti menjalaninya sendirian. Bismillah saja. Sambil menguatkan hati dengan dzikir ini; “Hasbunallaaah Wani’mal wakiiil. Ni’mal maulaaa. Wani’mannashiiir”. Cukuplah Allah yang menolongku. Dan Allah, adalah sebaik-baiknya penolong. Sebaik-baiknya pelindung. Laaa haulaaa. Walaa quwwata Illa Billaah. In sya Allah. Perjuangan kita. Akan sampai pada apa yang kita cita-citakan. Aamiin.


Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 4 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...