Sabtu, 21 November 2015

Nasehat Bagi Para Ibu setelah melahirkan dari Imam Ja'far


Imam Ja’far as-Sadiq (as) menasehatkan para ibu agar "mereka menidurkan bayi-bayi mereka yang baru lahir di samping sebelah kiri dari para ibu".32*)
Selama berabad-abad, nasehat ini dianggap oleh banyak orang sebagai nasehat yang tidak ada artinya dan dianggap mengada-ada karena tidak ada satu orangpun yang bisa melihat manfaat dari meletakkan bayi untuk tidur di sebelah kiri dari sang ibu.

Beberapa orang malah berpendapat lebih jauh lagi. Mereka menganggap bahwa meletakkan bayi di sebelah kiri ibunya itu malah berbahaya. Ibu dari si bayi itu bisa saja—secara tidak sadar—berguling ketika sedang tidur dan melindas si bayi hingga si bayi tidak bisa bernafas dan akan mengalami kematian. Tidak ada satu orangpun baik di Timur maupun di Barat yang mau mempertimbangkan nasehat Imam Ja’far (as) dan melihatnya dengan serius. Bahkan itu berlanjut sampai jaman Renaissance ketika para cerdik cendikia dan para ilmuwan di Eropa mulai mempelajari setiap teori secara kritis. Tidak ada seorangpun yang mau mencoba untuk meneliti atau menemukan apakah nasehat Imam Ja’far (as) itu memiliki dasar ilmiah atau tidak.

Pada tahun 1865, Ezra Cornell mendirikan the Cornell University di NYK. Di universitas ini, ia mendirikan sebuah institut (di bawah jurusan kedokteran) yang diberi-nama Institute for the Research on New Born and Suckling Babies. Seorang ahli riset di lembaga ini pernah berkeliling ke berbagai penjuru dunia dan melihat bahwa semua ibu di setiap Negara yang ia kunjungi secara naluriah menggendong bayi-bayi mereka dengan meletakkan bayi-bayinya di sebelah kiri lengannya.

Para dokter di lembaga ini melihat bahwa bayi-bayi yang diletakkan di sebelah kiri si ibu ketika mereka tidur, akan tidur nyenyak sekali dan damai sekali sampai mengeluarkan bunyi
dengkur pertanda mereka tidur pulas. Akan tetapi bayi-bayi yang diletakkan di sisi kanan si ibu ketika mereka tidur akan terbangun sesekali dan kemudian menangis keras. Dalam sebuah observasi diketahui bahwa di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi-bayi itu akan resah dan tidak bisa istirahat sama sekali, apabila mereka tidak diletakkan di sebelah kiri dari ibu-ibu mereka.

Setelah adanya penemuan holografi, dan gambar-gambar holografis dari bayi-bayi yang belum lahir bisa diambil maka kita bisa melihat bahwa detak jantung si ibu itu bisa mencapai telinga si bayi yang ada di dalam rahimnya. Eksperimen-eksperimen dilangsungkan dengan menggunakan mamalia yang berbeda untuk melihat reaksi yang diberikan oleh janin-janin yang sedang dikandungnya. Semua eksperimen menunjukkan bahwa ketika jantung si ibu dari si bayi itu berhenti berdetak (walaupun sesaat), maka si janin mulai menjadi resah dan bergerak-gerak, karena bayi itu memerlukan pasokan makanan dan makanan itu dialirkan lewat darah yang dipompa jantung si ibu. Setiap jantung si ibu berdetak, maka sari-sari makanan dan oksigen mengalir ke si janin.

Eksperimen-eksperimen ini menunjukkan bahwa bayi-bayi yang belum lahir itu tidak hanya terbiasa dengan detak jantung sang ibu, tapi keberadaan si bayi itu memang sangat tergantung dari jantung si ibu yang mengandungnya.
Detak-detak jantung—bagi si bayi—artinya pasokan suplai makanan yang konstan. Sedangkan berhentinya detak jantung dari si ibu akan berarti kelaparan dan kematian. Para bayi dalam kandungan itu sangat tergantung kepada detak jantung ibu-ibunya. Saking tergantungnya mereka kepada detak jantung si ibu hingga bahkan setelah mereka lahir-pun, mereka menjadi resah, apabila mereka tidak mendengar detak jantung.

Seorang bayi yang baru lahir tahu benar akan detak jantung ibunya sendiri dan itulah sebabnya si bayi itu akan tidur lebih nyaman dan lebih damai apabila ia diletakkan di sebelah kiri ibunya. Karena hanya dengan tidur di sebelah kiri ibunya maka si bayi bisa mendengar detak jantung ibunya secara jelas.33*)  
Apabila Cornell University belum didirikan dan riset terhadap bayi itu belum dilakukan, maka tidak ada seorangpun yang pernah menyadari (secara ilmiah) pentingnya nasehat dari sang Imam bahwa para ibu mesti menidurkan bayinya di sebelah kirinya.

Imam Ja’far as-Sadiq (as) memiliki pemikiran yang jauh ke depan melintasi ruang dan waktu. Pemikirannya melampaui rentang waktu 1,100 tahun. Dengan itu kita bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa Imam Ja’far as-Sadiq (as)—seperti para Imam lainnya dari Ahlul Bayt (as)—semuanya memiliki Ilmu Ladunni (divine knowledge atau pengetahuan Illahiah).
Pengetahuan Illahiyah inilah yang menjadikan Ilmu Imam Ja’far (as) itu dasyhat dan tidak tertandingi di jamannya (dan juga di jaman setelahnya).
*)32 Maksudnya ibu-ibu tidur di sebelah kanan dan bayi-bayinya tidur di sebelah kiri. (pen)
*)33 Karena letak jantung manusia ada di sebelah kiri (pen)


http://www.islamitucinta.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...