Posted on January 4, 2014 by indiraabidin
Sahabat
blogku,
Alhamdullilah
kami selesai menonton 45 episode film seri Iran “Prophet Yusuf pbuh” mengenai
Nabi Yusuf as. Tak ada kata lain yang dapat menggambarkan kesan kami selain
“menakjubkan.” Tak heran Allah menyebut kisah ini sebagai “kisah terbaik” dalam
ayat ini:
“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum [Kami mewahyukan]nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (12:3)
“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum [Kami mewahyukan]nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (12:3)
Banyak
sekali pelajaran yang kami sekeluarga ambil dari kisah ini. Saya akan berusaha
berbagi melalui blog ini dalam beberapa tulisan ya. Tulisan pertama ini khusus
menceritakan kisahnya seperti yang diceritakan dalam film ini dan ayat-ayat Al
Quran yang menjadi dasarnya.
Semoga bermanfaat..
Semoga bermanfaat..
Kelahiran
Nabi Yusuf as
Kurang lebih
pada tahun 1.300 SM Nabi Yaqub as tinggal di desa Fadaan, berdakwah mengajak penduduk
menyembah Allah yang esa dan meninggalkan penyembahan pada Dewa Ashtar. Ketika
Rahil istrinya tengah berjuang melahirkan bayi Nabi Yusuf as setelah menunggu
11 tahun, Ishtar, penyihir dari kuil Ashtar menyihir keluarga Nabi Yusuf dan
mendoakan kematian Rahil dan bayinya pada dewa Ashtar. Di saat yang sama
Nabi
Yaqub as menyepi berdoa kepada Allah untuk keselamatan Rahil, agar penduduk
percaya akan kebesaran Allah as dan mau meninggalkan Dewa Ashtar. Allah
mengabulkan doa Nabi Yaqub AS. Proses persalinan berjalan lancar setelahnya,
ibu dan bayi selamat. Saat itu hujan pun turun dengan derasnya, padahal saat
itu desa Fadaan sedang mengalami paceklik panjang. Nabi Yaqub as dan penduduk
pun percaya bahwa hujan ini adalah pertanda keberhakan yang dibawa Nabi Yusuf
as.
Di tempat
lain penyihir Ishtar terbakar di saat menyihir Rahil dan mendoakan kematiannya
serta bayinya. Kuil Ashtar pun habis terbakar pula bersamanya. Penduduk pun
kemudian menyatakan keimanan pada Allah swt. Desa Fadaan pun sejahtera, aman dan
tenteram setelahnya, penuh dengan keberkahan dari Allah SWT.
Dibalik
kebahagiaan Nabi Yaqub as ternyata ada istrinya yang sangat iri dan merasa Nabi
Yaqub hanya memperhatikan Rahil dan anaknya. Ia menyebar banyak benih kebencian
pada Yusuf di antara kakak-kakaknya. Jadilah Nabi Yusuf seorang anak yang
dibenci dan difitnah sejak lahir karena rasa iri ibu tirinya.
Pindah ke
Kanaan
Ketika Nabi
Yusuf as masih kecil, Nabi Yaqub as harus pindah ke Kanaan menggantikan Nabi
Ishaq as yang baru berpulang ke Rahmatullah. Di tengah jalan Rahil yang sedang
hamil, merasa perutnya sakit. Bunyamin berhasil dilahirkan tapi Rahil meninggal
dunia. Yusuf pun menjadi piatu. Sebelum meninggal Rahil berpesan pada Nabi
Yaqub dan Layya, adiknya, untuk menjaga Yusuf dan Bunyamin, jangan sampai
mereka merasa sedih dan kehilangan ibunya.
Nabi Yaqub
pun menjaga amanah ini dan sangat menyayangi Yusuf dan Bunyamin. Karena budinya
yang sangat baik, Yusuf pun menarik hati banyak orang, termasuk bibinya, adik
Nabi Yaqub. Bibinya ini sangat ingin memelihara Yusuf namun Layya dan Nabi
Yaqub tak mengizinkan karena ingat amanah Rahil. Akhirnya bibinya ini
memakaikan ikat pinggang kenabian peninggalan Nabi Ishaq di pinggang Yusuf dan
menuduh Yusuf mencurinya, sebagai trik agar Yusuf dapat tinggal di rumahnya.
Menurut adat Kanaan seorang pencuri harus mengabdi di rumah orang yang dicuri
barangnya sebagai budak. Yusuf pun tinggal di rumah bibinya, tidak sebagai si
budak tapi seperti anak sendiri. Ketika ia meninggal, ia membersihkan nama
Yusuf dan menceritakan triknya itu kepada Nabi Yaqub dan Layya.
Karena
kecintaan banyak orang pada Yusuf, kakak-kakaknya dan ibu tirinya menjadi
sangat iri. Ibu tirinya ini terus mengungkapkan prasangka-prasangka buruknya
pada anak-anaknya dan membakar api kebencian yang makin besar. Nabi Yaqub sadar
akan hal ini dan tak henti-hentinya menasihati keluarganya agar jauh dari rasa
iri, benci, tak suka melihat rezeki orang lain, dan fitnah. Sayang hati mereka
seakan ditutup oleh Allah SWT dan rasa benci pun terus membakar mereka.
Suatu hari
Nabi Yusuf bermimpi seperti yang dikisahkan dalam ayat ini:
“Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar [untuk membinasakan] mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu [untuk menjadi Nabi] dan diajarkanNya kepadamu sebahagian dari tabir mimpi-mimpi dan disempurnakanNya nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Yaqub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nimatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (12:4-6).
“Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar [untuk membinasakan] mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu [untuk menjadi Nabi] dan diajarkanNya kepadamu sebahagian dari tabir mimpi-mimpi dan disempurnakanNya nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Yaqub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nimatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (12:4-6).
Ternyata ibu
tiri Yusuf mendengar percakapan tersebut dan dengan penuh iri menceritakannya
kepada anak-anak Nabi Yaqub yang lain, membuat mereka makin iri pada Yusuf.
Kakak-kakak Yusuf pun berkomplot untuk membunuh Yusuf seperti yang dikisahkan
di Quran:
“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada [kisah] Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya [Bunyamin] lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita [ini] adalah satu golongan [yang kuat]. Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah [yang tak dikenal] supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” Seseorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat” (12:7-10).
“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada [kisah] Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya [Bunyamin] lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita [ini] adalah satu golongan [yang kuat]. Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah [yang tak dikenal] supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” Seseorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat” (12:7-10).
Bersambung…
https://indiraabidin.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar