Jumat, 11 Maret 2016

Kisah Nabi Yusuf as 4




Yusuf mentakwilkan mimpi raja

Suatu malam Amenhotep 4 bermimpi aneh, dan meminta Anekmaho, kepala kuil, memerintahkan ahli tabir mimpi kuil mengartikan mimpi itu, seperti yang dikisahkan di bawah ini:
“Raja berkata [kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya]: “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir [gandum] yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang tabir mimpiku itu jika kamu dapat menabirkan mimpi.” Mereka menjawab: “[Itu] adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menabirkan mimpi itu” (12:43-44).
Minarus, juru masak istana yang ditakwilkan mimpinya oleh Yusuf, teringat pada Yusuf. Maka ia pun menyarankan agar raja memanggil Yusuf. Sementara kelompok pentakwil mimpi meminta kesempatan berunding agar dapat mengartikan mimpi raja, raja mengutus juru masaknya menerima Yusuf:
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat [kepada Yusuf] sesudah beberapa waktu lamanya:
“Aku akan memberitakan kepadamu tentang [orang yang pandai] menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku [kepadanya].”
[Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru]: “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir [gandum] yang hijau dan [tujuh] lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.” (46) Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun [lamanya] sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (47) Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya [tahun sulit], kecuali sedikit dari [bibit gandum] yang kamu simpan. (48) Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan [dengan cukup] dan di masa itu mereka memeras anggur.” (49) Raja berkata: “Bawalah dia kepadaku.” Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka.” (12:46-50).

Yusuf bersedia menemui raja asalkan raja bersedia memperjelas kasus yang membuatnya masuk penjara. Maka raja pun memanggil Zulaikha dan wanita-wanita yang diundang Zulaikha menyaksikan ketampanan Yusuf sampai tangannya terpotong.
Raja berkata [kepada wanita-wanita itu]: “Bagaimana keadaanmu [1] ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya [kepadamu]?” Mereka berkata: Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan daripadanya. Berkata isteri Al Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya [kepadaku], dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (51) [Yusuf berkata]: “Yang demikian itu agar dia [Al Aziz] mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. (52) Dan aku tidak membebaskan diriku [dari kesalahan], karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (53) Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku” (12:51-53).

Setelah mendengar kabar bahwa kasusnya telah dibahas dan keadilan telah ditegakkan, Yusuf pun bersedia keluar dari penjara. Begitu tiba di istana, di hadapan para pentakwil mimpi dan Anekmaho, raja Amenhotep 4 sekali lagi bertanya pada Yusuf mengenai arti dari mimpinya. Raja sengaja melakukannya untuk membandingkan Tamsil mimpi Yusuf dan hasil kerja para pentakwil mimpi Anekmaho. Dengan jelas Yusuf pun mengartikan mimpi tersebut, dan raja sangat senang mendengarnya. Raja memuji Yusuf dan Yusuf pun mengatkan bahwa yang seharusnya dipuji adalah Allah swt, Tuhan yang mengajarkannya mentakwilkan mimpi. Petunjuk Allah SWT turun langsung dariNya, bukan rekayasa dan buatan manusia seperti yang dilakukan pentakwil mimpi suruhan Anekmaho, kata Yusuf. Sementara itu untuk kesekian kalinya pentakwil mimpi kuil Amun menyerah.

Di depan semua pejabat istana dan biarawan kuil raja menyatakan kepercayaannya terhadap Yusuf dan memuji Tuhan yang esa, sehingga para biarawan kuil pun malu dan tak berkutik. Dendam mereka pada Amenhotep makin besar. Kini Yusuf pun menjadi sasaran mereka.
Selanjutnya raja bertanya pada Yusuf apa strategi yang harus disiapkan untuk menghadapi tujuh tahun paceklik di Mesir. Kembali Yusuf dengan cerdas memberikan jawaban yang memuaskan raja. Secara rinci tahapan-tahapan yang harus dilakukan disampaikan di depan semua pembesar istana. Kemudian raja menantang para pejabat, siapa yang pantas memimpin pelaksanaan penyelamatan negara tersebut. Saat itu 

Yusuf mendapat bisikan agar ia mengambil kesempatan tersebut karena inilah kesempatan yang Allah siapkan untuknya. Yusuf pun langsung menawarkan diri untuk membantu raja memimpin program tersebut. Raja sangat senang dibuatnya. Ia pun memohon kepada raja agar Zulaikha dan semua wanita yang pernah menyebabkannya dipenjara selama tujuh tahun dibebaskan bersama semua tahanan yang ditahan bersama Yusuf. Yusuf dapat menjamin bahwa semua temannya dalam penjara telah terbina akhlaknya dan dapat menjadi warga negara yang baik.
Bersambung…

https://indiraabidin.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOMOR 2

Nomor Dua Oleh: Dahlan Iskan Kamis 15-02-2024,04:37 WIB SAYA percaya dengan penilaian Prof Dr Jimly Assiddiqie: pencalonan Gibran sebagai wa...