Salah satu maqam akhlaq adalah makam Yaqin. Yaitu manusia untuk mencapai kesempurnaan
diharuskan untuk mencapai peringkat dimana dia tidak ada lagi keraguan, wahm
(angan-angan) dan Khayal dalam meyakini hukum-hukum dan akidah-akidah Islam.
Yaqin mempunyai
tiga tingkatan yaitu; pertama Ilmul
yaqin, Kemudian ‘Ainul
yaqin, dan terakhir adalah Haqqul
yaqin. Al-Qur’an menyatakan: “Lau
ta’lamuna ilmal yaqîn”, Kalau kamu menemukan keyakinan terhadap Mabda dan Ma’ad, surga dan neraka melalui
ilmul yaqin,
kamu akan menyaksikan neraka dan penduduknya itu dengan penglihatan batin.
Kalau seorang manusia memandang kepada alam penciptaan ini dengan pandangan
mata batin dan pandangan Ibrahim As “Wakazdalika
nurî Ibrahima malakutassamâwâti wal ardhi” (al-An’am: 75), sekarang
ini dia akan menyaksikan orang-orang yang berada di neraka jahannam; yaitu
kalau anda memperoleh derajat awal keyakinan itu, maka akan muncul dalam hati
anda pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu (makrifat Ilahi). Sekarang, jika
seseorang naik dan memperoleh tingkat keyakinan selanjutnya yaitu ‘Ainul yaqin dan Haqqul yaqin, maka ilmu dan pengetahuan
yang lebih dahsyat lagi akan muncul dan terbit dalam jiwa dan hatinya.
Orang-orang, khususnya kaum penganut mazhab Islam Syiah
diharuskan dalam memperoleh tingkatan-tingkatan keyakinan itu menggunakan
metode yang benar yaitu menggunakan dalil-dalil burhan (argumen), al-Qur’an dan sunnah. Salah seorang tokoh
menukilkan perkataan dari anak almarhum sayyid Ali Aghai Qadhi bahwasanya
ayahnya berkata: meskipun keraguan dan kebimbangan dalam agama ada sampai
ajal tiba di tenggorokan dan kalau tidak, setelah kematian, segala
sesuatunya nanti akan nampak dan keyakinan yang sebenarnya pun akan
tercapai. Sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Qur’an: Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal)
ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka
penglihatanmu pada hari itu Amat tajam. Q.S.
al-Qaf : 22.
Jika
setiap manusia betul-betul menjaga hukum-hukum Allah, yaitu melaksanakan yang
wajib dan menjauhi segala yang dilarangnya serta keyakinannya terhadap Mabda’ dan Ma’ad dan sebagainya mencapai
pada maqam Yaqin,
maka dia akan memperoleh sebuah kondisi dan pengalaman spiritual yang
hal-hal itu tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata dan dialog. Dan ini
dinyatakan dalam al-Qur’an : “Niscaya
kamu melihat neraka jahim” atau dalam ayat 12 surat al-Hujurat
dinyatakan : Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Q.S. al-Hujurat :
12.
“Kalam
wahyu itu bukanlah sesuatu yang majazi. Kenapa kalam wahyu itu kita
predikasikan kepada sebuah ungkapan majazi?! Tariklah diri kita ini ke arah
yang lebih tinggi mendekati maqam ishmat, sehingga semua hakikat itu tersingkap
bagi kita. Dan selama kita masih terkurung dan berada di sangkar badan dan
materi ini, kita tidak akan mampu dan mau menerima rahasia-rahasia
al-Qur’an itu dan bahkan kita akan selalu mempredikasikannya (al-Qur’an) itu ke
dalam bentuk yang majazi.
Ada sekelompok manusia yang terbebas dari kurungan badanya dan memperoleh
karunia penglihatan Ibrahim As, manusia-manusia langitan ini, menyaksikan
dengan jelas bahwa bergibah itu seperti memakan daging saudara sendiri dan
begitupun, mereka mampu melihat dan mendengar dengan mata batinnya kondisi
penghuni kubur.
Ada sebuah riwayat dari Rasulullah Saw: bahwa beliau
masuk mesjid pada waktu subuh, di dalam mesjid beliau menyaksikan seorang
pemuda kurus namun penuh cahaya di wajahnya duduk di salah satu sudut mesjid.
Rasulullah bertanya: Bagaimana kondisi anda pada subuh ini? Pemuda itu
menjawab: Saya pada subuh ini dalam kondisi yakin kepada Allah Swt.
Bertanya Rasulullah
tentang kondisi Zaid
Bagaimana pagi subuh ini
kau lalui wahai sahabat sejati
Berkata Aku hamba yang
yakin
Bertanya mana bukti
keyakinan yang menakjubkan itu??
Berkata aku menyaksikan makhluk-makhluk penghuni langit
Dan aku melihat dan menyaksikan Arasy dan para
penghuninya.
Imam
Ali As dalam khutbahnya (193), menta’birkan kelompok manusia seperti ini dengan
ungkapannya yaitu: “Mereka ada di alam dunia
ini, menyaksikan Surga seakan-akan mereka juga sedang ikut menikmati
keindahannya”.
Manusia langitan seperti ini hanya dengan Allah SWT mengadakan transaksi : Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Q.S. at-Taubah : 111.
Kalau
seseorang telah menemukan keyakinan maka tak akan pernah dia menampakkan
ketakwaannya, karena segala sesuatu itu tidak semuanya bisa diungkapkan di
dunia ini.
“Setiap orang yang
mendapatkan karunia dan tarbiyah, rahasia-rahasia Ilahi akan dicamkannya
dan mulutnya terjahit”
Ayat-ayat
ini adalah sebuah peringatan dan ancaman bagi semuanya, khususnya ahli
ilmu dan keutamaan. Mereka berkewajiban untuk memperkenalkan akan dunia gaib
itu kepada masyarakat, segala sesuatu yang ada di alam malak, malakuti,
mempunyai
lahir dan batin. Tabarakallazi
biyadihilmulku wa huwa ‘ala kulli syain qadîr (al-Mulk:
1), Fasubhanallazi biyadihi
malakutu kulli syain (Yasin: 83) kedua ayat ini adalah dalil
akan adanya alam malakut dan batin.
Di alam ini terdapat berita-berita yang tidak pernah
berhenti siang malam, yang mana kita tak bisa mendengar dan menyaksikannya
karena kita buta. Mereka yang bisa melihat dan mendengar, siang malam tak
pernah tidur mendengarkan ucapan-ucapan tasbihnya seluruh makhluk yang ada di
alam ini.
Makan dan minum telah
menjauh dari tingkat cinta
Saat itulah kau akan sampai pada sahabat yang mana tak
ada tidur dan makan lagi
Manusia dalam kondisi ini, merasakan nikmatnya berwudu,
atau pada bulan ramadhan dikarenakan sedikit makan maka dia merasakan nikmatnya
saat-saat mendekati waktu berbuka dimana hal itu bukanlah perumpamaan
kenikmatan dunia. Allah Swt mengaruniakan nikmat ini kepada orang-orang mukmin
supaya mereka semakin yakin kepada-Nya seperti seorang ibu yang meletakkan
tangannya yang berisi manisan di mulut bayi. Di muat di www.telagahikmah.org.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar