Kamis, 19 November 2015

UNTUK SEORANG KAWAN

Oleh : Deny Siregar
Ketika kita berkata bahwa kita mencintai Tuhan, sanggupkah kita ketika cinta kita dibalas Tuhan ?
Cara Tuhan mencintai hamba-Nya tidak bisa kita sandingkan dengan cara ibu mencintai kita. Jika seorang ibu mencintai anaknya, terbatas pada memberikan perlindungan penuh sehingga kita merasa aman dan tentram. Seorang ibu sulit untuk menyakiti anaknya, karena secara naluri ia mempunyai tali kasih yang sangat erat.
Tapi Tuhan jauh berbeda. Ia mencintai kita melalui sudut pandang tak terbatas. Kasih sayang hanya satu sudut saja.
Tuhan Maha Tahu bahwa dalam setiap langkah hamba-Nya, selalu ada dosa yang mengiringinya. Bisa dibayangkan, jika dosa itu berwujud seperti karat, maka kita tidak akan mampu bergerak bahkan bernapas. Miliaran dosa kita sepanjang hidup, dan miliaran pula Tuhan mengampuni-Nya.
Tuhan ingin kita masuk ke surga-Nya. Karena surga yang suci hanya untuk mereka yang sudah disucikan. Maka dibersihkan-Nya lah kita dari setiap kotoran2 yg menumpuk di tubuh kita. Proses pembersihannya tentu sakit, ibarat tubuh ini dibersihkan dari karat tebal dengan sikat besi.
Tidak ada manusia yang tidak berteriak pada situasi pembersihan jiwa ini. Yang beriman, tentu berteriak pada setiap ibadahnya dengan airmata yang bercucuran deras. Yang tidak, cenderung mengumpat, mengeluh, putus asa, dada sesak dan semua hal yang malah menembah bebannya sendiri.
Rasa nyaman dalam hidup seharusnya menjadikan kita waspada. Jika seperti itu cara membersihkan dosa2, apakah semua kenyamanan yang kita terima sekarang ini bisa berarti Tuhan tidak sayang kepada kita ? Atau malah diitangguhkan, sehingga di alam kematian dosa kita yg tidak dibersihkan di dunia akan dibersihkan dgn lebih perih ?
Tuhan berfirman dalam sebuah hadis Qudsi: “Wahai hamba-Ku sayang! Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, sesungguhnya Aku menginginkan kebaikan bagi setiap yang Aku sayangi. Tidak akan Aku matikan ia sebelum Aku mengampuni dosa-dosanya dengan penyakit, kesusahan, kerugian, atau kehilangan anggota keluarga. Dan jika masih ada dosanya yang tersisa, Aku akan beratkan sakratul mautnya. Hal ini Aku lakukan agar ia menjumpai-Ku dalam keadaan suci seperti bayi”. (Jami’us Sa’adat)
Ibarat secangkir kopi, kasih sayang dan keadilan Tuhan adalah air, yang mencampurkan pahit dan manis dan menjadikannya seimbang.
Kawanku sayang, kesulitan itu sejatinya kenikmatan, bagi mereka yang memahami-nya.
by : dennysiregar.fb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...