Senin, 31 Maret 2014

Peduli Untuk Peduli




Untuk peduli, jaman sekarang tampaknya sudah tidak mudah lagi. Apalagi kalau harus peduli pada sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Apa peduliku? Begitu mungkin pikirnya.

Bener juga ya. Kalau didalamnya tidak ada kepentingan kita, kenapa mesti peduli? Memang benar. Jika kita sudah terpenjara oleh sikap egosentrik. Segala sesuatunya diukur dengan kepentingan sendiri.

Jika tidak ada kepentingan, tidak ada kepedulian. Namun kalau ada kepentingan, apapun dimanfaatkan. Apa pun. Termasuk agama. Jika ada kepentingan pribadi didalamnya; kenapa tidak? 

Di berbagai komplek perumahan saya sering melihat orang mencuci mobil didepan garasinya. Lalu air cucian mobil mengalir dijalan depan rumahnya.

Saya mengamati bahwa jalan didepan rumah yang biasa membiarkan air cucian mobil itu membeceki jalan ternyata jalan didepan rumahnya rata-rata pada berlubang.

Beda dengan rumah-rumah yang air cucian mobilnya dialirkan ke selokan. Jalan didepan rumah itu biasanya rapi. Itu contoh sederhana dari kepedulian. Untuk hal sepele pun ketiadaan kepedulian itu menyebabkan kerusakan.

Padahal, kalau sudah rusak semua orang merasakan susahnya. Termasuk para pencuci mobil yang tidak peduli itu.

Alam, lingkungan, dunia. Rusak karena ketidakpedulian orang-orang egosentrik. Termasuk kita, jika kita hanya mementingkan diri sendiri. Mau enaknya sendiri. Masa bodoh dengan orang lain. Asal kita saja yang senang.

Pantas jika Allah menegaskan dengan keras melalui firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 11 ini:

"... Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi."  Lucunya - seperti direkam dalam kelanjutan ayat itu - orang-orang itu malah menjawab: "Sesungguhnya, kami ini justru orang-orang yang mengadakan perbaikan."

Kebalik rasa dan logika. Jika nurani kita sudah tertutupi oleh egosentrisme yang menjelma dalam bentuk mementingkan diri sendiri. Kita, egosentrik seperti itu atau tidak?

Semoga tidak. Karena jika iyya, kita bakal merasa sedang mengadakan perbaikan. Padahal, sesungguhnya kita sedang membuat kerusakan. Tapi, kita tidak menyadarinya. Na'udzubillah....


Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...