Sabtu, 22 Februari 2014

Kalah Bersaing Tidak Berarti Pecundang





Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Hidup ini adalah tentang persaingan. Bahkan sebelum hidup pun kita sudah bersaing. Pelajaran biologi mengajarkan bagaimana sel telur didalam Rahim Ibunda yang hanya satu-satunya itu diperebutkan berjuta sperma. Dan pemenangnya adalah, kita. Sungguh, hidup ini penuh dengan persaingan. Tapi, kalau kita bersaing lalu kalah; apakah itu berarti kita seorang pecundang? Nggak juga.

Soalnya, ternyata persaingan itu tidak selalu tentang kalah atau menang. Kadang-kadang seri. Bahkan kadang-kadang kita menjadi juara bersama. Tapi, itu hanya berlaku bagi orang yang mau berbagi kemenangan dengan orang lain. Orang yang egosentris? Nggak bakalan nyaman dengan hasil imbang. Apalagi mesti berbagi posisi.

Di kantor misalnya. Ada banyak talenta handal. Kita salah satunya. Tapi jumlah jabatan yang lebih tinggi selalu lebih sedikit dari orang yang ada kan? Makanya ada seleksi untuk memutuskan 1 orang yang dinilai layak menduduki jabatan itu. Jika Anda yang terpilih, tentu tidak ada masalah kan? Bagaimana kalau yang naik jabatan itu teman Anda? Apakah kalbu Anda tetap teduh? Apakah hati Anda tetap sejuk? Apakah perasaan Anda tetep adem ayem?

Sejauh pengamatan saya, lebih banyak orang yang kecewa daripada yang berlapang dada.  Kalah dalam persaingan memperebutkan jabatan itu seperti sebuah penghinaan. Apalagi pemenangnya adalah ‘anak kemarin sore’, atau orang-orang yang mereka anggap tidak memiliki kelebihan apa-apa dibanding dirinya. Rasanya, nggak banget deh jadi anak buah mereka. Makanya, begitu atasan baru mulai menjalankan tugasnya; mereka memilih untuk menjadi orang-orang yang ‘sulit’ diunit kerjanya.

Menurut pendapat Anda, cara seperti itu bisa mengubah keadaan apa tidak? Bisa. Hanya saja, yang berubah itu bukan keputusan management. Melainkan situasi yang menjadi semakin memburuk. Kenapa saya bilang begitu? Ya bayangkan saja. Orang-orang yang diikutsertakan dalam seleksi itu kan sesungguhnya mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang tinggi. Tetapi, karena hati mereka dipenuhi kekesalan, rasa iri dan dengki berikut berjuta kekesalan; maka mereka tidak lagi tertarik untuk bekerja dan berdedikasi sebaik sebelumnya. Sebaliknya, mereka sibuk mempermasalahkan ini dan itu.

Anda boleh meragukan pernyataan saya; “Masak sih?!” begitu barangkali yang terpikir dalam benak Anda. Tapi memang begitulah kenyataannya. Mungkin dikantor Anda pun ada yang begitu. Banyak professional handal yang jadi ‘mutung’, hanya gara-gara mereka kalah bersaing memperebutkan suatu jabatan atau posisi tertentu. Bahkan ada yang mengundurkan diri segala loh. Karena tidak terima orang lain yang mendapatkan jabatan incarannya.

Tidak boleh emang kalau begitu? Ya boleh saja sih. Hidup kan soal pilihan. Dan kita merdeka untuk membuat pilihan hidup sendiri. Tetapi perlu kita ingat bahwa, memilih bukanlah sekedar memutuskan. Sebelum menentukan pilihan, otak cerdas kita itu mesti dipakai untuk mengkalkulasikan. Jangan sampai emosi dan perasaan yang berada didepan. Jangan karena kesal logika dan akal sehat dikesampingkan. Supaya jangan tambah menyesal belakangan. Sebab, keputusan yang diambil dengan mengedepankan emosi; biasanya kurang perhitungan.

Jadi intinya apa sih ini?! Intinya begini. Dalam persaingan dengan orang lain, kadang kita yang menang. Kadang orang lain yang menang. Tapi pada saat kalah pun kita masih bisa ikut merasakan kemenangan. Kalau kita ikut ambil bagian dalam kemenangan itu. Contoh kongkritnya begini. Misalnya, teman Anda yang memenangkan selesksi promosi jatabatan itu tadi. Ketika teman Anda naik jabatan ke posisi yang Anda inginkan itu; Anda punya pilihan untuk sakit hati lalu menjauh dari teman Anda itu. Atau, pilihan lainnya yaitu; semakin mendekat dan menyokong teman Anda menjalankan tugasnya.

Jika memilih opsi-1 – sakit hati dan menjauh – maka konsekuensinya; Anda akan tersingkir seperti singa tua yang terluka. Sampai disisa umur Anda, rasa kecewa itu akan Anda bawa-bawa. Dan jika memilih opsi-2 – ikut merayakan dan menyokong keberhasilan teman Anda – maka konsekuensinya; Anda akan tetap punya peluang untuk terus berkembang sekaligus menikmati hari-hari kerja Anda disana. Tanpa dendam. Tanpa kekesalan. Sehingga setiap hari, Anda tetap bersemangat sambil terus memperlihatkan kualitas pribadi Anda yang sesungguhnya.

Ingatlah sahabatku. Meskipun jumlahnya sedikit, peluang karir itu bisa muncul kapan saja. Jadi, jika saat ini gagal dalam ‘persaingan’ menuju kursi jabatan; maka tidak berarti berakhir pula karir Anda itu. Boleh jadi bahkan dalam waktu dekat akan datang posisi kosong lain yang lebih cocok buat Anda. Jika Anda tetap positif, maka Anda punya peluang lagi kan? Tapi kalau Anda merespon ‘kekalahan’ Anda dalam persaingan sebelumnya secara negatif, maka management pengambil keputusan bisa melihat secara gamblang sifat buruk Anda yang sesungguhnya.

Anda, kan tidak tahu jika salah seorang pejabat dikantor Anda saat ini sedang berencana pindah ke perusahaan lain? Atau dimutasi ketempat lain? Banyak kemungkinan dan peluang itu mas bro! Yang perlu kita lakukan adalah, selalu siap sedia ketika kesempatan datang secara tiba-tiba. Jadi, tetaplah positif meski mengalami kekalahan dalam persaingan sebelumnya. Dan perlihatkan, bahwa Anda adalah orang yang lapang dada, besar hati dan siap untuk kesempatan berikutnya.

Bagaimana jika kesempatan lain tidak kunjung tiba? Gampang saja. Jadilah anak buah yang baik buat atasan Anda yang baru itu. Bagaimana pun juga, Anda adalah mantan kandidat yang setara dengan dia kan? Jadi, Anda sebenarnya ‘nyaris satu level’ dengan dirinya. Itu artinya, Anda bisa menjadi ‘tangan kanan’ yang bisa diandalkannya. Untuk apa? Untuk membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya. Mendidik anak buahnya. Membangun team yang solid. Semuanya. Mas bro, bukankah ini kesempatan buat Anda melakukan eksperimen tentang cara memimpin dengan resiko yang paling kecil?

Hnnaaah, kalau begitu. Ambil kesempatan ini untuk melatih diri menjadi pemimpin yang bagus. Meskipun pemimpin ‘the jure’-nya teman Anda itu, tapi kalau Anda bersedia menyumbangkan segenap kemampuan Anda dengan sepenuh hati; maka atasan baru Anda akan merasa terbantu oleh Anda. Sedangkan Anda berkesempatan untuk melatih dan mempertajam kemampuan Anda dalam memimpin. Kan bisa sama-sama bagus tuch. Team Anda jadi lebih bagus. Atasan baru Anda kerjanya menjadi semakin ringan. Dan Anda, bisa menunjukkan pada dunia bahwa; Anda memiliki kemampuan yang berkualitas tinggi. Dan Mas bro. Inilah bentuk kemenangan, sesungguhnya. Anda siap meraihnya?



Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...