Zaman Kalabendu
Berlangsung dari tahun 1901 hingga 2009
Kini saatnya Zaman Kalabendu akan menemui masa akhir.
Nusantara yang kini kita tempati untuk hidup telah melalui banyak zaman,
dari zaman yang penuh penderitaan hingga zaman penuh kesengsaraan. Kita
mengenal zaman Belanda yang artinya zaman dimana Indonesia sedang dijajah
Belanda, kita juga mengenal zaman Jepang yang artinya zaman dimana Indonesia
sedang dijajah Jepang. Ada juga zaman leluhur, zaman walisongo, zaman kerajaan
dan lain sebagainya pernah terjadi di negri ini.Berlangsung dari tahun 1901 hingga 2009
Kini saatnya Zaman Kalabendu akan menemui masa akhir.
1. Zaman di Indonesia.
Prabu Joyoboyo membagi zaman menjadi 3 bagian yiatu :
a. Zaman Permulaan (Kali-swara) berlangsung selama 700 tahun.
b. Zaman Pertengahan (Kali-yoga) berlangsung selama 700 tahun.
c. Zaman Akhir (Kali-sangara) berlangsung selama 700 tahun.
Untuk zaman yang ketiga, zaman Akhir (Kali sengara) terbagi dalam 7 zaman yaitu :
a. Kala-jangga (Jaman Kembang Gadung) antara tahun 1401-1500 M atau 1610 – 1709.
b. Kala-sakti Kalasekti (Jaman Kuasa) 1501-1600 M atau 1710 – 1809.
c. Kala-jaya Kalajaya (Jaman Hunggul) 1601-1700 M atau 1810 – 1909.
d. Kala-bendu (Jaman sengsara lan Angkaramurka) 1701-1800 M atau 1910 – 2009.
e. Kala-suba (Jaman Kamulyan) 1801-1900 M atau 2010 – 2109.
f. Kala-sumbaga (Jaman Kasohor) 1901-2000 M atau 2110 – 2109.
g. Kala-surasa (Jaman Alus) 2001-2100 Matau 2210 – 2109.
Bila diperhatikan pergantian zaman di Indonesia, sepertinya negri ini belum pernah menemui zaman yang menyenangkan. Zaman yang dilalui selalu saja isinya membuat rakyat menderita meskipun tidak semua rakyat Indonesia mengalaminya. Akan tetapi berdasarkan Jongko Joyoboyo sebentar lagi Indonesia akan memasuki zaman Kalasuba atau zaman suka ria. Namun sebelum memasuki zaman tersebut harus meninggalkan dulu zaman Kalabendu. Kira-kira apa yang terjadi di akhir zaman Kalabendu?
2. Kata akhir dan kata Kalabendu.
Kata akhir cenderung diartikan sebagai suatu hal yang terjadinya paling belakang setelah hal-hal yang lainnya terlebih dahulu terjadi. Sementara Kalabendu diartikan sebagai zaman sengsara atau zaman goro-goro yang terjadi di Indonesia, berlangsung sejak tahun 1901 hingga tahun 2009. Peristiwa akhir zaman Kalabendu selanjutnya dapat diartikan sebagai peristiwa paling belakang (terakhir) yang terjadi selama zaman Kalabendu berlangsung di Indonesia.
Sedangkan sebutan zaman kalabendu dapat diartikan sebagai zaman sengsara yang dialami rakyat Indonesia sejak tahun 1901 hingga 2009. Namanya juga zaman penuh kesengsaraan maka banyak peristiwa-peristiwa yang membuat rakyat sengsara seperti perang, bencana alam, pembunuhan, ketidakjelasan hukum, kejahatan dimana-mana ditambah lagi dampak dari internasional seperti krisis keuangan, krisis global dan sebagainya. Apakah kesengsaraan ini akan terus berlangsung? … rupanya tidak, tidak lama lagi semua kesengsaraan di zaman Kalabendu akan mencapai akhir peristiwa.
Kapan peristiwa akhir zaman kalabendu akan terjadi? belum bisa dipastikan hari bulan dan tahunnya. Namun bila merujuk penentuan tahun zaman Kalabendu oleh Prabu Joyoboyo yaitu zaman Kalabendu berlangsung dari tahun 1901 hingga tahun 2009, maka peristiwa akhir Kalabendu akan terjadi di tahun 2009 ini. Padahal sekarang sudah tanggal 30 Nopember 2009, hanya tersisa satu bulan saja untuk tahun 2009 yaitu bulan Desember. Apa mungkin peristiwa akhir Kalabendu akan terjadi pada bulan Desember 2009? Sebaiknya kita tunggu saja hari demi hari di bulan Desember 2009.
3. Hadits Nabi Muhammad SAW.
Ali Ibnu Abu Thalib ra, ia berkata: Adalah Nabi Muhammad SAW bersabda: “Seandainya usia dunia ini tidak tinggal melainkan satu hari saja lagi, tetap juga Allah SWT akan mengutus seorang lelaki dari kalangan ahli baitku yang akan memenuhi dunia dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya penuh kezaliman dan kemaksiatan”. ( Riwayat Ahmad ) Ada 3 point penting dalam hadits tersebut. Pertama dunia, kedua tinggal satu hari dan ketiga Tuhan mengutus seorang laki-laki. Untuk pertama kata dunia tersebut bukan untuk planet bumi karena bila planet bumi usianya tinggal satu hari, itu artinya sedang terjadi matahari terbit dari barat. Padahal bila sudah terjadi peristiwa itu maka Tuhan tidak akan mengutus siapapun lagi.
Kedua kata tinggal satu hari usia dunia. Untuk kalimat ini diartikan bila usia Indonesia hanya tersisa satu hari yang apabila sisa usia satu hari tersebut dibiarkan dan tidak diselamatkan, maka Indonesia akan benar-benar kiamat. Sementara penyebab terjadinya hingga usia Indonesia tinggal satu hari tiada lain perang agung seperti yang disebutkan dalam Sabda Gaib Prabu Joyoboyo.Karena adanya perang agung yang kematiannya banyak juga terjadi kehancuran baik di kota-kota maupun di desa-desa maka usia Indonesia akan tinggal satu hari.
Tapi jangan kawatir karena setelah itu ada point ketiga yaitu Tuhan mengutus seorang lelaki muda untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran. Lelaki muda inilah dia Satrio Piningit yang keberadaannya masih misterius hingga saat ini. Kehadiran si satrio itu di Indonesia tentunya akan beraksi sedemikian rupa menyelamatkan Indonesa yang sedang terjadi perang agung. Setelah perang agung tersebut dapat diatasi maka bertambahlah usia Indonesia dan saat itu zaman akan berganti dari zaman penuh penderitaan ke zaman kemuliaan.
Dari Hadits Nabi Muhammad SAW di atas dapat dimengerti bila Nabi telah mengetahui kelak di Indonesia akan terjadi kehancuran yang membawa negri ini menuju kiamat. Hadirnya lelaki muda yaitu Satrio Piningit menjadi pertanda bila zaman telah berganti dari zaman Kalabendu ke zaman Kalasuba. Untuk itu kalimat usia dunia tinggal satu hari oleh karena perang agung merupakan peristiwa akhir Kalabendu. Sudah tentu sebagai peristiwa kahir di zaman Kalabendu maka tidak ada peristiwa lain lagi di zaman itu tetapi muncul peristiwa baru di zaman baru pula.
4. Ugo Wangsit Siliwangi.
Prabu Siliwangi dalam Ugo Wangsitnya menyebutkan “Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara”. Penyebutan Pemuda Gembala dalam kalimat tersebut tiada lain dialah Satrio Piningit yang dalam Hadits Nabi SAW di atas merupakan lelaki muda yang diutus Tuhan Sang Pencipta. Kalimat tersebut bila dimengerti merupakan pesan bagi rakyat Indonesia dari Prabu Siliwangi agar mempersiapkan diri sebelum terjadinya huru-hara.
Penyebutan kalimat huru hara yang bermula dari satu daerah lalu meluas di seluruh negara, hal ini senada dengan perang agung menurut Prabu Joyoboyo. Karena huru hara atau perang agung inilah kelak usia dunia (Indonesia) hanya tersisa satu hari saja menurut Nabi SAW. Terjadinya peristiwa huru hara atau perang agung inilah yang disebut peristiwa akhir zaman Kalabendu. Tapi ini bukan goro-goro karena goro-goro penderitaannya lama dan bertahun-tahun, namun untuk peristiwa akhir Kalabendu hanya sebentar yang kemudian muncul Pemuda Penggembala mengakhiri zaman Kalabendu.
5. Sabda Gaib Prabu Joyoboyo.
Prabu Joyoboyo dalam Sabda Gaibnya menyebutkan “ing madura nagari meh ghatuk lan Surabaya,sabibaripun tumuli,wiwit dahuru lonlona saya lami saya ndadi Temah peperangan agung ,rurusuh mratah sabumi mungsuhe datan karuwan .polahe jalma keha sami,kadi gabah ingeteran ,montang manting rebut urip Papati atumpuk undung ,desa desa morat marit , kutha kutha karusakan” ……. Selanjutnya …….“wus mantun Denya piningit ,kinen anyapih sami.kang samya gung perang pupuh lan nyirnaken durmala,mamalaning nungsa jawi”.
Artinya Setelah itu terjadi konflik besar, kerusuhan merata di seluruh bumi, penyebabnya tidak jelas, tingkah manusia sama saja, bagaikan gabah ditampi, kocar-kacir berebut hidup. Kematian massal terjadi di mana-mana, desa carut-marut, kota-kota banyak terjadi kerusakan……. Selanjutnya …….sudah keluar dari tempat persembunyian, sudah diurus sama hasilnya, yang mendapatkan titah untuk menggelar perang pupuh, untuk menghapuskan kejahatan, yang menjadi bencana manusia Jawa.
Perang agung yang diungkapkan dalam Sabda Gaib di atas yang menjadi rujukan utama peristiwa akhir zaman Kalabendu. Huru hara atau perang agung yang merata ke seluruh wilayah Nusantara bila memang benar-benar terjadi, maka Indonesia nyata-nyata akan menuju kiamat hingga usianya tersisa cuma satu hari saja. Tanda dari terjadinya peristiwa ini yaitu apabila Jawa dan Madura hampir tersambung. Padahal sudah jelas adanya jembatan Suramadu yang menghubungkan Jawa dan Madura . Jadi tinggal menunggu waktu kapan dimulai perang atau huru haranya di Indonesia.
Ada 2 fenomena menarik dalam Sabda Gaib Prabu Joyoboyo yaitu pertama tiba-tiba terjadi huru hara atau perang agung dan yang kedua muncul Satrio Piningit mengadakan perang pupuh. Untuk fenomena pertama terjadinya perang agung, peristiwanya tidak terduga yang secara tiba-tiba rakyat menjadi beringas seperti “gabah di tampi” artinya seperti tumpukan daun kering di sulut api, maka api akan cepat menjalar dan membakar daun-daun kering tersebut berapapun banyaknya dedaunan kering.
Begitulah kiranya kelak perang agung dimulai, tiba-tiba rakyat mengamuk menjadi beringas emosi amarah lalu melakukan kerusuhan dan pengerusakan di mana-mana. Hal ini memancing rakyat lainnya untuk berbuat yang sama sehingga sebagian besar rakyat Indonesia akan melakukan kerusuhan dan pengerusakan dimana-mana. Hasilnya akan banyak kematian, rakyat dengan rakyat saling berperang tidak jelas apa sebenarnya yang akan mereka dapatkan dari perang tersebut. Maka beruntunglah bagi mereka rakyat Indonesia yang masih hidup dan tetap selamat.
Selanjutnya fenomena kedua muncul Satrio Piningit mengadakan perang pupuh. Secara tiba-tiba Satrio Piningit muncul dari pingitan atau persembunyiannya (ntah dimana dia bersembunyi). Kemunculannya itu rupanya untuk mengadakan perang pupuh. Tidak jelas apa maksud Prabu Joyoboyo memberi nama perang pupuh tersebut, apa Satrio Piningit akan ikutan perang agung atau yang lainnya. Akan tetapi dugaan sementara perang pupuh dapat dimengerti sebagai perangnya Satrio Piningit di awal kemunculannya untk mengakhiri perang agung yang sedang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Hadirnya Satrio Piningit mengadakan perang pupuh sepertinya bukan untuk mengalahkan rakyat, akan tetapi untuk mengakhiri perang agung saja. Selanjutnya rakyat dan Indonesia perlahan-lahan memulai hidup baru di zaman baru yaitu zaman Kalasuba atau zaman suka ria kata Prabu Joyoboyo. Tetapi untuk mencapai keadaan itu tentunya harus melewati perang agung dan perang pupuh terlebih dahulu. Dalam hal ini perang agung merupakan peristiwa akhir di zaman Kalabendu Indonesia. Sementara perang pupuh merupakan peristiwa awal di zaman Kalasuba Indonesia.
6. Peristiwa akhir Zaman Kalabendu bukan Goro-goro.
Muncul sebuah pertanyaan, apakah peristiwa akhir zaman Kalabendu juga merupakan goro-goro. Beberapa pihak menyebut segala peristiwa di zaman Kalabendu merupakan goro-goro baik itu di awal, di tengah maupun di akhir zaman kalabendu. Permadi SH salah satunya, bila ditanya sesuatu selalu jawabnya goro-goro, pemilu legislatif ada goro-goro, pilkada ada goro-goro, pilpres ada goro-goro. Ditanya lagi ke depan bagaimana? jawabnya ke depan Indonesia ada goro-goro. Memang diakui Zaman Kalabendu identik sekali dengan goro-goro.
Apabila mau mencermati lebih dalam lagi, sebenarnya peristiwa akhir Kalabendu berbeda dengan yang biasa disebut goro-goro. Lantas apa sebutan yang cocok bagi peristiwa akhir zaman Kalabendu. Sampe saat ini belum ditemukan sebutan yang pas buat peristiwa akhir zaman Kalabendu, akan tetapi bila mau meminjam istilah dari Prabu Joyoboyo dan Prabu Siliwangi, maka peristiwa akhir zaman Kalabendu menurut Prabu Siliwangi disebut dengan huru hara. Sementara menurut Prabu Joyoboyo disebut dengan perang agung. Artinya akan terjadi huru hara atau perang agung di akhir zaman Kalabendu tapi itu bukan goro-goro.
Kita ketahui Prabu Joyoboyo sempat memberikan sinyal bila negara Indonesia akan dipimpin oleh NoToNaGoRo. Penyebutan notonagoro cenderung diartikan sebagai menata negara sebelum terjadinya peristiwa goro-goro di zaman Kalabendu. Rupanya sinyal yang diberikan Prabu Joyoboyo benar terjadi, setelah Indonesia dipimpin oleh 5 presiden yaitu Sukarno, Suharto, Habibi, Gusdur dan Megawati maka pada saat SBY menjadi presiden, goro-goropun dimulai. Ada tsunami, gempa bumi, gunung meletus, penggusuran, rusuh dimana-mana dan lain sebagainya.
Itulah goro-goro sebagai suatu peristiwa yang hingga saat ini berlarut-larut masih terjadi dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Tapi goro-goro itupun ada puncaknya yaitu yang dikenal dengan sebutan Lawon Sapta Ngesthi Aji merujuk ramalan Sabdo Palon. Peristiwa puncak goro-goro itu terjadi pada Desember 2007 yang saat itu banjir terjadi dimana-mana bahkan di daerah yang tidak pernah banjirpun akhirnya kebanjiran juga. Ini adalah goro-goro yang peristiwanya menyengsarakan rakyat Indonesia dalam waktu lama berlarut-larut, sementara pemimpin dan pemerintah malah sibuk sendiri dan lupa nasib rakyat.
Untuk peristiwa akhir Kalabendu berlangsungnya tidak lama juga tidak berlarut-larut. Merujuk Sabda Gaib Prabu Joyoboyo yang menyebutkan bila menjelang kemunculan Satrio Piningit sebagai tanda berakhirnya zaman Kalabendu akan terjadi perang agung di Indonesia dengan tingkat kematian sangat tinggi. Kita lihat kembali pada kerusuhan Mei 1998 yang hanya dipicu oleh 2 hari demonstrasi reformasi sudah berakibat porak poranda sebagian besar wilayah Indonesia. Apalagi sekarang yang rakyat terbiasa rusuh, untuk terpicu ke arah perang yang kematiannya tinggi mungkin akan terjadi tidak membutuhkan waktu lama.
Memperkirakan potensi rusuh rakyat Indonesia saat ini lalu dihubungkan dengan sabda gaib Prabu Joyoboyo maka perang agung sebagai peristiwa akhir zaman Kalabendu diperkirakan terjadi hanya beberapa minggu saja dan tidak akan berlarut-larut, karena bila kematiannya banyak dan daerah hancur-hancuran dibiarkan maka bisa kiamat beneran. Untuk itu muncullah Satrio Piningit mengakhiri perang agung tersebut. Dengan demikian perang agung sebagai peristiwa akhir zaman kalabendu bukan goro-goro.
7. Menjelang Zaman Kalasuba.
Setelah Indonesia mengalami zaman kalabendu sebagai zaman yang penuh penderitaan bagi rakyat Indonesia, maka selanjutnya zaman inipun akan ditinggalkan berganti dengan zaman baru yaitu zaman Kalasuba sebagai zaman yang penuh suka ria. Untuk memasuki zaman baru tersebut rupanya harus ada perang sebagai peristiwa terakhir di zaman Kalabendu. Meskipun peristiwanya tidak lama dan berlarut-larut, namun kelak akan ditemui banyak rakyat Indonesia yang kehilangan nyawa, kehilangan sanak saudara, harta benda, sandang papan dan sebagainya.
Di tengah-tengah berlangsungnya huru hara atau perang agung tepatnya menjelang datangnya zaman baru yaitu zaman Kalasuba, ada fenomena alam yang cukup menarik yaitu melintasnya komet di langit dengan ekornya yang sangat panjang dan dapat dilihat dengan mata langsung tanpa harus menggunakan alat bantu penglihatan. Fenomena alam ini bukanlah hal yang biasa tetapi merupakan hal yang sangat jarang terjadi adanya komet dengan ekornya yang panjang melintas bahkan bisa dilihat oleh siapa saja di mana saja tempatnya di seluruh muka bumi ini.
Prabu Joyoboyo dalam bait 160 Jongkonya menyebutkan “sebelumnya ada pertanda bintang pari panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur lamanya tujuh malam hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya”. Dari kalimat tersebut sudah jelas kelak akan ada komet yang sangat panjang ekornya bahkan karena begitu panjangnya komet tersebut dapat terlihat hingga 7 hari lamanya. Terlihat satu malam saja yaitu selama 12 jam nampak sekali panjang ekornya, apalagi hingga 7 malam, betapa panjang ekor komet tersebut.
Senada dengan Prabu Joyoboyo, Harun Yahya dalam bukunya juga menyebutkan “Sebuah bintang dengan ekor bercahaya akan muncul dari Timur sebelum munculnya Al Mahdi. (Ka’b al-Ahbar)”. Karena fenomena melintasnya komet 7 hari tepat sebelum munculnya Satrio Piningit, otomatis peristiwa itu terjadi pada saat huru hara atau perang agung masih berlangsung. Sehingga rakyat Indonesia dapat memperkirakan sendiri apabila ada komet 7 hari di saat huru hara / perang terjadi nanti, itu tandanya Satrio Piningit akan segera muncul. Fenomena komet 7 hari ini terjadi tepat menjelang zaman Kalasuba.
Sumber : http://eddycorret.wordpress.com/2009/11/30/peristiwa-akhir-zaman-kalabendu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar