Jumat, 27
Maret 2015, 19:38 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA--Meskipun manusia sama-sama sebagai hamba dan khalifah serta sama-sama memiliki
instrumen kecerdasan spiritual, manusia memiliki tingkatan kecerdasan spiritual
yang berbeda-beda satu sama lain. Menurut Sayid Kamaluddin Haidary, ada tujuh
tingkatan sekaligus instrumen kecerdasan spiritual, yaitu jiwa (al-nafs), akal
(al-'aql), kalbu (al-qalb), roh (al-ruh), rahasia (al-sirr), yang tersembunyi
(al-khafy), yang lebih dalam tersembunyi (al-akhfa).
1. Maqam jiwa (al-nafs) ialah kualitas manusia yang masih berkutat kepada kesenangan dan kepuasan fisik-duniawi. Keadaan dirinya masih sebatas: Rabbana atina si aldunya… (Ya Allah anugrahkanlah kebaikan di dunia/QS al-Baqarah/2:201). Orang seperti ini masih terlilit dengan cinta dunia (hub al-dunya). Orang ini berpotensi menyerupai binatang atau lebih buruk lagi (ulaika ka al-an'am bal hum adhal/QS al-A'raf [7]:179 ). Out-put orang ini sama dengan yang dikatakan di dalam Alquran: Ma lahu fi al-akhirah min khilaq (“…tiadalah baginya keuntungan di akhirat”/QS al-Baqarah [2]:102).
2. Maqam akal (al-'aql) ialah mereka yang sudah mulai melek akhirat meskipun dunianya masih lebih kuat. Mereka inilah yang dilukiskan di dalam Alquran: Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirh hasanah ("Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat/ QS al-Baqarah [2]:201). Keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
3. Maqam qalbu (al-qalb) ialah orang yang sudah mencapai maqam ihsan, yang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan dan dijawab: An ta'bud Allah ka annaka tarahu (ia menyembah Allah SWT bagaikan melihat-Nya/HR Bukhari).
4. Maqam roh (al-ruh) ialah orang yang sudah sampai kepada maqam “anna”, bukan lagi “ka anna”, maksudnya ia sudah melihat Allah, bukan lagi bagaikan melihat Allah.
5. Maqam rahasia (al-sirr), yaitu orang yang sudah sampai kepada tingkatan fana' (lihat artikel terdahulu tentang al-fana'). Ia sudah seperti seorang yang sedang fana' berucap: Ma raitu sayi'an illa wa rait Allah qablahu wa ba'dahu wa ma'ahu (Saya tidak melihat sesuatu kecuali melihat Allah sebelum, sesudah, dan bersama-Nya).
6. Maqam tersembunyi, tertutup (al-khafiy), yaitu orang yang sudah sampai kepada maqam al-qurb al-nawafil (lihat artikel terdahulu tentang hal ini). Inilah yang mendapatkan janji dari nabi dalam ungkapan: “… ma yazalu 'abdi yataqarrabu ilayya bi al-nawafil hatta ahbabtuhu kuntu sam'uhu al- ladzi yasma'u bihi….” (Tiada seorang hamba yang berusaha mendekati diriku (dengan al-qurb al-nawafi) hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka jadilah telingaku yang digunakan untuk mendengar…”).
7. Maqam yang lebih tersembunyi dan lebih mistryfull lagi (al-akhfa), yaitu orang yang sudah sampai kepada maqam al-qurb al-faraid, sebagaimana telah dijelaskan dalam artikel terdahulu. Orang ini tidak lagi menggunakan “pendengaran” (al-sami') atau “penglihatan” (al-bashirah) Allah SWT, tetapi sudah menggunakan “telinga” (al-udzun) dan “mata” (al-'ain) Allah SWT. Tidak ada lagi kekhawatiran sedikut pun karena pengetahuannya sudah sampai kepada haqq al-yaqin.
Meskipun sudah sedemikian tinggi maqam capaian hamba sebagaimana tersebut di atas, masih tetap di dalam safar atau al-asfar al-awwal. Orang yang sudah sampai di maqaman tersebut di atas masih banyak maqam lebih tinggi. Masih ada tiga safar lagi yang menantang kita untuk melewatinya. Tidak mungkin memimpikan safar-safar lanjutan tanpa khatam dengan safar awal ini. (Bersambung).
1. Maqam jiwa (al-nafs) ialah kualitas manusia yang masih berkutat kepada kesenangan dan kepuasan fisik-duniawi. Keadaan dirinya masih sebatas: Rabbana atina si aldunya… (Ya Allah anugrahkanlah kebaikan di dunia/QS al-Baqarah/2:201). Orang seperti ini masih terlilit dengan cinta dunia (hub al-dunya). Orang ini berpotensi menyerupai binatang atau lebih buruk lagi (ulaika ka al-an'am bal hum adhal/QS al-A'raf [7]:179 ). Out-put orang ini sama dengan yang dikatakan di dalam Alquran: Ma lahu fi al-akhirah min khilaq (“…tiadalah baginya keuntungan di akhirat”/QS al-Baqarah [2]:102).
2. Maqam akal (al-'aql) ialah mereka yang sudah mulai melek akhirat meskipun dunianya masih lebih kuat. Mereka inilah yang dilukiskan di dalam Alquran: Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirh hasanah ("Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat/ QS al-Baqarah [2]:201). Keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
3. Maqam qalbu (al-qalb) ialah orang yang sudah mencapai maqam ihsan, yang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan dan dijawab: An ta'bud Allah ka annaka tarahu (ia menyembah Allah SWT bagaikan melihat-Nya/HR Bukhari).
4. Maqam roh (al-ruh) ialah orang yang sudah sampai kepada maqam “anna”, bukan lagi “ka anna”, maksudnya ia sudah melihat Allah, bukan lagi bagaikan melihat Allah.
5. Maqam rahasia (al-sirr), yaitu orang yang sudah sampai kepada tingkatan fana' (lihat artikel terdahulu tentang al-fana'). Ia sudah seperti seorang yang sedang fana' berucap: Ma raitu sayi'an illa wa rait Allah qablahu wa ba'dahu wa ma'ahu (Saya tidak melihat sesuatu kecuali melihat Allah sebelum, sesudah, dan bersama-Nya).
6. Maqam tersembunyi, tertutup (al-khafiy), yaitu orang yang sudah sampai kepada maqam al-qurb al-nawafil (lihat artikel terdahulu tentang hal ini). Inilah yang mendapatkan janji dari nabi dalam ungkapan: “… ma yazalu 'abdi yataqarrabu ilayya bi al-nawafil hatta ahbabtuhu kuntu sam'uhu al- ladzi yasma'u bihi….” (Tiada seorang hamba yang berusaha mendekati diriku (dengan al-qurb al-nawafi) hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka jadilah telingaku yang digunakan untuk mendengar…”).
7. Maqam yang lebih tersembunyi dan lebih mistryfull lagi (al-akhfa), yaitu orang yang sudah sampai kepada maqam al-qurb al-faraid, sebagaimana telah dijelaskan dalam artikel terdahulu. Orang ini tidak lagi menggunakan “pendengaran” (al-sami') atau “penglihatan” (al-bashirah) Allah SWT, tetapi sudah menggunakan “telinga” (al-udzun) dan “mata” (al-'ain) Allah SWT. Tidak ada lagi kekhawatiran sedikut pun karena pengetahuannya sudah sampai kepada haqq al-yaqin.
Meskipun sudah sedemikian tinggi maqam capaian hamba sebagaimana tersebut di atas, masih tetap di dalam safar atau al-asfar al-awwal. Orang yang sudah sampai di maqaman tersebut di atas masih banyak maqam lebih tinggi. Masih ada tiga safar lagi yang menantang kita untuk melewatinya. Tidak mungkin memimpikan safar-safar lanjutan tanpa khatam dengan safar awal ini. (Bersambung).
Oleh Prof Dr
Nasaruddin Umar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar