Senin, 09 November 2009

SERAT WEDHATAMA (lanjutan)

11. Iku Kaki takokena, marang para sarjana kang martapi, mring tapaking tepa tulus, kawawa nahen hawa, wruhanira mungguh sanyataning ngelmu, tan mesthi neng jana wredha, tuwin mudha sudra kaki.
(anakku, hal itu tanyakan, kepada para cerdik pandai yang berpengalaman, terhadap jejak hati yang tulus, sudah berhasil menahan hawa nafsu, ketahuilah sesungguhnya ilmu itu, tidak harus bisa dimiliki orang tua, mudha maupun sudra).

12. Sapatuk wahyuning Allah, ya dumillah mangulah ngelmu bangkit, bangkit mikat reh mangukut, kukutaning jiwangga, yen mengkono kena sinebut, wong sepuh, lire sepuh sepi hawa, awas roroning atunggil.
(siapapun yang menerima wahyu Illahi, lalu dapat mencerna dan menguasai ilmu, mampu menguasai ilmu kesempurnaan diri, orang yang demikian itu pantas disebut "orang tua", orang yang tidak dikuasai nafsu, dapat manunggal dengan gusti).

13. Tan samar pamoring suksma, sinuksmaya winahya ing ngasepi, sinimpen telenging kalbu, pambukaning warana, tarlen saking liyep layaping aluyup, pindha pesating sumpena, sumusuping rasa jati.
(tidak ragu-ragu lagi terhadap citra Suksma (Tuhan), diresapi dan dibuktikan di kala sepi/hening, diendapkan dilubuk hati, pembuka tirai itu tidak lain antara sadar dan tiada, serasa mimpi, hadirnya rasa yang sejati).

14. Sejatine kang mangkana, wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi, bali ngalaming ngasuwung, tan karem karameyan, ingkang sifat wiswa winisesa wus, mulih mulanira, mulane wong anom sami.
(sebenarnya yang demikian itu, sudah mendapat anugerah Tuhan, kembali ke alam kosong, tidak mabuk keduniawian, yang bersifat kuasa menguasai, kembali ke asal mula, oleh karena itu hai anak muda sekalian).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...