Senin, 17 Maret 2014

Kemacetan Mental



 
Semua orang yang berkantor di Jakarta paham benar bahwa lalu lintas sedemikian buruknya sehingga kekantor bisa terlambat.

'Bisa terlambat' itu artinya kemungkinan terlambat. Jadi tidak pasti. Namun, alam bawah sadar kita kemudian menjadikannya sebagai keadaan yang 'seolah-olah' memang begitu adanya. Lalu menjadikan kemacetan sebagai alasan 'untuk terlambat'.

Solusi kemacetan, harus ditangani oleh pemda DKI dan pemerintah pusat dong. Kita sependapat soal itu. Tapi, kapan realisasinya? Tidak ada yang tahu pasti. Lalu, bolehkah kita menjadikannya sebagai alasan keterlambatan masuk kantor yang sudah menjadi kebiasaan ini?

Begini. Ada dua jenis kemacetan yang terjadi. Satu, kemacetan lalu lintas. Penyelesaiannya bukan ditangan kita. Pemerintah yang punya kerja.

Kedua, kemacetan mental kita. Karena kebanyakan orang pada beralasan macet sehingga rame-rame terlambat masuk kantor, maka sikap mental kita meyakini bahwa kalau ngantor di Jakarta itu nggak mungkin nggak telat. Kenapa? Karena macet.

Sekarang coba perhatikan, apakah semua orang pada terlambat dikantor Anda? Ternyata tidak. Rumah mereka pun tidak lebih dekat dari kita loh. Dan mereka melintasi jalan yang sama dengan kita. Bagaimana mereka bisa tidak terlambat? Hasil dari sikap mental yang tidak macet itu.

Dengan sikap mental seperti itu, kita berkesempatan untuk mencari cara supaya bisa datang ke kantor tidak telat. Faktanya, mereka bisa. Meski tentu saja, ada usaha dan komitmen yang mesti ditebusnya.

Senin pagi tadi Anda telat nggak? Jika nggak, berarti sudah membuktikan bahwa kita bisa tidak telat. Tinggi dilakuakn secera konsisten aja ya kan? Kalau tadi telat, maka; kita bisa memperbaikinya selasa besok.

Salah satu cara yang orang lakukan bisa tidak telat misalnya; bangun lebih pagi. Mandi. Sembahyang subuh, lalu berangkat ke kantor.

Apakah cara itu cocok buat Anda? Saya tidak tahu.  Tapi jika 'kemacetan mental' sudah Anda atasi, pasti Anda bisa menemukan solusinya sendiri


Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...