Selasa, 17 November 2015

Belajar dari Pemikiran Gus Dur


Oleh: Maswan*
Walaupun Gus Dur sudah meninggal dunia, dan dalam kasat mata sudah tidak terlihat jasadnya, namun namanya, gagasan dan pemikirannya masih terbaca dengan jelas. Bahkan gambar Gus Dur, baik dalam bentuk foto dan karikatur masih sering kita lihat di cover-cover buku, di halaman koran dan di baliho, seolah-olah Gus Dur masih hidup bersama dengan kita di dunia ini. 

KH Abdurrahman Wahid, panggilan populernya Gus Dur semasa hidupnya adalah sosok orang yang sangat unik dannyleneh. Panggilan  Gus Dur, lebih terkenal dibanding dengan nama aslinya. Gus Dur menjadi buah bibir dan menghiasi halaman surat dan media elektronik di negeri ini (Indonesia) bukan tanpa sebab. Beliau tidak normal layaknya manusia, karena beliau mampu menjadi orang ‘super-gila’ menurut kebanyakan orang. Orang awam, dan bahkan orang-orang pinter kelas Indonesia, banyak yang tidak memahami pikiran dan gagasan-gagasan Gus Dur secara simultan. Gus Dur adalah sosok manusia yang mampu mewujudkan diri dalam kehidupan secara multi dimensional.

Manusia multidimensi

Dalam buku Gus Dur, Manusia Multidiensional yang saya susun bersama anak saya, seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi muda NU (Nahdlatul Ulama). Di dalam buku tersebut, tergambar sosok Gus Dur dengan berbagai dimensi (sebagai kiai, seniman-budayawan, politisi, negarawan dan sejenisnya) yang dibentang oleh para tokoh-tokoh nasional yang sepaham dengan pemikiran Gus Dur. 

Tokoh-tokoh nasional yang dekat dengan Gus Dur memberikan apresiasi possitif terhadap sepak terjang Gus Dur pada hidupnya. Gus Dur, dijuluki manusia genius. Beliau mampu menjalani  proses hidup yang diaktualisasikan dalam proses berpikir positif dan mampu membuat langkah-langkah loncatan yang jauh,tinggi dan terdepan yang sering dianggap tidak normal bagi orang awam. 

Ketidaknormalan Gus Dur kita anggap sebagai orang genius, intuitif, lurus dan apresiatif (gila). Gus Dur gila, tidak diartikan sebagai kehilangan dan terputusnya sel syaraf otaknya, tetapi justru kelebihan dan tersambungnya sel syaraf otak beliau secara kuat, sehingga mampu berpikir lebih. Memori otak beliau sangat kuat dan luar biasa. Selain sel syaraf otak yang berlebih, ditunjang dengan potensi indrawi dan spiritualnya yang tajam. 

Kegilaan Gus Dur, karena beliau kita pandang sebagai orang aneh, nyleneh, dan kontroversial tidak selayaknya orang normal. Beliau genius, kemampuan berpikirnya di atas rata-rata orang normal. 

Selain mempunyai kecerdasan berpikir, beliau mempunyai daya intuitif, semacam bisikan bathin yang tajam yang jarang dimiliki kebanyakan orang. Daya intuisinya yang tajam dan dilandasi dengan kemampuan berpikir cerdas, maka tidak jarang pendapat dan statemen yang dilontarkan di depan publik, bagi yang mendengarkannnya sering menjadi kejutan. 

Kejutan-kejutan yang kita alami muncul sesaat, lantaran  ide dan gagasan Gus Dur yang sering membingungkan, kita tidak mampu memahami dan menafsirkan. Intuisi Gus Dur berlari ke depan secepat kilat, dalam memprediksi persoalan yang bakal muncul selalu tepat dan cespleng

Kekuatan indra keenam adalah aktualisasi intuisi yang dilandasi fenomena kekinian. Komparasi kemampuan berpkir genius dan intuisi yang jernih, membuat beliau unggul dalam menerobos gagasan cemerlang dan lurus.

Prinsip hidup yang dipegang Gus Dur sangat kuat. Beliau, komitmen dengan pendapatnya. Karena beliau tahu dengan kaca pandangnya yang berdimensi ganda. Kebenaran yang dilakukan berdasarkan analisa logika melalui fenomena yang sudah terjadi, dan prediksi lewat intuisinya yang berpondasikan lewat petunjuk dalil dari Al Qur’an, sebagai petunjuk manusia di muka bumi ini, seperti ajaran Rasulullah SAW, menjadi rahmatal lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) 

Kita yang hanya mampu berpikir normal, kewalahan untuk mengejar dan mengikuti ide dan gagasan beliau. Dengan mencoba mengejar yang tidak kunjung sampai, akhirnya kita lelah dan muncul apatis. Kapasitas yang kita punyai dan didukung dengan keangkuhan diri, maka akhirnya membuat putusan untuk menyalahkan Gus Dur sebagai orang yang aneh. 

Dalam kiprah hidup Gus Gur sangat apresiatif. Sebagai seorang kiai, beliau sangat menghargai setiap karya budaya. Gus Dur jarang mendeskriminasikan produk kekaryaan budaya yang dilakukan manusia. Beliau sangat menghargai perbedaan. Konsep dan kerangka berpikir dalam hidup Gus Dur  yang selama ini kita lihat, adalah membela yang benar, membela yang lemah dan orang-orang yang teraniaya.

Berani karena benar

Waktu hidupnya, Gus Dur berbuat dan berperilaku kontroversial sehingga memunculkan tanggapan pro dan kontra orang di sekitarnya. Beliau tidak merasa tersanjung jika dipuji, dan tidak merasa kebakaran jenggot jika dimaki-maki. Oleh kawan dan lawan beliau dianggap misteri dan sulit dipahami. Sampai pada wafatnya, membuat orang pro dan kontra untuk menilai baik dan buruknya seorang Gus Dur. 

Silang pendapat, untuk memberikan suatu tanda apakah beliau itu seorang pahlawan atau lebih dari pahlawan, dan atau bahkan seorang wali Allah, adalah sebuah hak hidup dari orang per orang. Yang pasti indikasi wafatnya Gus Dur, membuat banyak orang di belahan bumi ini merasa kehilangan. Orang-orang yang mengakui kebenaran pikiran Gus Dur, kini merasa rindu. Rindu akan guyonan yang ilmiah, rindu akan keberanian mengambil keputusan untuk kepentingan umat.

Kerinduan ini, karena kita saat ini menghadapi masalah berat dalam penataan bangsa. Sebagai guru bangsa, barangkali kalau saat ini beliau masih bersama kita, akan mengatakan kepada Presiden Joko Widodo, dengan memberi semangat; “Dik Jokowi, jangan takut melangkah untuk membela yang benar, demi bangsa dan negera”. 

Tidak hanya sekelompok orang yang membutuhkan Gus Dur, tetapi bangsa-bangsa di dunia ini merasa membutuhkan Gus Dur sebagai sosok orang yang mempunyai pemikiran multi dimensional. 

Gus Dur, adalah sosok pemimpin yang berani mengatakan tidak, kepada ada hal-hal yang bertentangan hukum dan konstitusi. Dan membela yang benar, kalau memang untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Ya, begitulah seharusnya menjadi pimpinan bangsa. Kita sebagai kader penerus NU, harus belajar dari pemikiran dan perilaku Gus Dur. Buku Gus Dur, Manusia Multi dimensional, bisa dibaca oleh para penerus Gus Dur.

*Penulis, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, Pengurus Lajnah Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) PCNU Kabupaten Jepara (maswan.drs7@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...